Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/04/2020, 16:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com - Ilmuwan di seluruh dunia tengah sibuk menemukan vaksin untuk virus corona baru, SARS-CoV-2. Indonesia juga dinilai sangat perlu untuk turut serta dalam upaya pengembangan vaksin Covid-19.

"Vaksin ini tujuannya untuk mencegah, utamanya pada mereka yang belum terkena (infeksi virus)," ujar Direktur Lembaga Eijkman Profesor Amin Soebandrio dalam acara Ngopi Ring 1, Satu Asa Lawan Covid-19 yang digelar, Rabu (22/4/2020).

Prof Amin menjelaskan vaksin yang dikembangkan saat ini, baik oleh Indonesia maupun negara-negara lain mungkin tidak akan bermanfaat bagi pandemi virus corona yang sedang terjadi.

Baca juga: Pengembangan Vaksin Perlu Pertimbangkan Dampak Mutasi Virus Corona, Mengapa?

Sebab, tak dipungkiri jika pengembangan vaksin membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan mendatang.

"Bisa jadi vaksin ini baru selesai beberapa bulan yang akan datang, di mana pandemi (virus corona) mungkin sebagaian besar sudah berakhir," ungkap Prof Amin.

Kendati demikian, pembuatan vaksin yang dilakukan saat ini, bisa bermanfaat untuk mencegah atau mengantisipasi pandemi yang berikutnya.

Baca juga: Soal Vaksin BCG Lawan Corona, WHO dan Ahli Sebut Belum Ada Hasil Pasti

Sebab, kata Prof Amin, selama ini virus corona telah tiga kali ini menjadi biang wabah di dunia, dari SARS-CoV (penyakit saluran pernapasan akut), MERS-CoV dan SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19.

"Oleh karena itu, kita perlu antisipasi, karena kelihatannya, karena virus corona ini mungkin akan menjadi masalah lagi ke depannya. Tetapi mudah-mudahan saja tidak," jelas Prof Amin.

Ilustrasi proses pembuatan vaksin untuk virus corona barushutterstock.com Ilustrasi proses pembuatan vaksin untuk virus corona baru

Baca juga: Studi Swiss Temukan Virus Corona Serang Pembuluh Darah, Apa Akibatnya?

Sejauh ini, penelitian mengungkapkan virus corona banyak ditemukan dan ditularkan dari hewan.

Prof Amin mengatakan selama interaksi manusia dan hewan liar semakin tinggi, maka kemungkinan ke depan yang akan menjadi pandemi berikutnya juga masih dari virus corona ini.

"Kalau kita tidak mengembangkan kemampuan membuat vaksin, maka kita akan relay dengan luar negeri. Nanti kalau ada pandemi, kita butuh vaksin mungkin akan kesulitan," papar dia.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Mutasi Langka Virus Corona SARS-CoV-2, Ini Penjelasannya

Indonesia punya kapasitas pengembangan vaksin

Prof Amin mencontohkan apabila Indonesia harus memberikan vaksin pada separuh penduduknya, misalnya 150 juta penduduk membutuhkan imunisasi.

Maka, estimasi jumlah vaksin yang diperlukan sekitar 300 juta dosisi. Sebab, satu orang paling tidak harus diimunisasi sebanyak dua kali.

"Lalu, harga vaksin normalnya sekitar satu dolar, tidak sampai Rp20.000. Tetapi dalam keadaan pandemi seperti saat ini, harga vaksin bisa naik 10 kali," ungkap Prof Amin.

Ilustrasi imunisasiJovanmandic Ilustrasi imunisasi

Sehingga, untuk mencukupi sedikitnya 300 juta dosis vaksin saja, biaya yang diperlukan sekitar Rp45 triliun.

Kendati demikian, lanjut Prof Amin, jika memiliki anggaran tersebut, sayangnya tidak ada pabrik yang bisa mensuplai vaksin dalam satu waktu dengan jumlah 300 juta dosis.

"Karena kapasitas produksi vaksin di dunia, sekitar 8 juta dosis per minggu. Misalnya Indonesia bisa negosiasi, 1 juta dosis per minggu, tetapi kita memerlukan 300 juta dosis, itu baru akan terpenuhi sekitar 6 tahun," jelas Prof Amin.

Baca juga: Ilmuwan Perancis Gunakan Vaksin Campak untuk Lawan Infeksi Corona

Berdasarkan estimasi tersebut, Prof Amin menegaskan Indonesia memiliki kapasitas untuk membuat vaksin sendiri, termasuk vaksin virus corona.

"Sehingga, kita tidak tergantung pada luar negeri. Kita pakai kemampuan sendiri dalam membuat vaksin, baik itu untuk virus corona, maupun untuk menghadapi pandemi lainnya," sambung Prof Amin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

4 Manfaat Kacang Merah untuk Kesehatan

4 Manfaat Kacang Merah untuk Kesehatan

Oh Begitu
Peneliti Ungkap Efek Memakai Masker Mata Saat Tidur

Peneliti Ungkap Efek Memakai Masker Mata Saat Tidur

Oh Begitu
Apa Efek Berbahaya Makan Keju Terlalu Banyak?

Apa Efek Berbahaya Makan Keju Terlalu Banyak?

Oh Begitu
Seperti Apa Permukaan Pluto?

Seperti Apa Permukaan Pluto?

Oh Begitu
NASA Ungkap Konsep Cryobot, Wahana Pemburu Alien

NASA Ungkap Konsep Cryobot, Wahana Pemburu Alien

Fenomena
Dampak Plastik, Hewan Laut Gagal Bereproduksi

Dampak Plastik, Hewan Laut Gagal Bereproduksi

Fenomena
5 Manfaat Konsumsi Jahe di Musim Hujan

5 Manfaat Konsumsi Jahe di Musim Hujan

Kita
Mengapa Acar Bisa Awet dalam Waktu Lama?

Mengapa Acar Bisa Awet dalam Waktu Lama?

Oh Begitu
Si Buta-Buta dari Pesisir Pantai

Si Buta-Buta dari Pesisir Pantai

Kita
Lubang Raksasa Sebesar 60 Kali Bumi Muncul di Matahari

Lubang Raksasa Sebesar 60 Kali Bumi Muncul di Matahari

Fenomena
Penelitian Menduga Manusia Ratusan Tahun yang Lalu Berburu dan Makan Berang-berang

Penelitian Menduga Manusia Ratusan Tahun yang Lalu Berburu dan Makan Berang-berang

Oh Begitu
Berapa Kali Bumi Mengorbit Matahari?

Berapa Kali Bumi Mengorbit Matahari?

Oh Begitu
Apa Saja Manfaat Pare untuk Kesehatan?

Apa Saja Manfaat Pare untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Mengapa Ikan Sangat Baik untuk Dikonsumsi?

Mengapa Ikan Sangat Baik untuk Dikonsumsi?

Oh Begitu
Kura-kura Tertua di Dunia Rayakan Ulang Tahun ke-191 Tahun

Kura-kura Tertua di Dunia Rayakan Ulang Tahun ke-191 Tahun

Fenomena
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com