Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/04/2020, 13:04 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan kekhawatirannya akan peningkatan dan penyebaran virus corona yang begitu cepat.

Dalam konferensi pers di Jenewa, Rabu (1/4/2020), Ghebreyesus mengatakan, dalam lima minggu terakhir, kita telah melihat pertumbuhan kasus baru yang nyaris eksponensial, mencapai hampir semua negara, teritori, dan wilayah.

"Angka kematian telah berlipat ganda dalam seminggu terakhir. (Dan) dalam beberapa hari ke depan, kita akan mencapai 1 juta kasus terkonfirmasi, dan 50.000 kematian (akibat corona)," ujarnya.

WHO mengakui bahwa jumlah kasus yang dilaporkan di Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan tidak setinggi negara-negara lain. Akan tetapi, negara-negara ini rentan mengalami dampak sosial, ekonomis, dan politis yang serius akibat Covid-19.

Baca juga: Update Corona 2 April: 935.750 Kasus di 203 Negara, 194.277 Sembuh

"Sangat penting bagi kita untuk memastikan bahwa negara-negara ini terlengkapi untuk mendeteksi, menguji, mengisolasi, dan mengobati kasus-kasus, serta mengidentfikasi kontak," kata Ghebreyesus.

"Saya bersemangat untuk melihat hal ini terjadi di banyak negara, meskipun sumber daya terbatas," imbuhnya.

Solidarity Trial

Dalam konferensi pers yang sama, Ghebreyesus juga menyampaikan perkembangan terbaru akan Solidarity Trial.

Sejauh ini, sudah ada 74 negara yang telah bergabung atau sedang proses bergabung dengan Solidarity Trial.

Sebanyak 200 pasien juga telah dipasangkan secara acak dengan salah satu obat atau kombinasinya yang diuji.

"Setiap pasien yang bergabung dalam uji ini membawa kita satu langkah lebih dekat ke obat mana yang bekerja," kata Ghebreyesus.

Baca juga: Bulan Ini, Indonesia Masuki Fase Kritis Corona

Untuk diketahui, Solidarity Trial adalah pengujian klinis terhadap empat obat yang berpotensi menyembuhkan virus corona.

Pengujian klinis ini dilakukan di berbagai negara dan digawangi oleh WHO. Tujuannya untuk mencari tahu obat mana yang paling efektif dalam menyembuhkan virus corona Covid-19.

Obat yang diuji ada empat, yaitu obat antivirus remdesivir, kombinasi lopinavir dan ritonavir yang selama ini digunakan untuk HIV, kombinasi lopinavir bersama ritonavir dan interferon beta, serta obat antimalaria klorokuin.

Masker medis

Ghebreyesus berkata bahwa prioritas WHO saat ini adalah agar para petugas kesehatan di garda terdepan dapat mengakses alat pelindung diri (APD), termasuk masker dan respirator.

Itulah sebabnya, WHO terus bekerja sama dengan pemerintah dan produsen untuk meningkatkan produksi dan distribusi APD, termasuk masker.

Namun, dia juga mengakui bahwa pada saat ini, sedang ada perdebatan mengenai penggunaan masker oleh masyarakat.

Akan tetapi, WHO hanya merekomendasikan penggunaan masker medis untuk orang yang sedang sakit atau yang merawat orang sakit. Itu pun harus digabungkan dengan upaya perlindungan lainnya agar efektif melindungi dari infeksi virus corona.

Baca juga: 3 Hal yang Terlewat di Balik Tingginya Presentase Kematian Corona di Indonesia

"WHO terus mengumpulkan segala bukti yang ada dan terus mengevaluasi potensi penggunaan masker yang lebih luas untuk mengontrol penularan Covid-19 pada tingkat komunitas," katanya.

Dia melanjutkan, ini adalah virus yang sangat baru, dan kita selalu belajar. Bersamaan dengan berkembangnya pandemi, begitu juga dengan bukti dan nasihat kami.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com