Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badak Sumatera Terancam Punah, Yayasan Kehati Jalankan Program TFCA

Kompas.com - 23/09/2020, 20:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Populasi Badak Sumatera dinyatakan termasuk dalam kategori konservasi terancam punah (critically endangered) menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) atau Unit Internasional untuk Konservasi Alam.

Badak Sumatera merupakan spesies langka dari famili Rhinocerotidae, yang dikenal juga sebagai badak berambut atau badak Asia bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis).

Ironisnya, berdasarkan beberapa informasi, diperkirakan jumlah Badak Sumatra di alam sungguh mengkhawatirkan karena merosot menjadi kurang dari 100 ekor atau bahkan di bawah jumlah 80 ekor saat ini.

Baca juga: Badak Sumatera Kritis, Berikut Upaya Penyelamatan Populasi Satwa Asli Indonesia Ini

Sebagai upaya penyelamatan populasi Badak Sumatera ini, pemerintah Indonesia telah menyusun Rencana Aksi Darurat (RAD) Penyelamatan Populasi Badak Sumatera 2018-2021.

Direktur Eksekutif Yayasan Kehati, Riki Frindos menuturkan dalam upaya mendukung RAD pelestarian Badak Sumatera ini, Yayasan Kehati ikut serta dalam mengeluarkan dana untuk perlindungan spesies tersebut melalui program TFCA Sumatera dan TFCA Kalimantan.

"Yayasan Kehati melalui mitra-mitra di tingkat lokal dan bersama seluruh pihak akan terus mendukung program pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia, termasuk penyelamatan Badak Sumatera, baik yang terdapat di Sumatra dan Kalimantan," kata Riki dalam diskusi daring bertajuk Urgensi Penyelamatan Populasi Badak Sumatera, Selasa (22/9/2020).

Program Tropical Forest Conservation Action (TFCA) untuk perlindungan Badak Sumatera

Riki menjelaskan, melalui skema pendanaan yang ada, program TFCA Badak Sumatera Yayasan Kehati memfokuskan dukungan pelaksanaan pemulihan populasi Badak Sumatera melalui beberapa program, yang terbagi atas TFCA Sumatera dan TFCA Kalimantan sebagai berikut.

Program TFCA Sumatera

1. Melindungi populasi yang masih viabel di habitatnya

Melindungi secara intensif populasi-populasi yang masih viabel di habitatnya menjadi poin pertama yang dilakukan dalam program TFCA ini.

Progam ini dimaksudkan untuk melindungi secara masif populasi badak yang ada untuk dapat berkembang secara alami.

Adapun, salah satu kegiatannya adalah dengan pembentukan kelembagaan tim patrol dan peningkatan kapasitas anggota patroli melalui berbagai fasilitas pelatihan dan pengembangan tim patroli bersama masyarakat.

"Selain berdampak pada terlindunginya populasi badak, patrol juga berdampak langsung pada perlindungan hutan dan satwa lainnya," ujarnya.

Baca juga: Badak Jawa Lahirkan 2 Anak di Taman Nasional Ujung Kulon

2. Menyediakan data akurat

Dalam program ini juga, yang dilakukan oleh tim adalah menyediakan data akurat mengenai kondisi populasi untuk pengambilan keputusan konservasi yang tepat.

Hal ini sama dengan tujuan pelestarian Badak Sumatera yang disebutkan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ir Wiratno MSc.

Ia menegaskan, semua upaya yang dilakukan dalam RAD Badak Sumatera tidak bisa terlepas dari basis data dan keilmuan yang jelas.

Tindakan itu perlu dilakukan supaya RAD bisa terjalankan dengan baik, sesuai target yang diharapkan, sehingga tidak membuat kebijakan beserta tindakan berbagai pihak menjaga populasi Badak Sumatra menjadi sia-sia.

"Pelestarian dan tindakan terhadap Badak ini memerlukan sains atau upaya kolektif berbasis evidence based dan scientist," ujarnya.

Mitra-mitra TFCA Sumatera melakukan survei okupansi untuk mengetahui sebaran, perkiraan tingkat hunian (okupansi) atas blok habitat yang diwakili.

Serta, mempelajari faktor-faktor yang turut menentukan keberadaan dan okupansi badak di bentang alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Taman Nasional Way Kambas (TNWK), dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Untuk mendukung aktivitas survei, TFCA Sumatera menyediakan 317 buah kamera jebak (camera trap) yang didistribusikan kepada tiga taman nasional tersebut.

Populasi badak yang terisolasi akan diselamatkan (rescue) untuk difasilitasi perkembang-biakannya secara semi alami di lokasi tertentu, yang disebut sebagai Sanctuary.

Baca juga: Ilmuwan Gunakan Teknik In-Vitro untuk Selamatkan Spesies Badak Putih

3. Menyediakan dan mendorong SRAK

Melihat kedaruratan penyelamatan badak Sumatra, TFCA Sumatera juga menyediakan dan mendorong terbentuknya strategi dan rencana aksi konservasi (SRAK), dan mendukung langkah-langkah rencana aksi darurat (RAD) Badak.

RAD dengan tujuan jangka pendek, yaitu menghasilkan anakan badak sebanyak-banyaknya untuk dapat dikembalikan ke habitat aslinya, serta melindungi populasinya di habitat alamnya.

Riki mengatakan, RAD diharapkan dapat bersinergi dan diterjemahkan ke dalam sistem perencanaan penataan ruang daerah, serta sejalan dengan rencana pembangunan jangka panjang maupun menengah pemerintah baik pusat maupun daerah.

Program TFCA Kalimantan

Dalam upaya penyelamatan Badak Sumatera di Kalimantan, TFCA Kalimantan melalui mitra penerima hibah Aliansi Lestari Rimba Terpadu (AleRT), disebutkan telah berhasil menyelamatkan spesimen hidup Badak Sumatera.

Adapun, spesimen hidup Badak Sumatera yang berhasil diselamatkan tersebut berjenis kelamin betina dan diberi nama Pahu, dari Kawasan hutan Kampung Besiq Kecamatan Damai.

Badak tersebut akan menjadi salah satu penghuni Suaka Rhino di Kelian, Kalimantan Timur untuk dikembangbiakkan di lokasi eks situ.

Berdasarkan hasil survei dan informasi dari masyarakat, diprediksi setidaknya terdapat tiga kantong habitat badak seluas 400.000 hektar di Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Kondisi terakhir, Badak Pahu terpantau dalam keadaan sehat, dengan bobot mencapai 360 Kg.

"Kegiatan ALeRT yang didukung TFCA Kalimantan meliputi survei sosial dan operasi penyelamatan ke lokasi suaka, pembangunan suaka, pengelolaan kesehatan dan operasional suaka," ucap dia.

Konservasi badak Sumatra yang dipimpin Kementerian LHK ini, mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, seperti perusahaan swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal, dan pemerintah daerah, yaitu Pemerintah Kabupaten Kutai Barat, dan Pemerinta Provinsi Kalimantan Timur.

Baca juga: 14.000 Tahun Lalu Perubahan Iklim Menyebabkan Badak Berbulu Punah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com