Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Angka Kematian akibat Corona di Negara Kaya Sangat Tinggi?

Kompas.com - 26/05/2020, 08:04 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

"Mereka tidak perlu menunggu sampai 11 Maret, ketika sampai WHO menyebutnya pandemi," tambahnya.

Baca juga: Lewati Uji Tahap Pertama, Vaksin China Beri Harapan pada 100 Orang

Apakah datanya bisa dipercaya?

Secara singkat, tidak. Begitu banyak variabel, dengan kapasitas, kemampuan, dan kejujuran yang sulit dipastikan.

Di Inggris, kematian di fasilitas perawatan lansia dan di rumah tidak dicatat selama berminggu-minggu.

Para ahli demografi juga membantah angka kematian Rusia yang relatif rendah, mengingat tingkat kematian Moskow untuk April saja tampaknya naik hampir 20 persen.

Menurut penelitian Johns Hopkins University, lebih dari 16 persen dari semua pasien yang terinfeksi Covid-19 di Belgia telah meninggal.

Di Prancis 15,3 persen, Inggris 14,1 persen, Spanyol 11,9 persen, dan Swedia 12,3 persen.

Menariknya, meski AS memiliki angka kematian aktual tertinggi, rasio kematian terhadap Covid-19 yang tercatat adalah 5,5 persen. Di Australia, hanya 1,5 persen.

Profesor McLaws mengakui angka kematian seringkali dihitung secara keliru dan dalam beberapa kasus, mungkin lebih tinggi.

Kelihatannya ada pandemi yang tidak dilaporkan di negara-negara berkembang, yang akan kian lebih jelas seiring berjalannya waktu.

"Virus ini sudah ada di Afrika, tapi mereka tidak memiliki sistem pengawasan yang baik," kata Profesor McLaws.

Profesor McVernon mengatakan kemiskinan atau tingkat pendapatan yang rendah tidak selalu menjamin terjadinya bencana.

Menurut dia, beberapa negara berpenghasilan rendah seperti Vietnam dan Thailand berhasil mengatasi penyebaran Covid-19, sementara negara-negara seperti Kamboja dan Papua Nugini hanya mengalami kasus sporadis.

Baru permulaan

Wakil pejabat medis tertinggi Australia Paul Kelly menjelaskan, pengujian dan data mungkin menimbulkan kesan bahwa ini penyakit orang kaya, karena jumlah kematian terbesar terjadi di negara-negara kaya.

"Pengujian itu sangat membantu, namun tidak semua orang yang terinfeksi di dunia telah diuji," katanya.

Sikap negara-negara yang cepat berpuas diri dan terlalu percaya diri telah menyebabkan puluhan ribu warganya kini meninggal, di samping faktor demografi dan komorbiditas.

Baca juga: Program Imunisasi Terganggu Covid-19, 80 Juta Anak di Dunia Terancam

Jadi jika kita menganggap virus ini penyakit orang kaya, itu tak sepenuhnya tepat. Negara-negara kaya seperti Australia, Selandia Baru, Jerman dan Yunani mampu menekan penyebarannya melalui tindakan sulit di awal.

Meski lockdown dan penutupan pembatasan sudah berlangsung cukup lama, tapi sebenarnya ini baru permulaan.

Negara-negara seperti Australia telah berhasil dengan baik, namun tidak dijamin akan di masa depan. Perjalanan kita masih dipenuhi kabut tebal.

Namun dari sudut pandang saat ini, foto-foto dokter dan perawat yang terpukul, ambulans yang menunggu berjam-jam di UGD, dengan jelas menunjukkan kegagalan yang dialami negara-negara yang seharusnya justru paling siap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com