Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Super Langka, Ahli Biologi Temukan Burung Berkelamin Ganda

Kompas.com - 10/10/2020, 10:01 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Ahli biologi menemukan burung yang memiliki kondisi super langka di hutan Pennsylvania, Amerika Serikat.

Burung tersebut secara genetik mempunyai penampilan fisik ganda, separuh jantan dan separuh betina. Bahkan tubuhnya menampilkan kedua karakteristik yang mewakili masing-masing kelamin.

Mengutip IFL Science, Jumat (9/10/2020) peneliti dari Museum Sejarah Alam Carnegie menemukan burung unik itu pada 24 September lalu.

Burung tersebut merupakan jenis grosbeak berdada merah (Pheucticus ludovicianus), pemakan biji-bijian yang ditemukan di sebagian besar Amerika Utara bagian timur.

Baca juga: Lockdown Membuat Kicauan Burung Lebih Merdu, Studi Ini Jelaskan

 

Jantan dari spesies tersebut dikenal dengan bulunya yang berwarna-warni. Namun keanehan terlihat khusus pada satu spesies grosbeak berdada merah ini.

Saat ditemukan, burung memiliki warna bulu khas yang berbeda di setiap sisi tubuhnya. Sisi kanan berwarna kemerahan seperti bulu pada jantan, sedangkan sisi kiri berwarna coklat oranye seperti bulu pada betina.

Menurut peneliti, kondisi itu terjadi karena burung memiliki kelainan yang jarang ditemui, disebut gynandromorphism bilateral.

Kondisi ini membuat penampilan luar hewan terbagi berdasarkan jenis kelamin, setengah jantan dan setengah betina.

Baca juga: Misterius, Kematian Massal Bunuh Ratusan Ribu Burung di Amerika

 

"Temuan ini luar biasa dan merupakan pengalaman sekali seumur hidup. Gynandromorphism bilateral jarang ditemui namun itu hal yang normal. Kondisi ini pun juga memberikan contoh dari proses genetik menakjubkan yang hanya sedikit ditemui," ungkap Annie Lindsay, program manager di Powdermill Nature Reserve, pusat riset burung yang merupakan bagian dari Museum Sejarah Alam Carnegie.

Dalam catatan Powdermill Nature Reserve, dalam 60 tahun terakhir, peneliti berhasil menemukan setidaknya 10 spesies dengan Gynandromorphism bilateral.

Lantas bagaimana kondisi tersebut bisa terjadi?

Kondisi gynandromorphism bilateral diperkirakan terjadi karena alasan yang berbeda pada tiap spesies.

Burung grosbeak berdada merah (Pheucticus ludovicianus). Burung ini banyak ditemui di Amerika Utara.WIKIMEDIA COMMONS/Andy Reago & Chrissy McClarren Burung grosbeak berdada merah (Pheucticus ludovicianus). Burung ini banyak ditemui di Amerika Utara.

Pada burung, hal ini diyakini terjadi ketika telur secara tak sengaja berkembang dengan dua inti, satu inti membawa Z dan yang lain W.

Jika telur dibuahi oleh sperma yang membawa dua Z kromosom jantan, sel telur berkembang dengan kromosom ZZ (jantan) dan ZW (betina).

Sebagai informasi, burung jantan memiliki kromosom seks ganda (ZZ) sementara betina masing-masing (ZW).

Lebih lanjut, tim peneliti pun masih bertanya-tanya dengan kelainan tersebut apakah burung bisa berkembang biak, sebab hanya satu sisi ovarium saja berfungsi.

Baca juga: Ilmuwan Sebut Kotoran Burung Laut Bisa Bernilai Jutaan Dollar, Kok Bisa?

 

Meski secara teori burung dapat berkembang biak, namun ada kemungkinan pula perpaduan bulu yang tak biasa, separuh jantan dan betina, akan mengurangi peluang respon dari jantan lain.

Kemungkinan terjadinya gynandromorphy memang sangat kecil, namun kondisi ini terlihat pula pada sejumlah hewan lainnya.

Selain kondisi super langka kelamin ganda pada burung tersebut, awal tahun ini, peneliti juga mendokumentasikan penemuan pada lebah dengan gynandromorph yang langka. Lebah pun memiliki kelainan ciri sisi jantan dan betina pada satu tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com