Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sembari Menunggu Vaksin, Ini 6 Rekomendasi LIPI Beradaptasi dalam Pandemi Covid-19

Kompas.com - 20/05/2020, 10:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hidup berdamai dengan Covid-19, marak digaungkan oleh berbagai pihak, sebab tidak dapat diketahui pastinya kapan pandemi yang melanda hampir seluruh negara di dunia ini akan berakhir.

Berdasarkan data global hingga Rabu (20/5/2020) pagi, ada 213 negara yang sudah terjangkit Covid-19 dengan total infeksi 4.985.825 kasus.

Untuk Indonesia, hingga Selasa (19/5/2020), jumlah kasus terkonfirmasi adalah 18.496 kasus. Jumlah kasus tersebut terhitung sejak Presiden Jokowi mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Tanah Air, yakni 2 Maret 2020.

Berkaitan dengan pencegahan Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan keterangan bahwa kemungkinan besar vaksin dapat didistribusikan secara massal kepada masyarakat pada akhir tahun 2021.

Baca juga: Vaksin Corona Bisa Dibuat Lebih Cepat dari Normal, Kok Bisa?

Ini artinya, butuh waktu sekitar 1,5 tahun hingga vaksin benar-benar tersedia dan dapat digunakan untuk mencegah paparan virus corona SARS-CoV-2.

Kendati demikian, dalam waktu itu hidup harus terus berjalan.

Melihat kondisi ini, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko, mengatakan pentingnya melakukan mitigasi berbasis data untuk dapat bertahan dan beradaptasi dengan Covid-19 ini.

"Sampai vaksin ditemukan dan imunisasi massal dilakukan, adaptasi masyarakat dengan Covid-19 harus melalui mitigasi yang terkontrol dan berbasis data," kata Handoko.

Berikut 6 rekomendasi LIPI agar kita bisa hidup berdamai dan beradaptasi dengan Covid-19.

1. Kontrol dan mitigasi terukur

Menurut Handoko, kontrol dan mitigasi yang terukur ini dapat berperan untuk menyeimbangkan dilakukannya pengaktifan kembali aktivitas ekonomi masyarakat.

Dalam hal ini, kata dia, mitigasi yang bisa dilakukan bisa berfokus pada skrining massal di simpul mobilitas publik berbasis Rapid Diagnostic Test (RDT) dan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) di lokasi kerumunan permanen seperti di rumah sakit, sekolah, kampus dan perkantoran serta industri.

Petugas kesehatan mengambil sampel swab lendir tenggorokan dan hidung di halaman RS Pertamina Jaya, Jakarta Timur, Selasa (5/5/2020). RS Pertamina Jaya dikhususkan untuk menangani pasien virus corona dengan gejala berat dan dilengkapi dengan Command Center dimana 65 Rumah Sakit BUMN di seluruh Indonesia terkoneksi. Sedangan Hotel Patra Comfort sebagai Rumah Sakit Darurat Covid-19 disiagakan untuk menampung pasien corona.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Petugas kesehatan mengambil sampel swab lendir tenggorokan dan hidung di halaman RS Pertamina Jaya, Jakarta Timur, Selasa (5/5/2020). RS Pertamina Jaya dikhususkan untuk menangani pasien virus corona dengan gejala berat dan dilengkapi dengan Command Center dimana 65 Rumah Sakit BUMN di seluruh Indonesia terkoneksi. Sedangan Hotel Patra Comfort sebagai Rumah Sakit Darurat Covid-19 disiagakan untuk menampung pasien corona.

2. Data akurat PDP dan ODP

Sebagai bentuk mitigasi beradaptasi dengan Covid-19 ini, Handoko menyebutkan bahwa penanganan Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) memerlukan data yang akurat, masif, dan terukur.

"Pasien positif dan keluarganya dikenakan masa isolasi dan karantina. Untuk pasien positif dari masyarakat berpenghasilan rendah, keluarganya ditetapkan sebagai penerima bantuan sosial," ujar dia.

Selain itu juga diperlukan disinfeksi menyeluruh di lokasi dengan kasus konfirmasi positif Covid-19 berdasarkan tes laboratorium atau PCR.

Baca juga: Temuan Baru, Antibodi SARS Dapat Melawan Virus Corona Covid-19

3. Perketat protokol penanganan Covid-19

Jumlah kasus konfirmasi positif terinfeksi Covid-19 semakin meningkat, dan tidak ada yang tahu pasti kapan berakhir.

Oleh sebab itu, kata Handoko, pengetatan pelaksanaan protokol utama penanganan Covid-19 masih perlu dilakukan.

Pengetatan protokol penanganan Covid-19 antara lain seperti kewajiban memakai masker di semua lokasi dan kondisi, jaga jarak di semua aktivitas, serta menjaga kebersihan dan sterilisasi area di mana berada.

"Bila perlu dilakukan dengan mekanisms pemberian denda bagi yang melanggar," kata dia.

4. Pengerahan infrastruktur dan SDM

Tes secara massal sudah digaungkan sejak awal virus corona SARS-CoV-2 teridentifikasi di Indonesia, Maret lalu.

Infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) yang kurang disebut menjadi tantangan dalam tes massal Covid-19 di Tanah Air.

Pengerahan seluruh infrastruktur dan SDM ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas uji berbasis RDT dan PCR.

Dengan melakukan pengadaan nasional untuk RDT dan test kit PCR dari sumber teruji serta rekrutmen SDM untuk operator swan, ekstraksi sampel dan analisis hasil uji.

"Alat PCR yang ada di seluruh instansi dan kampus dikelola secara terpadu sehingga distribusi sampel dapat diatur dengan baik dan hasil cepat keluar,” ujar Handoko.

Ilustrasi tes corona dengan menggunakan metode swab atau usap untuk mengetahui seseorang terinfeksi Covid-19.Horth Rasur Ilustrasi tes corona dengan menggunakan metode swab atau usap untuk mengetahui seseorang terinfeksi Covid-19.

Baca juga: Alasan Kenapa Virus Corona Tak Akan Hilang Meski Ada Vaksin

5. Pembentukan tim pakar

Pandemi Covid-19 ini menghantam semua sektor dalam kehidupan setiap negara.

Oleh sebab itu, membentuk tim pakar dari setiap sektor yang bersangkutan, akan lebih baik untuk mengevaluasi dan memberikan rekomendasi teknis lebih lanjut secara berkala.

Tim pakar ini bisa terdiri dari praktisi dan ilmuwan di sektor terkait dan ahli epidemiologi.

“Sehingga rekomendasinya berbasis data dan perkembangan sains dengan didukung rekayasa teknologi untuk mendukung implementasi,” jelas dia.

6. Penguatan ketahanan

Penguatan ketahanan dalam mitigasi beradaptasi dengan Covid-19 ini, bisa dilakukan dengan mempercepat riset terkait konten lokal. Rekomendasi penguatan ketahanan ini meliputi berbagai hal sebagai berikut:

  • Pengembangan suplemen penguat imunitas tubuh dari bahan alam lokal
  • Karateristik biologi virus SARS-CoV-2
  • Pembuatan bahan dan test kit uji PCR lokal
  • Metode baru uji virus secara molekular sehingga lebih murah dan mudah dilakukan di berbagai fasilitas
  • Pengembangan Rapid Diagnostic Test lokal
  • Pengembangan alat sterilisasi barang berbasis disinfektan untuk area publik.

“Juga penciptaan model bisnis baru untuk UMKM melalui teknologi tepat guna berbasis riset, sehingga bisa menjangkau pasar yang lebih luas dengan daya tahan lebih lama,” kata Handoko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com