Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NASA: Fenomena Solar Minimum Matahari, Mungkin Berbahaya bagi Astronot

Kompas.com - 19/05/2020, 15:07 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Solar minimum adalah bagian dari siklus bintik matahari. Fenomena ini menunjukkan aktivitas yang lebih besar dari bintang.

Meski fenomena matahari ini tidak dapat dirasakan oleh Bumi, namun bagi penjelajahan di luar angkasa mungkin akan memberi pengaruh.

Melansir The Independent, Selasa (19/5/2020), solar minimum pada bintang terbesar di tata surya ini, merupakan bagian rutin dari siklus bintik matahari.

Menurut Dean Pesnell dari Goddard Space Flight Center NASA, saat siklus ini terjadi medan magnet Matahari melemah. Kondisi ini menyebabkan sinar kosmik ekstra dapat memasuki Tata Surya.

Baca juga: Fenomena Solar Minimum, Selamat Datang Siklus Matahari 25

NASA mengatakan setiap perubahan utama tidak selalu terjadi seperti tekanan iklim, yakni faktor yang dapat mendorong iklim ke arah tertentu.

Siklus solar minimum ini, para ilmuwan matahari memperkirakan dampak yang sama yang terjadi selama 3 tahun akibat pertumbuhan konsentrasi karbon dioksida.

NASA menyimpulkan dengan demikian, Grand Solar Minimum baru hanya akan berfungsi untuk mengimbangi beberapa tahun pemanasan yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Ilustrasi astronot saat berada di luar angkasa. Astronot NASA paling berpengalaman soal isolasi dan karantina mandiri selama berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ilustrasi astronot saat berada di luar angkasa. Astronot NASA paling berpengalaman soal isolasi dan karantina mandiri selama berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Baca juga: Fenomena Matahari Solar Minimum, Lapan: Tidak Benar Timbulkan Bencana di Bumi

Selain itu, pemanasan yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil manusia enam kali lebih besar daripada dekade yang mungkin.

Meskipun Bumi mungkin tidak melihat dampak dari perubahan akibat siklus bintik matahari, namun astronot memiliki kemungkinan risiko lebih tinggi.

"Selama solar minimum, medan magnet matahari melemah dan memberikan lebih sedikit perlindungan dari sinar kosmik ini. Ini dapat meningkatkan ancaman bagi para astronot yang bepergian ke luar angkasa," jelas Pesnell.

 

Berpotensi menjadi grand solar minimum

Solar minimum matahari, siklus ini ditandai dengan berkurangnya bintik matahari. Para ilmuwan mengungkapkan kemungkinan siklus kali ini membawa pelemahan matahari yang cukup dalam.

Seperti dilansir dari Newsweek, pada fenomena matahari tahun ini, solar minimum dapat berpotensi menjadi grand minimum solar. Siklus ini terakhir terjadi pada abad ke-17, bertepatan dengan zaman es mini.

Fenomena yang menjadi bagian dari siklus bintik matahari ini terjadi selama 11 tahunan yang disebabkan oleh penguatan dan pelemahan medan magnetnya.

Saat medan magnet melemah, siklus matahari memasuki solar maksimum, yang puncaknya terakhir terjadi pada 2014 lalu.

Baca juga: Solar Orbiter Resmi Diluncurkan, Misteri Matahari Segera Terpecahkan

Pada April 2019 lalu, para ilmuwan di National Oceanic and Atmospheric Administration telah memperkirakan fenomena solar minimum pada 2020 ini akan terjadi serupa dengan siklus terakhir.

Lisa Upton, ahli fisika matahari dengan Space Systems Research Corp mengatakan siklus matahari berikutnya akan seperti siklus terakhir.

Baca juga: Matahari Lebih Pasif Dibanding Bintang Serupa, Kabar Baik untuk Kita

"Namun, tidak ada indikasi, akan mendekati minimum matahari yang sejalan dengan grand solar minimum yang terakhir, yang dikenal sebagai Maunder Minimum," kata Upton.

Sejauh ini, ada 104 hari, di mana tidak ada bintik matahari yang muncul di permukaan matahari. Sepanjang 2019, ada 281 hari tanpa bintik matahari.

"Sejauh ini (solar minimum) pada tahun ini, matahari telah kosong (tanpa bintik matahari) 76 persen, tingkatnya melampaui di Zaman Antarika. Tahun lalu, matahari kosong 77 persen dari waktu," kata Dr. Phillips dalam situsnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com