Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lewati Uji Tahap Pertama, Vaksin China Beri Harapan pada 100 Orang

Kompas.com - 25/05/2020, 17:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - China telah menyelesaikan uji klinis (uji coba ke manusia) tahap awal untuk vaksin SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19.

Hasilnya, vaksin cukup aman dan efektif bagi manusia, karena para peserta penelitian menunjukkan pembentukan antibodi Covid-19.

Vaksin bernama Ad5-nCoV itu dikembangkan oleh Beijing Institute Biotechnologies dan perusahaan bioteknologi asal China, CanSino Biological.

Ini merupakan salah satu vaksin virus corona yang memasuki percobaan pada manusia di Maret 2020.

Baca juga: Seberapa Penting Vaksin untuk Hentikan Pandemi Covid-19?

Dilansir Live Science, Sabtu (23/5/2020), vaksin Ad5-nCoV menggunakan versi yang lebih lemah dari virus flu biasa, yang menginfeksi sel manusia tetapi tidak menyebabkan penyakit.

Versi flu biasa ini digunakan untuk mengirimkan fragmen materi genetik dari SARS-CoV-2.

Materi genetik ini memberikan instruksi untuk membuat "protein lonjakan" di permukaan SARS-CoV-2.

Idenya adalah sistem kekebalan tubuh seseorang akan menciptakan antibodi terhadap protein lonjakan, yang akan membantu melawan virus corona jika seseorang terkena virus tersebut.

Hasil studi uji klinis tahap awal tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal The Lancet pada 22 Mei 2020.

Uji coba dilakukan pada 108 orang berusia 18-60 tahun yang dalam kondisi sehat.

Peserta dibagi menjadi tiga kelompok yakni yang menerima dosis rendah, menengah, dan tinggi.

Hari ke-28 setelah vaksinasi, para peserta tersebut menunjukkan beberapa tingkat kekebalan terhadap virus. Hampir semua peserta telah mengembangkan antibodi yang terikat pada SARS-CoV-2.

Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Beberapa Orang Menolak Vaksin?

Sementara sekitar setengah dari peserta dalam kelompok dosis rendah dan menengah, serta tiga perempat dari peserta dalam kelompok dosis tinggi mengembangkan "antibodi penawar," yang mengikat dan menonaktifkan virus untuk mencegahnya menginfeksi sel.

 

Ilustrasi tes corona dengan menggunakan metode swab atau usap untuk mengetahui seseorang terinfeksi Covid-19.Horth Rasur Ilustrasi tes corona dengan menggunakan metode swab atau usap untuk mengetahui seseorang terinfeksi Covid-19.

Meski demikian, vaksin ini tetap menghasilkan efek samping yang beragam pada peserta.

Paling umum adalah nyeri ringan di tempat suntikan, demam ringan, kelelahan, sakit kepala, dan nyeri otot.

Namun, pada sembilan peserta mengalami efek samping demam lebih dari 38,5 derajat Celsius, yang terdiri dari dua dalam kelompok dosis rendah, dua pada kelompok dosis menengah, dan lima pada kelompok dosis tinggi.

Kemudian pada satu peserta dalam kelompok dosis tinggi mengalami demam tinggi disertai kelelahan, sesak nafas, dan nyeri otot. Semua efek tersebut berlangsung tidak lebih dari 48 jam.

Wei Chen, profesor di Beijing Institute Biotechnologies yang juga pemimpin penelitian menyatakan, hasil uji coba ini merupakan tonggak penting dalam pengembangan vaksin Covid-19. Kendati demikian, hasil tersebut juga harus ditafsirkan dengan hati-hati.

"Hasil uji coba yang membentuk kemampuan untuk memicu respon kekebalan tubuh tidak selalu menunjukkan bahwa vaksin tersebut akan melindungi manusia dari Covid-19," ujarnya.

Baca juga: Bagaimana Perkembangan Vaksin Virus Corona?

Kini para peneliti memulai studi tahap dua pada vaksin Ad5-nCoV dengan melibatkan 500 peserta dengan beragam usia, termasuk peserta berusia di atas 60 tahun.

 

Ilustrasi petugas Lab saat melakukan tes swab pada sejumlah warga. Dok. Pemprov Jabar Ilustrasi petugas Lab saat melakukan tes swab pada sejumlah warga.

Para peserta akan diberikan vaksin dosis rendah atau menengah, atau juga plasebo. Efek samping akan diamati hingga enam bulan setelah vaksinasi.

Sekedar diketahui, plasebo merupakan metode untuk menguji efektivitas obat sebelum di produksi secara massal. Plasebo juga dikenal dengan istilah 'obat kosong'.

Sistem kerjanya, dalam penelitian sebagian peserta penelitian diberi obat sesungguhnya dan sebagian lagi diberi obat kosong.

Plasebo ini membantu peneliti untuk tahu apakah obat yang tengah diteliti benar-benar efektif atau hanya sugesti peserta yang merasa lebih baik karena tahu telah mengonsumsi obat tersebut.

Baca juga: Pengembangan Vaksin Covid-19 di Dunia Berbeda Kategorinya, Apa Saja?

Vaksin Virus Corona Lain Juga Menunjukkan Perkembangan

Bersamaan dengan pengembangan vaksin Ad5-nCoV, saat ini ada lebih dari 100 vaksin virus corona yang tengah dikembangkan di seluruh dunia. Setidaknya delapan diantara ratusan vaksin itu sudah memasuki uji coba pada manusia.

Tak hanya vaksin Ad5-nCoV, beberapa kandidat vaksin virus corona lainnya juga telah melaporkan perkembangan yang menjanjikan.

Pada Senin, 18 Mei 2020, perusahaan biotek Moderna mengumumkan bahwa 45 sukarelawan yang menerima dosis kandidat vaksinnya, yang disebut mRNA-1273, mengembangkan antibodi dalam waktu 15 hari.

Tingkat antibodi yang terlihat dalam darah para peserta penelitian ternyata sebanding dengan yang terlihat pada orang yang telah pulih dari Covid-19.

Selain itu, para peneliti di Universitas Oxford mengumumkan bahwa kandidat vaksin mereka, yang disebut ChAdOx1-nCov19, akan masuk dalam tahap uji klinis lanjutan yang melibatkan lebih dari 10.000 orang. Bahkan diperkirakan 100 juta dosis vaksin ini dapat tersedia pada September 2020.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com