Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 di Indonesia, Ahli Sebut Deteksi Virus Corona Bisa Lebih Awal

Kompas.com - 14/03/2020, 18:32 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Ahli kesehatan publik di Harvard University menilai Covid-19 di Indonesia mestinya dapat terdeteksi jauh lebih awal, sejak virus corona mulai mewabah di China.

Kendati demikian, imbauan tersebut menjadi kontroversi hingga akhirnya dua pekan lalu, pemerintah mulai mengumumkan dua pasien pertama yang positif Covid-19.

Dalam diskusi Menghadapi Covid-19 Coronavirus di Indonesia oleh Public Health Harvard Club Indonesia (HCI) Shared Interest Group, dr. Panji Fortuna Hadisoemarto, peneliti dan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Padjajaran mengatakan bagaimana Singapura dapat lebih cepat mendeteksi corona.

"Outbreak di China mulai diberitakan akhir Januari, lalu mulai terdeteksi di tempat-tempat lain. Di Singapura tidak lebih dari 2 minggu setelah kasus China, mereka sudah mendeteksi," ungkap dr. Panji, Sabtu (14/3/2020).

Baca juga: Virus Corona di Indonesia Bikin Masyarakat Panik, Ini Sebabnya

Sedangkan di Indonesia, baru mengumumkan kasus infeksi Covid-19, pada hari ke-40 setelah wabah di China diumumkan.

"Jika melihat dengan model epidemiologi untuk virus corona ini, mestinya secara teori, Indonesia sudah menemukan kasus, saat China mengumumkan kasusnya," kata dr. Panji.

Panji menjelaskan ada dua hal yang perlu dilihat dari kasus virus corona di China dan Indonesia. Dia menilai tampaknya kasus di Indonesia peningkatannya infeksi virus cenderung lebih banyak dari China.

Apabila dilihat dari koefisien dan eksponensial infeksi virus SARS-CoV-2 di China sebesar 0,3 dan di Indonesia 0,35.

Baca juga: WHO Resmi Sebut Virus Corona Covid-19 sebagai Pandemi Global

"Di hari ketujuh dan kedelapan, ada pelaporan kasus (Covid-19) yang sangat tajam. Secara absolut tidak banyak, hanya sekitar 6 sampai menjadi 19 kasus," paparnya.

Namun, secara relatif data ini hampir tiga kali lipat. Artinya, kata dr.Panji, besar kemungkinan kasus-kasus yang ditemukan komulatif dari sebelumnya.

Panji mengatakan mestinya Indonesia bisa menemukan kasus sekitar seminggu lebih awal dibandingkan dari yang ditemukan kurang lebih dari 11 hari lalu.

"Modeling epidemiologi itu ternyata tidak selalu salah, bahwa mestinya kita sudah ada kasus Covid-19 jauh lebih awal dari yang kita ketahui sekarang," jelas alumni Public Health Harvard University ini.

Informasi dan pendekatan hadapi Covid-19

Lebih lanjut peneliti demam berdarah dengue ini mengatakan perlunya memastikan informasi dan pendekatan menghadapi pandemi virus corona dengan tepat.

Panji mengungkapkan Badan Intelejen Nasional (BIN) bahkan bisa memprediksi masa puncak penyebaran virus corona akan terjadi sekitar Lebaran.

Pada puncaknya, angka kasus infeksi diperkirakan mencapai 4.000 infeksi baru per hari.

Baca juga: Kian Meluas, Virus Corona Masih dapat Dikendalikan, Ini Caranya

"Untuk menentukan seberapa parah bencana (wabah Covid-19) ini kita harus memastikan pendekatan yang dilakukan harus benar, baik itu pendekatan analisis maupun modeling yang digunakan," jelas dia.

Informasi tentang perkembangan infeksi virus corona juga sangat penting. Menurut dr. Panji, tidak hanya infeksi berat, tetapi juga kasus-kasus ringan.

Namun, untuk informasi kasus tersebut, menurut dia masih cukup keteteran mengingat kapasitas deteksi virus corona masih sangat lambat.

"Terlambat beberapa hari, pasiennya sudah meninggal, hasil laboratorium baru keluar. Padahal ini sangat penting (diketahui segera)," kata dr. Panji.

Baca juga: CT Scan Pasien Covid-19 Ini Tunjukkan Keparahan akibat Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com