Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Mengapa Rapid Test Corona Bisa Negatif Palsu, sedangkan PCR Butuh 3 Hari?

Kompas.com - 03/04/2020, 12:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jika jumlah spesimen sedikit, misalnya antara lima hingga sepuluh, tes PCR ini membutuhkan setidaknya waktu enam jam, mulai dari spesimen diekstraksi di laboratorium sampai hasil pemeriksan keluar.

Jika jumlah spesimen banyak, ditambah dengan keterbatasan alat dan waktu, maka proses pemeriksanaan bisa melebihi 24 jam (2-3 hari) setelah spesimen diterima laboratorium.

Spesimen itu, dari orang-orang yang diduga terkena Covid-19, dikirim oleh rumah sakit rujukan atau dinas kesehatan ke laboratorium, lalu hasilnya disampaikan ke rumah sakit untuk menentukan langkah perawatan pasien. Sampai 30 Maret, lebih dari 6.600 orang diperiksa dengan tes rRT-PCR.

Selain laboratorium Kementerian Kesehatan di Jakarta, saat ini terdapat 12 laboratorium milik pemerintah di beberapa daerah dan 3 jaringan laboratorium swasta untuk memeriksa virus dengan metode standar WHO.

Laboratorium jejaring mempunyai variasi kemampuan yang berbeda dalam sehari, tergantung jumlah alat yang dimiliki. Satu laboratorium per hari rata-rata bisa memeriksa minimal 100 sampel bahkan lebih.

Tes diagnostik cepat: mendeteksi antibodi

Berbeda dengan tes PCR, yang menggunakan cairan membran mukosa tenggorok pasien, tes diagnostik cepat (RDT) memeriksa sampel darah seseorang yang diambil dari ujung jari. RDT ini untuk mendeteksi timbulnya antibodi seseorang terhadap virus SARS-CoV-2 dalam sampel darah yang diperiksa.

Selain itu jika PCR mendeteksi adanya virus SARS-CoV-2 secara langsung, rapid diagnostic test (RDT) mendeteksi timbulnya antibodi seseorang terhadap virus SARS-CoV-2 berupa Antibodi IgM dan Antibodi IgG.

Adanya antibodi IgM menunjukkan respons tubuh pada tahap awal (respons akut) infeksi virus Covid-19, sementara IgG menunjukkan tubuh pernah terinfeksi COVID-19.

Hasilnya dapat dibaca secara visual pada alat RDT, seperti yang terjadi pada alat tes kehamilan.

Pada alat RDT yang dipakai di Indonesia saat ini, jika hasil tes menunjukkan positif akan muncul dua garis pita warna merah (di garis C dan T) di garis kontrol, sementara jika hanya muncul satu pita merah (hanya di garis C) maka menunjukkan negatif. Hasil dapat diketahui sekitar 10-15 menit.

RDT Covid-19 ini mampu mendeteksi munculnya antibodi tersebut pada orang yang sudah terinfeksi selama 7-14 hari, bahkan lebih (tergantung kemampuan sistem imunitas seseorang) dengan atau tanpa gejala Covid-19.

Tes ini mudah dan bisa dilakukan di fasilitas kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit dan laboratorium yang tidak mempunyai kemampuan pemeriksaan rRT-PCR.

Pemeriksaan RDT ini dapat dilakukan pada orang-orang yang rentan dan berisiko, termasuk orang yang baru datang dari daerah endemis Covid-19, orang lanjut usia, dan petugas medis.

Cara ini dapat mengidentifikasi sejak dini indikasi terinfeksi virus dan membatasi penularan selanjutnya. Dengan alat ini, pemerintah bisa mengetahui skala penyebaran penyakit sehingga bisa segera mengambil kebijakan. Sedangkan pasien yang positif terinfeksi bisa segera diisolasi dan dirawat untuk mencegah penularan lebih luas dan kematian.

Keunggulan dan kelemahan RDT

Saat ini beberapa produk RDT Cina, menurut sebuah laporan dari Universitas Nasional Singapura, telah mempunyai nilai sensitivitasnya 88,66 persen dan spesifitasnya 90,63 persen dibanding produk lainnya dari Jerman dan Korea Selatan yang belum ada nilai sensitivitas dan spesifitasnya (belum teruji).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com