Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Bukti Kaitan Asupan Gula dengan ADHD hingga Gangguan Bipolar

Kompas.com - 19/10/2020, 07:02 WIB
Dinda Zavira Oktavia ,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah penelitian baru mengungkapkan kondisi attention deficit hyperactivity syndrome (ADHD), gangguan bipolar dan perilaku agresif, tak hanya terkait asupan gula, tetapi mungkin juga memiliki dasar evolusi.

Melansir Medical Xpress, Minggu (19/10/2020), studi tersebut dilakukan oleh sekelompok peneliti dari University of Colorado Anschutz Medical Campus dan telah diterbitkan dalam jurnal Evolution and Human Behavior.

Dalam makalah penelitian ini, peneliti menjelaskan hipotesis yang menunjukkan bagaimana peran fruktosa, komponen gula dan sirup jagung fruktosa tinggi, serta asam urat (metabolit fruktosa), dalam meningkatkan risiko gangguan perilaku.

Baca juga: Kenapa Anak Hiperaktif Tak Boleh Diberi Makanan Manis dan Gula?

 

"Kami menyajikan bukti bahwa fruktosa, dengan menurunkan energi dalam sel, dapat memicu respons mencari makan yang serupa dengan apa yang terjadi saat kelaparan," kata penulis utama Richard Johnson, MD, profesor di Fakultas Kedokteran, CU Anschutz Medical Campus.

Dalam penelitian tersebut, Johnson menguraikan bagaimana respons mencari makan merangsang pengambilan risiko, impulsif, pencarian hal baru, pengambilan keputusan yang cepat, dan agresivitas untuk membantu mengamankan makanan sebagai respons bertahan hidup.

Aktivasi berlebihan akibat asupan gula berlebih dapat menyebabkan perilaku impulsif yang dapat menyebabkan ADHD, hingga gangguan bipolar atau bahkan agresi.

"Sementara jalur fruktosa dimaksudkan untuk membantu kelangsungan hidup, asupan fruktosa telah meroket selama abad terakhir dan mungkin berlebihan karena tingginya jumlah gula yang ada dalam makanan Barat saat ini," tambah Johnson.

Ilustrasi anak ADHDSHUTTERSTOCK/Photographee.eu Ilustrasi anak ADHD

Baca juga: Punya Anak ADHD? Ini 6 Saran Dokter Anak untuk Para Orangtua

 

Asupan fruktosa yang berlebihan dalam gula rafinasi dan sirup jagung, seperti dijelaskan dalam makalah ini, kemungkinan telah berkontribusi dalam patogenesis gangguan perilaku yang berhubungan dengan obesitas dan diet ala Barat.

"Kami tidak menyalahkan perilaku agresif pada gula, melainkan mencatat bahwa itu mungkin salah satu kontributor," jelas Johnson.

Oleh sebab itu, Johnson merekomendasikan studi lebih lanjut untuk menyelidiki peran gula dan asam urat, terutama dengan penghambat baru metabolisme fruktosa.

Identifikasi fruktosa sebagai faktor risiko tidak meniadakan pentingnya faktor genetik, keluarga, fisik, emosional dan lingkungan yang membentuk kesehatan mental, seperti ADHD, gangguan bipolar maupun perilaku agresif lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com