Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Antara Dua Endeavour dan Era Baru Penerbangan Antariksa Berawak

Kompas.com - 17/06/2020, 19:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Swastanisasi sebagian elemen penerbangan antariksa berawak Amerika Serikat bertujuan memperoleh kendali mutu yang lebih baik di bawah atmosfer persaingan dirgantara yang kompetitif.

Sehingga diharapkan hadir wantariksa berawak yang relatif murah, aman, berdaya pakai ulang tinggi dan mampu mendulang untung. Sekaligus mencegah terulangnya mimpi buruk dari program antariksa ulang–alik.

Sistem transportasi antariksa ulang–alik semula dirancang untuk mengeksploitasi sisi lemah Program Apollo, yakni biaya peluncuran per astronot yang astronomik dan tiadanya unsur daya pakai ulang. Seluruh struktur roket Saturnus V beserta kapsul Apollo di puncaknya hanya bisa digunakan sekali saja, untuk kemudian dibuang atau dimuseumkan.

Pemborosan ala Apollo masih bisa diterima pada upaya pendaratan manusia di Bulan, namun tidak jika tujuannya adalah orbit rendah Bumi (ketinggian kurang dari 1.000 km) seperti pada pengoperasian stasiun antariksa Skylab.

Sistem transportasi antariksa ulang–alik dibayangkan meluncur ke langit sebagai roket, namun mendarat kembali di Bumi di landasan pacu bandara layaknya pesawat biasa.

Ia dibangun berdasar filosofi ‘truk tronton’, dapat mengangkut beban massif sekaligus banyak astronot. Sehingga semua beban penerbangan antariksa sipil dan militer dapat ditanggung. Seluruh komponennya diangankan bisa berdaya pakai berulang kali. Baik pesawat antariksanya maupun tanki bahan bakar eksternal (yang dirancang berpilot dan bersayap).

NASA mengangankan armada ‘truk tronton’ ini dapat terbang ke langit setiap 2 minggu sekali.
Namun pemotongan anggaran memaksa penyesuaian besar–besaran sehingga bentuk akhir sistem transportasi antariksa ulang–alik terdiri atas pesawat ulang–alik, sepasang roket pendorong dan tanki bahan bakar eksternal. Hanya tanki bahan bakar eksternal yang sekali pakai.

Begitu beroperasi, datanglah badai yang menghantam telak dalam tragedi Challenger pada 28 Januari 1986. Selain menewaskan tujuh astronotnya, meledaknya pesawat ulang–alik Challenger hanya 86 detik pasca mengangkasa juga menghancurleburkan konsep ‘truk tronton’. Militer Amerika Serikat akhirnya memilih tetap setia pada roket–roket berat takberawak seperti Delta dan Titan.

Tragedi ini juga menunjukkan tidak amannya sisi manajemen NASA dalam mengelola sistem tranportasi antariksa ulang–alik. Sebab, indikasi malfungsi roket pendorong Challenger sudah diketahui dan didiskusikan para insinyurnya sebelum peluncuran. Peringatan pun diajukan kepada para manajer puncak. Namun ditepis.

Banyak perbaikan kemudian dilakukan, yang memakan banyak biaya. Akan tetapi, 15 tahun kemudian kembali terbukti bahwa sisi manajemen NASA tetap tidak aman seiring terjadinya tragedi Columbia.

Pesawat ulang–alik Columbia berkeping–keping saat menerobos selimut udara Bumi menjelang mendarat di Florida pada 1 Februari 2003. Serupa Challenger, indikasi malfungsi pesawat ulang–alik Columbia sudah diketahui sejak saat peluncuran. Namun para manajer puncak lagi–lagi menepis laporan dan kekhawatirannya.

Tragedi Challenger dan Columbia memaksa perbaikan besar–besaran guna meningkatkan keamanan sistem. Tambahan biaya pun membuat membuat ongkos sistem transportasi antariksa ulang–alik kian melambung.

Ada lelucon getir di komunitas astronotika, bahwa Amerika Serikat harus merogoh kocek lebih dalam hanya untuk mengirim para astronot ke orbit rendah (400 km hingga 600 km di atas paras Bumi) dibanding saat mengirim Neil Armstrong dan rekan–rekannya ke Bulan.

Lebih dari itu, tragedi Columbia juga menguak masalah sistem transportasi antariksa ulang–alik bersifat sistemik. Sehingga diputuskan untuk mengakhiri program ini secepatnya meski secara teknis masih bisa bertahan hingga 2020.

Dragon dan Starline

Sistem transportasi antariksa ulang–alik secara formal diakhiri pada 2011. Sementara penggantinya sama sekali belum siap.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com