Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ingin Seperti Italia, Ini Cara Turki Kendalikan Virus Corona

Kompas.com - 06/06/2020, 16:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Editor

Dr Jeremy Rossman, dosen virologi di University of Kent mengatakan Turki telah menghindar dari bencana yang lebih besar terkait pandemi Covid-19 yang melanda negara ini.

Berikut cara Turki mengendalikan penyebaran Covid-19 di negaranya yang berada di dua benua ini.

1. Turki lakukan karantina tak lazim

Para ahli telah mengingatkan saat ini sulit untuk menyimpulkan dan membandingkan data statistik sementara dari banyak negara terkait angka kematian akibat virus SARS-CoV-2.

"Turki cocok dengan kategori beberapa negara yang merespons cukup cepat dengan tes, pelacakan, isolasi dan pembatasan pergerakan," ujar Dr Rossman pada BBC.

Baca juga: Unik dan Aneh, Begini Cara Virus Corona Covid-19 Membajak Sel Manusia

Menurut dia, saat wabah Covid-19 ini merebak tidak banyak negara dapat bertindak cepat dan berhasil secara efektif mengurangi penyebaran virus.

Selama virus ini menyebar, pihak berwenang Turki mengambil langkah terkait kegiatan sehari-hari. Warga dilarang ke kedai kopi, maupun belanja ke pasar yang ramai hingga salat berjamaah di masjid.

Kota-kota dikarantina, di akhir pekan warga tidak boleh keluar rumah dan warga di atas 65 tahun, dan 20 tahun ke bawah diharuskan diam di rumah.

Istanbul menjadi pusat wabah virus corona, dan kota ini kehilangan denyutnya sebagai jantung negara ini.

Baca juga: 5 Anjuran IDAI agar Anak Aman Belajar Selama New Normal Pandemi Corona

2. Pelacakan virus corona

Kendati saat ini pelonggaran telah diberlakukan, namun Turki masih tetap waspada terhadap potensi penularan virus corona baru ini.

Direktur kesehatan publik di distrik Fatih, dr Melek Nur Aslan memimpin operasi pelacakan kontak dan di seluruh Turki ada 6.000 tim pelacak kontak.

Sejak hari pertama ditemukannya kasus pertama Covid-19, pelacakan virus corona baru ini pun dimulai. Hal ini berkaitan dengan pengalaman Turki selama 10 tahun melacak penyebaran wabah cacar.

"Kami siap dan tinggal mengambil program itu dari lemari, kemudian menggunakannya untuk Covid-19," kata dr Aslan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com