Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahui Ini 6 Mitos tentang Olahraga Selama Pandemi Corona

Kompas.com - 25/07/2020, 17:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Selama masa pandemi corona, tren olahraga semakin meningkat. Namun, meningkat pula isu dampak kesehatan yang bisa timbul dari ragam kegiatan olahraga di tengah pandemi yang belum berakhir ini.

Menanggapi berbagai isu yang beredar di masyarakat dan berhubungan dengan olahraga, dokter spesialis olahraga sekaligus direktur Slim & Health Sports Center, dr Michael Triangto SpKO angkat bicara.

Michael mengungkapkan, memang banyak terjadi kesimpangsiuran informasi, dan masyarakat seharusnya tahu mana informasi yang mitos tentang berolahraga di tengah pandemi ini.

Berikut 6 mitos tentang olahraga di tengah pandemi Covid-19.

Baca juga: Khawatir Serangan Jantung saat Bersepeda, Lakukan 2 Tips Dokter Olahraga Ini

1. Pakai masker saat olahraga ganggu kesehatan

Informasi mengenai berolahraga dengan menggunakan masker akan menggangu kesehatan menjadi ramai dan dipercaya oleh sebagian besar masyarakat setelah dikabarkan orang-orang yang meninggal dunia saat berolahraga sambil memakai masker.

Informasi ini juga dikait-kaitkan dengan penggunaan masker yang membuat orang akan merasa lebih mudah sesak napas, apalagi saat berolahraga.

Namun, hal ini sudah dibantah oleh banyak tenaga ahli. Michael pun menyebutkan bahwa pernyataan masker mengganggu kesehatan itu adalah mitos belaka.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan penggunaan masker untuk kondisi saat ini.

Baca juga: Amankah Olahraga Sambil Pakai Masker? Ini Kata Dokter Olahraga

Penggunaan masker ini akan bertindak sebagai barrier antara udara luar dan hidung maupun mulut yang akan menyaring udara sampai dengan 90 persen dan sama sekali tidak menghentikan aliran udara pernapasan.

"Dengan demikian, penggunaan masker tidak akan menggangu pernapasan termasuk juga saat berolahraga dengan intesitas ringan sampai dengan sedang, karena di saat itu tubuh tidak membutuhkan udara pernapasan salam jumlah banyak," jelas dia.

Namun, jika Anda merasakan rasa tidak nyaman, tentunya hal itu bisa diatasi dengan penggunaan secara teratur yang membuat tubuh akan terbiasa dalam menggunakannya.

Selain itu, Michael mengingatkan, penggunaan masker yang tepat dengan cara yang benar adalah bentuk tanggung jawab sosial kita untuk tidak terinfeksi dan menginfeksi orang lain yang berdampak pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara yang kita cintai ini.

Warga beraktivitas saat hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau car free day (CFD) di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di kawasan Jalan Sudirman Jakarta, Minggu (21/6/2020). Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar CFD dengan menerapkan protokol kesehatan di sepanjang Jalan Jendral Sudirman dan MH Thamrin setelah ditiadakan sejak 15 Maret lalu karena pemberlakuan PSBB  untuk mencegah penyebaran Covid-19.ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA Warga beraktivitas saat hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau car free day (CFD) di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di kawasan Jalan Sudirman Jakarta, Minggu (21/6/2020). Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar CFD dengan menerapkan protokol kesehatan di sepanjang Jalan Jendral Sudirman dan MH Thamrin setelah ditiadakan sejak 15 Maret lalu karena pemberlakuan PSBB untuk mencegah penyebaran Covid-19.

2. Ikut CFD tak akan tertular virus corona

Bagi Anda yang mempercayai pernyataan ini sebaiknya berubahlah pikiran. Sebab, pernyataan ini adalah informasi yang mitos saja.

Michael menjelaskan, memang udara terbuka di zona hijau memiliki risiko yang lebih kecil untuk terinfeksi Covid-19.

Namun, bila udara terbuka yang dimaksud adalah acara Car Free Day (CFD) di wilayah dengan zona kuning, merah ataupun hitam itu berbahaya.

Mengingat pada saat CFD umumnya, jalanan akan dipenuhi oleh masyarakat yang bergerombol dan dalam jumlah yang banyak. Hal ini justru akan membuat Anda sulit untuk menjaga jarak aman (physical distancing).

Baca juga: Apakah Olahraga Berat Bisa Bikin Sehat? Ini Penjelasan Ahli

"Dan risiko akan bertambah jika masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan sebagaimana yang telah ditentukan misalnya tidak menggunakan masker, yang jelas akan memudahkan untuk terinfeksi Covid-19," tuturnya.

3. Gym dapat tingkatkan imunitas terhadap penyakit

Seperti yang disampaikan sebelumnya, olahraga berintensitas ringan hingga sedang akan dapat meningkatkan kesehatan.

Namun, kata dia, bilamana olahraga tersebut terus ditingkatkan intensitas latihannya, sehingga menjadi berat, justru akan menurunkan intensitas tubuh.

"Sehingga akan lebih memungkinkan untuk terinfeksi Covid-19," ujarnya.

Selain itu juga, jika kebersihan peralatan yang dipakai bersama tidak dapat dijaga dengan baik, maka hal tersebut juga akan mempermudah penularan dari satu orang ke orang lain, terutama pengunjung di fasilitas gym bersama.

Baca juga: Pandemi Covid-19, Ini 3 Jenis Olahraga Rekomendasi Dokter Ahli

Jadi, pernyataan berolahraga berat di gym akan meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) terhadap penyakit dan baik untuk mencegah virus corona itu adalah mitos saja.

4. Berenang baik untuk mencegah Covid-19

Anjuran untuk mandi sebelum masuk ke rumah, setelah pulang dari aktivitas di luar rumah memang diperlukan sebagai salah satu cara menghindari diri dari kemungkinan infeksi Covid-19 dari luar rumah.

Dengan asumsi ini, diakui Michael, tidak sedikit pula orang yang lantas menyamakan berenang di kolam renang sebagai mandi yang dapat membersikan diri, bahkan sekaligus dianggap sebagai olahraga.

Ilustrasi berenang Ilustrasi berenang

Perlu diketahui jika Anda berenang di kolam pribadi dan tidak ada orang lain, maka kemungkinan terinfeksi Covid-19 memang rendah.

Namun, jika Anda melakukannya di kolam renang umum dan tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik, maka risiko terinfeksi Covid-19 itu menjadi besar.

Oleh sebab itu, berenang yang dinyatakan sama dengan mandi, sehingga baik untuk mencegah Covid-19 itu hanya mitos belaka.

5. Kalung eucalyptus pencegah Covid-19

Untuk diketahui, minyak atsiri eucalyptus memang memiliki manfaat untuk mengurangi gejala-gejala influenza, hidung tersumbat dan juga sebagai anti radang.

Baca juga: #DiRumahAja karena Corona? Tetap Olahraga Sesuai Patokan Ini

Sementara, infeksi Covid-19 memang juga memiliki gejala mirip dengan influenza, yaitu sumbatan saluran pernapasan berat.

Oleh sebab itu, Michael menegaskan minyak eucalyptus mungkin dapat membantu meringankan gejala yang ada pada pasien Covid-19 tetapi tidak untuk mencegah ataupun menyembuhkannya.

Sehingga, jika Anda membaca tentang pernyataan penggunaan kalung eucalyptus dapat menghindari penggunanya dari virus corona itu hanya mitos saja.

Baca juga: Meninggal Dunia Saat Bersepeda, Hindari dengan Mengukur Kemampuan Jantung

6. Bersepeda adalah olahraga yang paling aman

Tren bersepeda semakin meningkat selama pandemi virus corona yang belum berakhir ini.

Bersepeda jadi tren yang kembali mengemuka di fase new normalDok. Shutterstock Bersepeda jadi tren yang kembali mengemuka di fase new normal

Tapi, tahukah Anda jika ada yang membuat pernyataan bersepeda merupakan olahraga yang paling aman selama pandemi Covid-19 itu adalah mitos saja.

Bersepeda memang jenis olahraga yang ramah lingkungan, dan dapat meningkatkan kesehatan dam membantu mengatasi penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, kolesterol darah yang tinggi dan juga gangguan jantung yang telah terkontrol.

"Jika dikatakan paling aman tentunya harus mematuhi protokol kesehatan," ujarnya.

Berikut beberapa aturan yang bisa Anda lakukan jika memang ingin bersepeda dengan aman.

  • Pakai masker dengan benar
  • Bersepeda sendiri maupun dengan keluarga pilih daerah yang tergolong zona hijau
  • Jangan bersepeda dengan orang yang tak dikenal
  • Jangan berkelompok dalam jumlah banyak, lebih dari lima orang
  • Jaga jarak antar pesepeda lain sejauh 20 meter atau lebih

Baca juga: 5 Anjuran IDAI agar Anak Aman Belajar Selama New Normal Pandemi Corona

Diingatkan pula, bahwa bersepeda dalam berkelompok juga meningkatkan kemungkinan kita untuk mengayuh sepeda melampaui batas kemampuan tubuh masing-masing.

Hal ini, justru akan memengaruhi atau berdampak pada kesehatan tubuh Anda dan memicu gejala penyakit lain yang bisa terjadi. Salah satunya potensi serangan jantung, bagi Anda yang memang memiliki riwayat kelainan jantung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com