Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Pertama, Pria Asal Hong Kong Terinfeksi Corona Dua Kali

Kompas.com - 25/08/2020, 12:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

"Sangat tidak mungkin pasien terinfeksi virus kedua selama masih mengalami infeks yang pertama."

Fakta bahwa sampel darah diambil tak lama setelah tes positif di bandara, tidak menunjukkan antibodi merupakan indikasi lebih lanjut bahwa virus kedua tidak terdeteksi selama berbulan-bulan.

"Ini jelas bukti infeksi ulang yang lebih kuat daripada beberapa laporan sebelumnya karena menggunakan urutan genom virus yang dapat memisahkan dua infeksi," kata Jeffrey Barret, konsultan ilmiah senior untuk Proyek Genom COVID-19 di Welcome Sanger Institute mengomentari riset ini.

Implikasi yang lebih luas

Hingga saat ini, terdapat banyak kasus dugaan infeksi ulang. Namun tak ada yang dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa virus tetap berada di tubuh dan bisa muncul lagi setelah beberapa minggu atau bulan.

Namun para ahli berpendapat tentang seberapa khawatirnya dunia dengan temuan baru ini yang akan diterbitkan dalam jurnal medis yang ditinjau sejawat, Clinical Infectious Diseases.

"Ini adalah temuan yang mengkhawatirkan karena dua alasan," ujar Dabid Strain, dosen senior klinis dari Universitas Exeter Medical School seperti dilansir Science Alert, Selasa (25/8/2020).

"Temuan ini menunjukkan bahwa infeksi sebelumnya tidak protektif. Selain itu, riset ini juga meningkatkan kemungkinan bahwa vaksinasi mungkin tidak memberi harapan seperti yang kita nanti-nanti," imbuhnya.

Jika antibodi tidak memberikan perlindungan yang langgeng atau paten, Strain berkata, kita perlu kembali ke strategi penghapusan virus agar bisa melanjutkan kehidupan normal.

Senada dengan Strain, Kelvin Kai-Wang To mengatakan bahwa para ilmuwan yang mengembangkan vaksin harus melihat juga durasi perlindungan vaksi dari infeksi. Bukan hanya respons imun tubuh.

Kendati demikian, penelitian lain menyarankan bahwa kasus yang terungkap ini mungkin menjadi sangat langka.

"Mungkin virus corona SARS-CoV-2 akan bermutasi secara alami dari waktu ke waktu," kata ahli mikrobiologi Brendan Wren dari London School of Hygiene & Tropical Medicine.

"Ini adalah contoh infeksi ulang yang sangat langka dan seharusnya tidak meniadakan dorongan global untuk mengembangkan vaksin Covid-19," kata Wren.

Baca juga: Ahli Sebut Pria Rentan Terinfeksi Corona karena Perilaku Teledor

Jeffrey Barret pun setuju bahwa infeksi ulang mungkin sangat jarang.

"Dan mungkin ketika terjadi infeksi kedua tidak serius," kata Barret.

Memang, infeksi ulang pada pasien Hong Kong tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Namun Kelvin mengatakan, ini juga bisa berarti bahwa hasil seperti itu mungkin lebih umum daripada yang kita duga.

"Orang tidak dites sepanjang waktu setelah sembuh, terutama jika mereka tidak menunjukkan gejala," kata Kelvin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com