Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Inisiatif Langit Gelap dan Sunyi, Upaya Internasional Perangi Polusi Cahaya

Oleh: Antonia Rahayu Rosaria Wibowo

LISTRIK dan lampu merupakan hal penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Setiap aktivitas memerlukan listrik.

Lampu sebagai sumber penerangan di malam hari juga sangat penting dalam kehidupan manusia. Selain berfungsi sebagai sumber penerangan, lampu juga kerap kali digunakan sebagai akesoris atau hiasan.

Toko, kafe, dan pusat perbelanjaan merupakan beberapa tempat yang menggunakan lampu sebagai dekorasi papan reklame untuk menarik perhatian pengunjung.

Selain itu, pada hari raya seperti Natal, lampu-lampu juga semakin banyak digunakan untuk menghias pohon dan tempat-tempat umum yang lain. Contoh-contoh tersebut menunjukkan betapa bermanfaatnya lampu dalam kehidupan.

Akan tetapi, penggunaan lampu berlebih juga memiliki dampak negatif. Dampak negatif penggunaan lampu secara berlebih ini melahirkan istilah polusi cahaya.

Polusi cahaya didefinisikan sebagai perubahan tingkat cahaya alami pada malam hari yang disebabkan oleh cahaya buatan.

Pada malam hari, sumber cahaya alami berasal dari bulan atau bintang, sementara itu sumber cahaya buatan berasal dari lampu yang digunakan pada papan reklame, lampu penerangan jalan, lampu di rumah-rumah penduduk, dan sebagainya.

Keberadaan cahaya buatan dalam jumlah yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif bagi manusia, hewan, dan tumbuhan.

Menurut penelitian Rasna Rajkhowa pada tahun 2014, cahaya buatan dapat mengganggu kesehatan manusia. Cahaya buatan berlebih dapat menyebabkan sakit kepala, keletihan, stres, menurunnya fungsi seksual, meningkatnya kecemasan, dan meningkatnya resiko terkena kanker payudara.

Penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa cahaya buatan berlebih dapat menyebabkan disorientasi pada burung saat melakukan migrasi, mengganggu kura-kura betina yang mencari tempat untuk bertelur, mengganggu tukik penyu yang mencari laut, dan mengganggu perilaku natural ikan.

Selanjutnya, cahaya buatan berlebih dapat mengganggu metabolisme, perkembangan, dan program hidup tanaman serta ekosistem makhluk hidup.

Menurut Ron Chepesiuk dalam penelitiannya pada tahun 2009, luasnya dampak negatif polusi cahaya bagi manusia, hewan, dan tumbuhan tersebut membuat isu ini menjadi sama pentingnya dengan pemanasan global.
Karena luasnya dampak negatif dari polusi cahaya, isu ini mendapat perhatian dari dunia internasional. Perhatian internasional terhadap polusi cahaya secara khusus terkait dengan dampak negatif cahaya buatan berlebih terhadap lingkungan.

Lingkungan perkotaan yang padat penduduk menggunakan lampu dalam jumlah berlebih dan hal ini menyebabkan berkurangnya kecerahan langit malam. Berkurangnya kecerahan langit malam berdampak pada kesulitan pengamatan benda-benda langit yang sangat dibutuhkan oleh ilmu astronomi.

Kebutuhan pengamatan benda-benda langit untuk kepentingan pendidikan inilah yang menggerakkan komunitas internasional menginisiasi upaya untuk mengurangi polusi cahaya.

Pada level internasional, International Astronomical Union (IAU) dan United Nations Committee on the Peaceful Uses of Outer Space (UNCOPUOS) menginisiasi Dark and Quiet Skies Initiative atau Inisiatif Langit Gelap dan Sunyi dengan tujuan mempertahankan kecerahan langit malam.

Melalui inisiatif ini negara-negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa berkomitmen untuk mengurangi polusi cahaya.

Salah satu dokumen UNCOPUOS menyebutkan bahwa langit gelap perlu dipertahankan untuk memungkinkan pengamatan astronomi yang dapat mendukung pemahaman terhadap semesta, memungkinkan navigasi dan eksplorasi antariksa ke wilayah yang lebih jauh, serta memberikan peringatan dini terkait objek dekat Bumi.

Sebagai sebuah inisiatif internasional, Inisiatif Langit Gelap dan Sunyi tidak muncul dengan sendirinya. Sebelum terbentuknya inisiatif ini secara internasional, beberapa negara yang memiliki ide untuk melindungi langit gelap mengadakan pertemuan di Wina, Austria selama dua hari pada tahun 2018.

Pertemuan tersebut membahas mengenai isu teknis, standar yang perlu ditetapkan untuk konservasi wilayah langit gelap, pengukuran dan pemodelan cahaya buatan pada malam hari, langit gelap sebagai warisan leluhur, serta mitigasi polusi cahaya melalui upaya konservasi dan pendidikan.

Selanjutnya, pada tahun 2020 diadakan sebuah lokakarya untuk menyusun rekomendasi untuk mempertahankan langit gelap dan sunyi demi ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Rekomendasi hasil lokakarya ini didiskusikan pada pertemuan subkomite ilmiah dan teknis UNCOPUOS pada bulan April 2021, untuk selanjutnya mendapat masukan dari negara-negara peserta pertemuan subkomite ilmiah dan teknis.

Rekomendasi yang telah direvisi sesuai masukan pada pertemuan subkomite ilmiah dan teknis dipresentasikan pada pertemuan UNCOPUOS pada bulan Agustus 2021.

Pada bulan Oktober 2021, diadakan konferensi terkait upaya mempertahankan langit gelap dan sunyi demi ilmu pengetahuan dan masyarakat. Hasil konferensi ini dilaporkan kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa.

Selain itu, negara-negara juga menyepakati bahwa agenda terkait langit gelap dan sunyi akan mulai dibahas pada pertemuan subkomite ilmiah dan teknis di tahun 2022. Dengan demikian, inisiatif langit gelap dan sunyi telah menjadi sebuah inisiatif internasional yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa.

Lahirnya inisiatif langit gelap dan sunyi sebagai sebuah inisiatif internasional merupakan sebuah komitmen internasional. Komitmen ini berawal dari kesadaran bersama negara-negara bahwa polusi cahaya membawa dampak negatif yang luas bagi kehidupan manusia, keberlanjutan ekosistem, dan ilmu pengetahuan khususnya astronomi.

Negara-negara bersedia berkomitmen sebab mereka memegang nilai yang sama yaitu melindungi lingkungan dari efek negatif polusi cahaya.

Negara-negara memandang bahwa perlindungan lingkungan dari polusi cahaya merupakan tanggung jawab bersama sehingga mereka sepakat untuk menjadikan inisiatif langit gelap dan sunyi sebagai sebuah inisiatif internasional.

Mereka juga membawa isu ini kepada Perserikatan Bangsa Bangsa yang merupakan lembaga multilateral terbesar. Hal ini menunjukkan bahwa polusi cahaya merupakan masalah bersama yang perlu ditangani secara bersama pula.

Selain komitmen dan nilai bersama yang dipegang oleh negara-negara, terwujudnya inisiatif langit gelap dan sunyi sebagai sebuah inisiatif internasional menunjukkan keteguhan negara-negara dalam berproses. Seperti sudah dipaparkan sebelumnya, lahirnya inisiatif ini dimulai dengan pertemuan, lokakarya, dan konferensi.

Setiap upaya tersebut menghasilkan kesepakatan atau rekomendasi yang akhirnya diusulkan kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa. Proses ini memerlukan waktu beberapa tahun tetapi negara-negara menunjukkan keteguhan mereka dalam menjalani proses yang tidak sebentar ini.

Proses panjang dan keteguhan ini juga menunjukkan bahwa dalam pergaulan internasional, negara-negara saling terikat satu sama lain. Isu lingkungan terkait polusi cahaya merupakan isu bersama sebab semua negara mengalami dampak negatifnya.

Oleh karena itu, tidak ada negara yang bisa bekerja sendiri. Mereka saling terikat dan perlu bekerja sama untuk mengurangi polusi cahaya.

Pada level nasional, negara-negara juga saling belajar. Mereka belajar mengenai upaya-upaya nasional yang sudah dilakukan oleh negara lain untuk bisa mengurangi polusi cahaya.

Dengan belajar dan berbagi pengalaman, negara-negara bisa memperoleh titik temu bahwa polusi cahaya merupakan masalah bersama dan perlindungan terhadap manusia, ekosistem, dan ilmu pengetahuan dari polusi cahaya merupakan tujuan bersama.

Tujuan bersama inilah yang akhirnya bisa membuat inisiatif langit gelap dan sunyi menjadi sebuah inisiatif internasional.

Antonia Rahayu Rosaria Wibowo
Direktorat Perumusan Kebijakan Riset Teknologi dan Inovasi - BRIN

https://www.kompas.com/sains/read/2023/05/02/200000623/inisiatif-langit-gelap-dan-sunyi-upaya-internasional-perangi-polusi-cahaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke