Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Antara Dua Endeavour dan Era Baru Penerbangan Antariksa Berawak

Kompas.com - 17/06/2020, 19:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAK banyak pemerhati aeronotika astronotika yang nir–antusias terhadap penerbangan wahana antariksa (wantariksa) Crew Dragon Demo–2 ke stasiun antarika internasional ISS pada akhir bulan Mei lalu. Saya adalah salah satu di antaranya.

Bukan pada kinerja roket Falcon 9 yang tetap mengesankan. Falcon 9 masih tetap menjadi satu–satunya roket ulang–alik operasional pada saat ini, teknologi inovatif terbaru yang demikian mereduksi ongkos terbang ke langit.

Bukan juga karena penerbangan bersejarah tersebut terjadi pada waktu yang salah. Di kala segenap penjuru Amerika Serikat diguncang demonstrasi antirasialisme besar–besaran seiring kematian tragis George Floyd.

Lalu, bukan juga karena penerbangan ini terjadi di tengah pandemi Covid–19 yang tak berkeruncingan dengan negeri Paman Sam itu menjadi salah satu negara yang belum berhasil mengontrolnya.

Demikian pula bukan akibat pengaruh ketidakrelaan emosional domestik atas keputusan pemerintahan Presiden Jokowi menghapus pengembangan pesawat N–245 dan R–80 dari Proyek Strategis Nasional. Meski pertimbangan teknis dan ekonomisnya masih bisa dipahami.

Rasa itu berpangkal pada pertanyaan lebih substansial, mengapa Amerika Serikat butuh waktu hingga sembilan tahun lamanya sebelum kembali ke kancah penerbangan antariksa mandiri?

Sebagai adidaya, Paman Sam nyaris punya semua sumberdaya yang diimpikan guna menempatkan manusia ke langit. Mulai dari institusi pendidikan kelas wahid, industri antariksa papan atas, infrastruktur penunjang yang nyaris komplit dan memadai hingga pendanaan federal yang mencukupi.

Namun apa boleh buat, hampir sedasawarsa harus berlalu sebelum wantariksa berawak yang aman dan layak terbang berhasil dirakit. Butuh sembilan tahun usai misi Endeavour (STS–134) untuk menghadirkan kembali misi Endeavour (Crew Dragon Demo–2) ke orbit Bumi.

Inilah hiatus terpanjang dalam sejarah penerbangan antariksa berawak, lebih lama dari hiatus 6 tahun antara Program Apollo dan Sistem Transportasi Antariksa Ulang–Alik.

Misi Endeavour (STS–134) adalah bagian dari penerbangan akhir sistem transportasi antariksa ulang–alik untuk menyelesaikan pembangunan ISS. Mengangkut enam astronot, misi ini berjalan dengan sukses. Setelah mendarat, Endeavour dipermak lalu dipajang permanen di California Science Center (Los Angeles).

Tepat sembilan tahun kemudian, misi Endeavour (Crew Dragon Demo–2) mengangkasa mengangkut dua astronot, yakni Douglas Hurley dan Robert Behnken. Sesaat setelah mengangkasa, keduanya menyematkan nama Endeavour pada kapsul yang ditumpanginya mengikuti tradisi panjang penerbangan antariksa berawak Amerika Serikat hingga Program Apollo.

Ulang Alik

SpaceX, 2020 Wantariksa Crew Dragon bertengger anggun di hidung roket ulang–alik Falcon 9 di landasan peluncuran 39A, kompleks antariksa Kennedy pada empat hari sebelum peluncuran. Peluncurannya menandai kembaliny
Peluncuran Crew Dragon adalah realisasi Commercial Crew Program badan antariksa Amerika Serikat (NASA) guna mengirim astronot–astronotnya ke ISS melalui wantariksa komersial yang difabrikasi perusahaan–perusahaan dirgantara swasta.

Jadi berbeda dengan bab–bab penerbangan antariksa berawak sebelumnya yang sepenuhnya berada di bawah payung operasi pemerintah, dengan aneka perusahaan dirgantara yang dilibatkan hanya berperan sebagai kontraktor.

Di bawah Commercial Crew Program, pada dasarnya perusahaan–perusahaan dirgantara tersebut membuat wantariksanya sendiri–sendiri di bawah iming–iming kontrak dan ditunjang stimulus keuangan federal melalui NASA. Setiap upaya fabrikasi, pengetesan dan peluncuran sepenuhnya menjadi tanggung jawab mereka sementara NASA tinggal menerima hasilnya.

Sekilas hal ini mirip dengan upaya NASA mengontrak kursi wantariksa Soyuz dari badan antariksa Rusia (Roscosmos) sejak 2011. Bedanya, kerjasama NASA dan Roscomos merupakan kerjasama antarnegara, bukan komersial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com