Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulse Oximeter, Teknologi yang Selamatkan Pasien Corona

Kompas.com - 06/05/2020, 09:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Pulse oximeter adalah perangkat medis yang telah menyelamatkan jutaan nyawa, bahkan di tengah pandemi Covid-19 ini menjadi alat perang utama dalam melawan virus corona baru.

Perangkat ini berukuran kecil, biasanya dijepitkan pada ujung jari tangan pasien di rumah sakit. Sebagian besar posisi penempatan alat ini membutuhkan sisi kuku atas.

Alat ini dilengkapi dengan penunjuk angka berbasis digital, yang setelah alat ini diletakkan pada ujung jari, dalam beberapa detik angka menyala. Angka-angka ini menunjukkan tingkat oksigen darah dan detak jantung pasien.

Melansir New York Times, Rabu (6/5/2020), alat ini ditemukan oleh seorang insinyur Jepang, Takuo Aoyagi, yang kali pertama dirintisnya pada tahun 1970-an.

Baca juga: Studi Temukan Hydroxychloroquine Tingkatkan Kematian Pasien Corona

"Pulse oximeter telah menjadi perangkat tambahan yang sangat penting dalam pengobatan pasien di rumah sakit," kata V. Courtney Broaddus, seorang profesor emeritus kedokteran di Universitas California, San Fransisco.

Alat ini akan mengukur empat tanda vital pasien, antara lain suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi dan laju pernapasan.

Sedangkan tanda vital kelima yang akan diukur alat ini adalah tingkat oksigen dalam tubuh pasien, jika menurun atau mengalami hypoxia, maka alat ini akan menunjukkannya.

Dalam kasus pasien yang dirawat akibat infeksi virus corona baru, SARS-CoV-2, Dr. Broaddus mengatakan banyak pasien positif Covid-19 yang merasakan nyeri dada, demam dan gejala sakit lainnya. 

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Sebelum Corona, Ventilator Selamatkan Pasien Polio

"Pulse oximeter ini menjadi alat yang sangat penting bagi pasien (Covid-19), sebab manusia tidak bisa merasakan sendiri saturasi oksigen yang rendah di dalam tubuhnya," jelas dia.

Penemuan pulse oximeter ini menjadi kontribusi besar yang diberikan Aoyogi pada ilmu kedokteran, yang mana inovasi dari alat medis ini telah dibangunnya selama beberapa dekade.

John W. Severinghaus, profesor emeritus anestesi di Universitas California menuliskan bahwa mimpi Aoyagi adalah mendeteksi kadar saturasi oksigen tanpa harus mengambil darah.

Dalam penelitian awal, Aoyagi mencoba mengukur cardiac output atau jumlah darah yang dipompa oleh jantung dengan menggunakan metode yang dikenal sebagai pencairan zat warna. Caranya dengan menyuntikkan pewarna pada pasien.

Alih-alih menarik darah ke hilir dan mengukur konsentrasi pewarna, Aoyagi malah berusaha menggunakan pulse oximeter awal.

Beberapa di antaranya dikembangkan selama Perang Dunia II untuk membantu pilot militer bernafas di ketinggian.

Namun, perangkat awal itu menempel pada telinga yang cenderung dianggap kurang akurat dan tidak praktis.

Ilustrasi pasien corona, virus corona, Covid-19Shutterstock/Kobkit Chamchod Ilustrasi pasien corona, virus corona, Covid-19

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Teknologi PCR Temuan Mullis untuk Hadapi Corona

Penting bagi pasien positif Covid-19

Dr. Richard Levitan, dokter di Rumah Sakit Bellevue di New York mengatakan sejak pandemi virus corona, SARS-CoV-2 mewabah di Amerika Serikat, dengan angka kasus infeksi yang semakin tinggi, banyak pasien yang datang ke rumah sakit dengan tingkat oksigen yang sangat rendah atau mengalami hypoxia atau hipoksemia.

Menurut dia, pasien dengan Covid-19 dapat mengalami penurunan saturasi oksigen (hipoksia) yang berbahaya, meski tanpa memiliki masalah pernapasan.

Tanpa pulse oximeter, mereka mungkin tidak akan pernah mengetahui bahwa oksigen dalam tubuhnya sangat rendah.

Pasien yang mengalami sesak napas saat datang ke rumah sakit, kadar oksigen mereka akan turun secara signifikan. Dalam tahap lanjut, kemungkinan pasien dapat mengalami pneumonia Covid-19.

Akan tetapi, teknologi perangkat yang sederhana seperti pulse oximeter ini dapat membantu, bahkan menyelamatkan pasien untuk dapat segera mendapat pertolongan apabila terjadi hypoxia, penurunan saturasi oksigen.

Baca juga: Jumlah Pasien Corona Bertambah, Kapan Harus Curiga Gejalanya?

Tak heran, Dr. Levitan menganjurkan agar masyarakat dapat memiliki alat tersebut, terutama bagi mereka yang dites positif virus corona, tapi tidak menunjukkan gejala sakit.

"Dengan pulse oximeter ini, orang Amerika dapat didiagnosis dan dirawat, sebelum mereka benar-benar sakit," kata Dr. Levitan.

Sejak penemu pulse oximeter ini berpulang pada April lalu, teknologi ini kian menjadi alat penting bagi tim medis di garda depan dalam melawan pandemi virus corona saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com