Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Corona, Ventilator Selamatkan Pasien Polio

Kompas.com - 24/04/2020, 07:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Ventilator atau alat bantu pernapasan kini menjadi yang paling sangat dibutuhkan pasien Covid-19 dengan infeksi virus corona yang parah.

Infeksi virus mematikan yang menyerang paru-paru dapat menyebabkan pasien kesulitan bernapas. Jika tubuh kekurangan oksigen, maka hanya dalam beberapa menit saja, kondisi ini dapat mengancam nyawa.

Lantas, apa itu ventilator dan apa fungsinya?

Ventilator mekanik, yakni mesin yang membantu pasien bernapas, sejak pandemi virus corona menjadi alat yang sangat berharga dan dibutuhkan pasien dengan Covid-19 yang parah.

Semakin banyaknya jumlah pasien yang terinfeksi, bahkan di seluruh dunia, rumah sakit mulai kewalahan dalam menyediakan alat bantu pernapasan ini.

Baca juga: Kematian Meningkat, Dokter Berusaha Tak Pakai Ventilator untuk Covid-19

Demikian juga di Indonesia, sejumlah mekanik dan perusahaan otomotif tengah sibuk membuat ventilator sederhana yang dapat memenuhi kebutuhan alat bantu pernapasan para tenaga medis dalam merawat pasien Covid-19.

Mesin pernapasan paling awal adalah Drinker respiratory yang ditemukan ilmuwan Amerika pada tahun 1928.

Seorang insinyur dan ahli kesehatan industri asal Amerika, Philip Drinker menemukan alat bantu pernapasan tersebut yang lebih dikenal sebagai iron lungs atau paru-paru besi.

Melansir The Lancet, Kamis (23/4/2020), alat ini ditemukan di tengah epidemi polio tahun 1930-an dan 1940-an.

Baca juga: Virus Corona Bisa Hidup di Saluran Pernapasan 5 Minggu Pasca Penularan

Di masa itu, wabah polio sangat parah dan mampu menyulap bangsal rumah sakit dipenuhi deretan anak-anak yang terbungkus alat pernapasan ini.

Saat menempuh studi di Harvard University, Drinker mulai bekerja di sebuah perusahaan industri.

Penemuan alat bantu pernapasan ditemukannya saat sebuah ide muncul ketika mengamati rekannya yang menggunakan sebuah alat respirasi pada seekor kucing.

Berbagai percobaan alat respirasi pada hewan yang dilakukan bersama Louis Shaw, rekannya. Akhirnya, Drinker menyimpulkan metode ventilasi buatan ini juga dapat diterapkan pada manusia.

Pada saat itu, sebuah perusahaan gas di New York mendanai penelitian ventilasi buatan tersebut untuk membantu orang-orang yang mengalami sesak napas karena gas alam.

Penemuannya terus berkembang, hingga sebuah rumah sakit di Boston memanggil Drinker untuk merancang ruang khusus untuk bayi prematur.

Namun, saat berada di rumah sakit itu, Drinker melihat anak-anak sekarat, akibat polio. Wabah ini membuat anak-anak bernapas dengan terengah-engah.

Ilustrasi iron lungs, ventilator pertama yang digunakan pada anak-anak yang terkena polio. Ilustrasi iron lungs, ventilator pertama yang digunakan pada anak-anak yang terkena polio.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Vaksin, Sudah Ada Sejak 1.000 Tahun Lalu

Saat itu, Drinker menyadari aplikasi respirator buatannya sangat dibutuhkan anak-anak dengan polio.

Drinker menguji prototipe respirator pada dirinya dan rekan-rekannya. Pasien pertama yang menggunakan respirator adalah seorang gadis berusia 8 tahun dengan polio.

Drinker sekali lagi dipanggil ke Rumah Sakit Anak-anak di Boston, tempat gadis itu mengalami gangguan pernapasan.

Pada tahun 1929, Drinker dan Shaw menerbitkan sebuah artikel yang menggambarkan respirator mereka sebagai "alat yang agak rumit".

Respirator Drinker, seperti yang diketahui, terdiri dari tangki logam silindris dengan penutup dan kerah karet yang dipasang di salah satu ujungnya, sehingga kepala dan leher pasien akan menonjol.

Ilustrasi iron lungs, ventilator anastesi Emerson.CDC Public Health Image Library Ilustrasi iron lungs, ventilator anastesi Emerson.

Tekanan udara di dalam tangki dikontrol melalui mekanisme katup yang terhubung ke dua pompa udara.

Meskipun sebelumnya telah ada upaya ventilasi buatan dengan perangkat tekanan negatif, desain Drinker mengambil keuntungan dari ketersediaan sumber daya yang terus menerus dalam bentuk listrik.

"Ini adalah momen penting yang sangat awal dalam teknologi medis modern. Pada dasarnya, Anda memiliki mesin, itu bernafas untuk Anda", komentar Profesor Howard Markel dari Pusat Sejarah Kedokteran, University of Michigan.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Teknologi PCR Temuan Mullis untuk Hadapi Corona

Alat bantu pernapasan medis

Ventilator menggantikan respirator selama tahun 1950-an. Mereka menggunakan tekanan positif, yang berarti mereka memompa udara ke paru-paru melalui masker wajah atau tabung di tenggorokan.

Seperti dilansir dari Science Museum, ventilator juga dikembangkan selama Perang Dunia Kedua.

Alat bantu pernapasan ini digunakan untuk memasok oksigen ke pilot pesawat tempur yang terbang di ketinggian.

Ventilator menjadi alat penting dalam pembedahan, serta perawatan medis intensif. Pada tahun 1949, insinyur Amerika, John Haven Emerson mengembangkan ventilator anestesi.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Karantina, Dilakukan sejak Abad Ke-14 untuk Cegah Pandemi

Alat ini dibuat untuk mengatur pernapasan pasien dan membuat operasi menjadi lebih mudah dilakukan.

Teknologi ventilator terus berkembang semakin canggih untuk membantu pasien dengan gangguan pernapasan akut maupun untuk perawatan medis lainnya.

Kini, ventilator atau alat bantu pernapasan menjadi alat yang sangat dibutuhkan bagi pasien Covid-19 yang mengalami kegagalan organ pernapasan akibat infeksi virus corona baru, SARS-CoV-2.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com