Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stres Bisa Meningkatkan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes, Kok Bisa?

Kompas.com - 12/11/2020, 20:29 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ahli mengingatkan pentingnya penderita diabetes (diabetesi) untuk selalu  mengontrol kadar gula darah dalam tubuh.

Selain mengonsumsi makanan gizi seimbang, mengurangi konsumsi gula, dan mengonsumsi obat yang disarankan oleh dokter, Anda juga sebaiknya menghindari kondisi stres.

Mengapa demikian?

Dokter spesialis penyakit dalam RS Cipto Mangunkusumo- Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr dr Dyah Purnamasari SpPD KEMD mengatakan, stres akan meningkatkan hormon stres yaitu hormon adrenalin yang ada di dalam tubuh kita.

"Jadi sebenarnya hormon stres itu ada," kata Dyah dalam Facebook live Tropicana SLim bertajuk Cegah dan Merawat Diabetesi dari Rumah melalui #Hands4Diabetes2020, Jumat (6/11/2020). 

Baca juga: Apa Penyebab Diabetes pada Usia Muda? Berikut Penjelasan Ahli

Pada kondisi tubuh yang stres, baik secara fisik maupun psikis, entah dalam level yang ringan, sedang hingga berat sekalipun, hormon adrenalin akan dilepaskan oleh tubuh.

Untuk diketahui, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin yang disebut juga epinefrin pada saat kita merasa stres, tertekan, takut, senang, atau berada dalam situasi yang menegangkan, bahkan berbahaya. 

Dicontohkan Dyah, stres ringan yang dapat meningkatkan hormon adrenalin seperti berada dalam kondisi kemacetan di jalan tanpa ada tuntutan harus cepat sampai tujuan.

Akan tetapi, berada dalam kemacetan ini bisa jadi kondisi stres yang berat apabila kita sedang ditunggu untuk cepat sampai di tempat tujuan, misalnya untuk menghadiri rapat, pertemuan penting, atau berbagai kegiatan mendesak lainnya.

"Atau bahkan bisa menjadikan kita kehilangan pekerjaan, itu bisa jadi akan stres berat," ucap dia.

Semakin berat stres yang dialami, tentunya akan berbeda pula dampaknya terhadap kondisi tubuh kita.

"Setiap peningkatan hormon stres itu juga akan mempengaruhi gula darah. Tergantung derajat stadium diabetesnya," ujarnya.

Baca juga: Mitos atau Fakta: Pare Bisa Membantu Obati Diabetes?

 

Apabila stadium diabetes yang dialami masih ringan, maka kenaikan hormon stres itu tidak terlalu memengaruhi gula darah.

Kondisi ini masih bisa dikompensasi dengan kemampuan pankreas meningkatkan hormon insulin untuk menormalkan kembali kadar gula darah, membalas produksi dari hormon stres tadi.

Kondisi bisa menjadi buruk pada orang dengan diabetes tingkat berat, yaitu mereka yang sudah menderita diabetes selama 10-20 tahun atau bahkan sudah mendapatkan transfer insulin.

Meski tingkat stres tidak cukup berat, seperti kurang tidur, tetap bisa menyebabkan tren atau kadar gula darah dalam tubuh naik daripada biasanya.

"Jadi memang bisa (stres mempengaruhi diabetesi)," tegasnya.

Selain meningkatkan kadar gula darah, Dyah berkata, stres juga bisa memicu ragam penyakit lainnya, salah satunya adalah demam.

"Bisa (demam), itu namanya stres fisik," tuturnya.

Baca juga: Naik 6,2 Persen Selama Pandemi, Pasien Diabetes Indonesia Peringkat 7 di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com