Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan Terbaru, Virus Corona Juga Berpotensi Rusak Ginjal dan Jantung

Kompas.com - 17/04/2020, 17:02 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

Terlebih lagi, pasien yang mengalami masalah pada jantung tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa masalah jantung tersebut adalah efek langsung dari virus SARS-CoV-2.

Elkind menyebutkan penelitian yang dilakukan terhadap pasien Covid-19 di China membuktikan bahwa 40 persen menderita arrhythmia (kelainan irama denyut jantung). Sementara itu, 20 persen pasien mengalami kerusakan jantung.

Masalah pencernaan

Virus SARS-CoV-2 menginfeksi manusia dengan menempelkan diri pada reseptor sel bernama ACE2. Sel ini banyak terdapat di saluran dan organ pernapasan. Namun ada kemungkinan virus corona memasuki organ lain dengan cara yang sama.

Organ pencernaan misalnya, memiliki 100 kali lebih banyak reseptor ACE2 dibandingkan bagian tubuh lainnya.

“Jika dibentangkan, area permukaan yang memiliki ACE2 mungkin seluas lapangan tenis. Ini adalah area yang sangat rentan terhadap virus untuk menyerang dan menduplikasi diri,” tutur Brennan Spiegel, Wakil Pemimpin Redaksi untuk American Journal of Gastroenterology.

Baca juga: Wabah Corona, Pencarian Google Bisa Ungkap Penyebaran dan Gejala Baru

Oleh karena itu virus SARS-CoV-2 juga memiliki efek yang cukup kuat pada sistem pencernaan, menyebabkan diare, muntah-muntah, dan gejala lainnya.

 

Sebuah studi menyebutkan setengah pasien Covid-19 memiliki gejala masalah saluran pencernaan. Para dokter menyerukan tagar #NotJustCough (tidak hanya batuk) untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap hal ini.

Sebuah laporan juga menyebutkan virus ini mungkin menyerang organ hati. Seorang wanita berusia 59 tahun di AS datang ke rumah sakit karena warna urin yang gelap, yang diketahui disebabkan oleh hepatitis parah.

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia: Perilaku dan Otak Kita Dikendalikan Pencernaan

Usai timbulnya gejala batuk, para dokter menghubungkan infeksi Covid-19 dengan kerusakan hati.

Spiegel menyebutkan, ia juga mendapat laporan-laporan lainnya setiap hari. Sebuah laporan lainnya dari China menyebutkan 5 orang pasien Covid-19 mengalami hepatitis akibat virus tersebut.

Badai sitokin

Sejauh ini, para ilmuwan telah menemukan bahwa sistem imun yang berusaha keras menyerang virus corona menyebabkan badai sitokin dan menjadi penyebab utama kerusakan organ.

Pada beberapa pasien Covid-19 dengan kondisi parah, para dokter menemukan tingkat inflamasi sitokin yang tinggi bernama “interleukin-6” atau IL-6.

Baca juga: Bisa Sebabkan Kematian pada Pasien Covid-19, Apa Itu Badai Sitokin?

Badai sitokin bukanlah hal baru dalam penyakit medis. Badai sitokin biasa menyerang orang dengan penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis atau pasien kanker yang menggunakan terapi imun.

 

Dalam kasus Covid-19, badai sitokin adalah penyebab utama pasien memasuki ruang perawatan intensif.

Baca juga: Kematian akibat Corona Tinggi Mungkin karena Badai Sitokin, Kok Bisa?

“Ketika sitokin Anda berada di luar kendali, hal buruk bisa terjadi,” tutur Jeffrey S Weber, Wakil Direktur Perlmutter Cancer Center di NYU Langone Medical Center.

Untuk mengobati badai sitokin, para dokter biasanya menggunakan obat-obatan anti IL-6 antara lain tocilizumab. Obat ini digunakan oleh pasien kanker yang mengalami badai sitokin akibat terapi imun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com