"Saya tidak diradiasi, tapi hasil MRI-nya (di paru) bersih, tapi ukurannya masih 3,5 cm dan ini di imunoterapi yang ke-6, Maret kemarin," ceritanya dalam kesempatan yang sama.
Sementara, dari CT Scan pada 30 Juli 2020, sel kanker paru yang ada hanya tinggal 1,5 cm.
"Tapi dengan imunoterapi itu tidak ada efek samping. Saya tidak mengalami mual, nafsu makan tidak turun, dan rambut rontok sedikit sekali," ujarnya.
Disarankan dokter, Ida harus terus menjalani terapi imunoterapi sampai dua tahun lamanya untuk benar-benar memastikan bahwa sel kanker paru tersebut benar-benar bersih keseluruhan.
Baca juga: 3 Tips Jaga Kesehatan Pasien Kanker di Tengah Pandemi Corona
Namun, pemberian terapi imunoterapi ini tidak bisa diberlakukan kepada semua pasien kanker. Dokter akan memilahnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sesuai standar terapi imunoterapi itu sendiri.
Bahkan, kata Sita, bisa jadi dokter penanggungjawab juga dapat menyarankan Anda pasien kanker untuk menjalani combo terapi antara imunoterapi dengan radiasi, imunoterapi dengan kemoterapi, atau bisa jadi hanya imunoterapi, kemoterapi atau radiasi saja.
Semua bergantung pada stadium kanker yang dimiliki, faktor risiko lain yang dimiliki pasien dan beberapa indikator lainnya yang patut dipertimbangkan oleh dokter dan pasien.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.