Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/04/2020, 18:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - 31 Desember, pertama kalinya WHO China melaporkan adanya kasus pneumonia berat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Penyakit yang diakibatkan oleh virus corona ini, berbeda dengan virus corona penyebab SARS atau pun MERS.

Virus yang kemudian dikenal sebagai virus corona baru SARS-CoV-2 adalah penyebab pandemi Covid-19 di dunia.

95 hari sejak diumumkan pertama kali, viru ini telah menyebar ke 204 negara dan menginfeksi lebih dari 1.017.000 orang pada Jumat (3/4/2020) siang.

Menurut hasil studi yang diterbitkan di jurnal The New England Journal of Medicine (NEJM) pada 28 Februari 2020, selama dua bulan sejak pertama kali dikonfirmasi, Covid-19 dengan cepat menyebar ke seluruh China.

Wabah ini pun menyebabkan berbagai macam penyakit bagi penderitanya.

Baca juga: Update Corona 3 April: 1.018.845 Kasus di 204 Negara, 213.542 Sembuh

Pasien ada yang demam, batuk, dan sesak napas. Tapi ada juga pasien Covid-19 yang sama sekali tidak menunjukkan gejala.

"Pasien sering datang ke rumah sakit tanpa keluhan demam. Hasil uji radiologis juga banyak yang menunjukkan tidak ada sesuatu yang abnormal," tulis ahli dalam laporan jurnal mereka.

Gambar mikroskop elektron pemindai ini menunjukkan virus corona Wuhan atau Covid-19 (kuning) di antara sel manusia (merah). Sampel virus diambil dari seorang pasien AS yang terinfeksi. Para ahli menambahkan gambar agar lebih tampak. Gambar mikroskop elektron pemindai ini menunjukkan virus corona Wuhan atau Covid-19 (kuning) di antara sel manusia (merah). Sampel virus diambil dari seorang pasien AS yang terinfeksi. Para ahli menambahkan gambar agar lebih tampak.

Gejala Covid-19

Studi ini menggunakan data dari 1.099 pasien Covid-19 dar 552 rumah sakit yang ada di 30 provinsi di China hingga 29 Januari 2020.

Studi ini menemukan, gejala paling umum yang dirasakan pasien adalah demam (43,8 persen saat masuk rumah sakit dan 88,7 persen ketika rawat inap) dan batuk (67,8 persen).

Selain demam dan batuk, gejala paling jarang yang ditemui adalah diare. Kondisi ini dialami oleh 3,8 persen pasien.

Sementara itu, sekitar 83,2 persen pasien Covid-19 saat masuk ke rumah sakit memiliki limfositopenia.

Limfositopenia atau disebut juga limfopenia merupakan suatu keadaan di mana jumlah limfosit di dalam darah rendah (dibawah 1.500 sel/μL darah pada dewasa atau dibawah 3.000 sel/μL pada anak-anak).

Dalam keadaan normal, jumlah limfosit mencapai 15-40% dari sel darah putih dalam aliran darah. Limfosit merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi virus, membantu sel lainnya dalam melindungi tubuh dari infeksi bakteri, jamur, dan parasit, hingga membantu mengatur aktivitas sel lainnya dalam sistem kekebalan

Limfositopenia bisa disebabkan oleh berbagai macam penyakit dan keadaan. Namun penyebab limfositopenia yang paling sering adalah AIDS dan malnutrisi.

Hasil rontgen memperlihatkan paru-paru pasien bersih setelah sel-sel imun berperang melawan virus corona. Foto kiri pada hari kelima perawatan, foto kanan pada hari ke-10. Hasil rontgen memperlihatkan paru-paru pasien bersih setelah sel-sel imun berperang melawan virus corona. Foto kiri pada hari kelima perawatan, foto kanan pada hari ke-10.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com