Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/04/2020, 19:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Menurutnya, hal ini sama seperti klorokuin yang kita tahu berfungsi untuk mengobati malaria.

Di mana penelitian klorokuin di tahap in vitro (tabung reaksi) menunjukkan bahwa klorokuin dapat menghentikan pertumbuhan virus.

Penelitian seperti ini harus sampai pada tahap pengujian ke manusia dalam skala besar, baru dapat disimpulkan.

"Itu (klorokuin) sama saja dengan ini (Carrimycin). Kita ingin tahu dulu, pengujian di tabung reaksi bagaimana, apa ada efeknya pada virus. Jika ada, baru diujikan ke manusia dalam skala besar," ujar Nafrialdi.

Selain menguji pada manusia, diharapkan akan ada pembanding dengan obat lain yang dikonsumsi pasien. Hal ini juga untuk membuktikan apakah memang Carrimycin yang berfungsi mengobati Covid-19 atau pengaruh juga dari obat lain, khususnya obat antivirus yang dipakai.

Nafrialdi mengatakan, karena saat ini Carrimycin masih dalam tahap uji klinis di China dan belum ada hasilnya. Dia menyarankan untuk tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan.

Baca juga: Jenazah Pasien Corona Dilapisi Plastik dan Klorin, Ini Protokol WHO

Efek samping

Nafrialdi berkata, antibiotik golongan mikrolida memiliki efek samping yang cukup khas, yakni memengaruhi saluran cerna.

"Bisa mual, muntah, sakit lambung. Itu efek samping umum untuk obat-obat yang diminum. Jadi tidak ada yang spesifik sekali," ungkap Nafrialdi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com