Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Risiko Tsunami Dekat Calon Ibu Kota Baru Indonesia

Kompas.com - 24/04/2020, 09:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Peneliti gabungan dari Inggris dan Indonesia mengungkap adanya potensi risiko tsunami di wilayah yang dipilih sebagai calon ibu kota baru.

Para peneliti tersebut menemukan bahwa tanah longsor bawah laut pernah beberapa kali terjadi di Selat Makassar, antara pulau Kalimantan dan Sulawesi.

Jika kejadian tanah longsor yang paling besar terulang hari ini, tsunami akan muncul dan bisa membanjiri Teluk Balikpapan — daerah yang dekat dengan calon ibu kota.

Meski demikian, peneliti yang terlibat dalam studi ini juga mengatakan agar kita tidak perlu bereaksi berlebihan.

Baca juga: Ibu Kota Baru Harus Usung Konsep Smart City, Ini Indikatornya

"Masih banyak pekerjaan yang harus kami lakukan untuk menilai situasi ini dengan tepat. Namun demikian, ini adalah sesuatu yang mungkin harus dipertimbangkan sebagai risiko oleh pemerintah Indonesia — meskipun kita hanya membicarakan peristiwa 'frekuensi rendah, dampak tinggi'," kata Dr. Uisdean Nicholson dari Heriot-Watt University, Inggris.

Penelitian yang dilakukan Nicholson dan tim menggunakan data seismik untuk menyelidiki sedimen dan struktur di dasar laut Makassar.

Survei tersebut mengungkap 19 zona di sepanjang selat tempat lumpur, pasir, dan lanau jatuh ke lereng yang lebih dalam.

Ilustrasi Kalimantan Timur, Kalimantan Timur, ibu kota baru Kalimantan TimurShutterstock Ilustrasi Kalimantan Timur, Kalimantan Timur, ibu kota baru Kalimantan Timur

Beberapa peristiwa longsor ini melibatkan material sebanyak ratusan kilometer kubik — volume yang sangat mampu mengganggu kolom air, dan menghasilkan gelombang besar di permukaan laut.

"Tanah longsor ini – atau yang kami sebut Mass-Transport Deposits (MTD) – cukup mudah dikenali dalam data seismik," jelas Dr. Rachel Brackenridge dari Universitas Aberdeen, peneliti utama di makalah yang memaparkan penelitian ini.

"Tanah longsor tersebut berbentuk lengkungan dan sedimen di dalamnya kaotis; bukan lapisan datar, teratur, dan rata yang Anda harapkan. Saya memetakan 19 peristiwa, tetapi itu dibatasi oleh resolusi data. Akan ada kejadian lainnya, yang terlalu kecil untuk saya lihat," ujarnya kepada BBC News.

Semua MTD berada di sisi barat kanal dalam (3.000m) yang melintasi Selat Makassar. Dan mereka juga sebagian besar berada di sebelah selatan delta Sungai Mahakam di Pulau Kalimantan, yang mengeluarkan sekitar 8 juta meter kubik sedimen setiap tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com