Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Kesalahan yang Memperburuk Wabah Corona, termasuk Pemakaian Masker

Kompas.com - 05/03/2020, 09:35 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Setiap orang bisa ikut ambil bagian dalam mencegah penyebaran SARS-CoV-2, yakni virus corona baru yang berasal dari China dan menyebabkan Covid-19.

Namun di tengah ketidakpastian, kita semua juga dapat membuat kesalahan yang justru makin memperburuk keadaan.

Penyebaran virus terjadi ketika seseorang yang positif mengidap Covid-19 menularkan virus SARS-CoV-2 ke orang lain, terutama mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.

"Jika Anda terinfeksi dan melakukan kontak dengan orang lain, orang tersebut berpotensi tertular juga," kaya Stanley Deresinski, seorang profesor klinis penyakit menular di Stanford Medicine.

"Pada dasarnya pola inilah yang terus berputar," imbuh Deresinski seperti dilansir Live Science, Kamis (5/3/2020).

Baca juga: Selain Corona, Jemaah Umrah Harus Waspada Virus Influenza

Berikut adalah lima kesalahan yang bisa dilakukan semua orang dan justru berdampak memperburuk wabah penyakit Covid-19.

1. Tidak mengkarantina diri saat sakit

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS merekomendasikan bagi siapa saja yang dikonfirmasi positif corona atau diduga memiliki Covid-19 karena menunjukkan gejala ringan, harus mengkarantina diri.

Gejala ringan ini meliputi demam ringan, batuk, dan sakit tenggorokan.

Sementara bagi yang memiliki gejala lebih serius seperti demam tinggi, lemah, lesu, atau sesak napas, harus mencari perawatan medis.

"Seseorang yang positif Covid-19 berpeluang besar menyebarkan penyakit itu ke orang lain," ungkap CDC.

Karena hal itulah CDC merekomendasikan agar pasien, baik yang suspect maupun yang positif, untuk diisolasi di rumah atau rumah sakit (tergantung pada tingkat sakit) sampai pasien merasa lebih baik dan tidak menimbulkan risiko menulari orang lain.

Eric McNulty, associate director dari National Preparedness Leadership Initiative di Universitas Harvard mengatakan, masalah karantina ini penting direspons serius.

Sementara itu, jika pasien tinggal dengan orang lain atau hewan peliharaan, sebaiknya menjauhkan diri dari mereka juga.

Hingga saat ini memang belum ada laporan bahwa hewan peliharaan dapat tertular atau menularkan virus penyebab Covid-19 ke manusia.

Namun kata CDC, yang terbaik adalah menjauhi binatang kesayangan sampai kondisi benar-benar sehat.

"Ini termasuk, Anda juga dilarang membelai, merangkul, mencium, atau dijilat oleh hewan peliharaan," kata CDC.

Tetapi jika Anda harus merawat hewan peliharaan di saat sakit, ingat untuk selalu mencuci tangan sebelum dan setelah berinteraksi dengan mereka. Selain itu jangan lupa untuk memakai masker wajah.

2. Percaya teori konspirasi tapi tidak tenaga medis profesional

Suasana diterminal keberangkatan domestik Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (3/3/2020).KOMPAS.com/AJI YK PUTRA Suasana diterminal keberangkatan domestik Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (3/3/2020).

Media sosial dan internet dipenuhi dengan teori konspirasi dan informasi yang salah. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi dunia.

Misalnya banyak orang yang percaya dan menganggap bahwa pemberitaan wabah corona hanya tipuan dan bukan ancaman kesehatan serius.

Jika hal itu yang diyakini, saat sakit mereka tidak aakn mengkarantina diri. Inilah yang lebih berbahaya, karena dapat menularkan ke orang lain.

3. Menggunakan pengobatan alternatif

"Jika orang sakit tapi malah justru berobat ke pengobatan alternatif dan tidak mengkarantina diri sendiri atau mencari perawatan medis yang didukung secara ilmiah, mereka dapat menimbulkan risiko tambahan," kata Deresinski.

Sejauh ini memang belum ada vaksin untuk Covid-19, para ilmuwan di seluruh dunia masih berupaya meracik vaksin yang tepat untuk melawan virus SARS-CoV-2.

Jadi, waspadalah terhadap klaim penyembuhan, termasuk makan bawang putih, vitamin C yang memabukkan, atau lainnya.

4. Tidak menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)

Menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) harus dilakukan semua orang tanpa terkecuali.

Berikut rekomendasi CDC tentang PHBS untuk mencegah penularan penyakit pernapasan:

  • Menghindari kontak dekat dengan orang sakit
  • Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut
  • Tetap di rumah jika Anda sakit
  • Saat batuk dan bersin, tutup dengan tisu lalu langsung buang tisu itu ke tempat sampah. Jika tidak ada tisu dan tidak mengenakan masker, gunakan siku untuk menutup mulut dan hidung
  • Bersihkan dan sterilkan benda yang sering disentuh menggunakan cairan atau tisu pembersih
  • Kenakan masker wajah bagi Anda yang menunjukkan gejala Covid-19, tenaga medis, dan perawat orang sakit.
  • Cuci tangan dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik. Anda juga bisa membersihkan tangan dengan hand sanitizer yang memiliki kandungan alkohol 60 persen.

Langkah-langkah di atas telah terbukti dapat mengurangi penularan penyakit pernapasan hingga 21 persen, menurut meta-analisis di American Journal of Public Health edisi 2008.

5. Menyimpan masker wajah untuk kepentingan pribadi

Masker dan hand sanitazer telah habis di salah satu apotek KOMPAS.COM/FADLAN MUKHTAR ZAIN Masker dan hand sanitazer telah habis di salah satu apotek

Apotek dan berbagai toko yang biasanya menyediakan masker wajah, saat ini kehabisan stok. Kalaupun ada, harganya selangit.

Namun yang harus dipahami, masker wajah sebenarnya tidak dibutuhkan mereka yang sehat. Hanya yang sakit dan tim medislah yang wajib mengenakan masker.

WHO dan para ahli di seluruh dunia telah menegaskan, mengenakan masker wajah dalam jenis apapun tidak melindungi kita dari virus corona.

Pasalnya, masker hanya untuk melindungi mulut dan hidung. Masker tidak melindungi mata dan anggota tubuh lain.

Ini artinya, masker wajah tidak dapat menghalangi partikel virus berukuran kecil, tak terkecuali SARS-CoV-2.

Dibanding masker biasa, respirator N95 disebut lebih dapat menawarkan perlindungan. Namun perlu diingat, benda ini juga tidak boleh disimpan untuk kepentingan sendiri.

"Sangat penting untuk menyadari bahwa (respirator N95) ini hanya dipakai dalam pengaturan perawatan kesehatan," Dr. Robert Glatter, seorang dokter darurat di Lenox Hill Hospital di New York City, mengatakan kepada Live Science dalam wawancara 28 Februari.

Baca juga: Virus Corona Bikin Harga Masker Mahal, Siapa yang Harus Pakai Masker?

Siapa saja yang butuh masker dan respirator N95?

Orang yang sangat membutuhkan masker dan respirator N95 adalah tenaga medis, orang yang sakit, mereka yang positif Covid-19, dan perawat.

Jika kita egois dan lebih mementingkan diri sendiri, maka orang yang membutuhkan justru tidak bisa mendapatkan masker dan hal ini akan lebih memperburuk keadaan.

Secara keseluruhan, cara terbaik untuk mengalahkan virus adalah dengan mengubah cara kita bersikap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com