Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Fenomena Matahari di Atas Ka'bah, Cara dan Waktu Terbaik Mengukur Arah Kiblat

KOMPAS.com- Bertepatan dengan terjadinya fenomena Matahari di atas rasydul kiblat atau ka’bah, maka umat muslim di Indonesia perlu sekali mengatahui cara mengukur arah kiblat di tempatnya masing-masing.

Mengetahui arah kiblat menjadi hal yang wajib diketahui umat muslim di mana pun berada, karena ini sangat berkaitan erat dengan ke mana arah menghadap saat melakukan ibadah sholat.

Bertepatan dengan adanya fenomena Matahari di atas ka’bah atau rasydul kiblat ini, masyarakat muslim bisa mengukur kembali arah kiblat di daerah masing-masing secara akurat.

Astronom Amatir Indonesia, marufin Sudibyo mengatakan, fenomena atau momentum Matahari di atas Ka’bah menjadi waktu yang paling akurat dan efisien dalam mengukur arah kiblat.

Bahkan, sudah dilakukan secara turun-temurun sejak dahulu kala untuk memanfaatkan fenomena Matahari tepat di titik zenith Ka’bah ini karena tinggal menyesuaikan dengan bayangan benda.

“Jauh melebihi akurasi penggunaan GPS ataupun kompas magnetik,” kata Marufin dalam pemberitaan Kompas.com, (15/7/2020).

Marufin menjelaskan, di Indonesia, rasydul qiblat atau fenomena Matahari di atas Ka'bahdapat diamati di sebagian besar kepulauan Indonesia, sekitar pukul 16.27 WIB, pada tanggal 15-16 Juli 2022.

Namun, ada pula wilayah Indonesia yang tidak bisa mengamati Matahari di atas kiblat ini yaitu Provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

Keempat provinsi tersebut tidak bisa mengamati Matahari di atas kiblat karena di tempat-tempat itu Matahari telah terbenam sebelum rasydul qiblat terjadi.

“Pada provinsi-provinsi di pulau Sulawesi dan kepulauan Nusa Tenggara, kedudukan Matahari sudah cukup rendah sehingga terbuka kemungkinan sudah tak terlihat atau tersembunyi di balik awan-awan horizon barat,” jelasnya, Jumat (1/7/2022).

Cara mengukur arah kiblat

Cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mengatur posisi tepat arah kiblat terbilang cukup mudah.

Saat fenomena Matahari di atas Ka'bah, arah kiblat dapat diukur dengan cukup posisikan sebuah benda secara vertikal, sehingga tegak lurus dengan permukaan air setempat.


Dalam praktiknya digunakan sebuah bandul atau pendulum yang cukup berat dengan tali yang kukuh.

Dengan begitu, benda tersebut akan stabil saat kena getaran atau hembusan angin.

Biarkan bandul berada di bawah paparan sinar matahari selama tiga hari. Lantas, taruh bayangan tali bandul di dua titik berbeda.

Tarik garis lurus di antara dua titik itu dan posisikan menghadap ke Matahari. Maka, pada dasarnya kita sudah menghadap kiblat dengan akurasi yang sangat tinggi.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang saat ini sudah tergabung dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga memberikan saran untuk carah atau langkah menentukan arah kiblat menggunakan Kuminasi Agung atau fenomena Matahari di atas Ka’bah ini. Begini caranya:

1. Tentukan tempat yang akan diketahui arah kiblatnya. Cari lokasi yang rata dan tentunya terkena cahaya Matahari.

2. Sediakan tongkat lurus atau jika tidak ada, gunakan benang berbandul.

3. Siapkan jam yang sudah dikalibrasikan, dapat merujuk ke laman jam.bmkg.go.id atau time.is

4. Tancapkan tongkat di atas permukaan tanah dan pastikan tongkat benar-benar tegak lurus (90 derajat dari permukaan tanah), atau gantungkan benang berbandul tadi.

5. Tunggulah hingga waktu kulminasi agung tiba, kemudian amati bayangan tongkat atau benang pada waktu tersebut.

6. Tandai ujung bayangan, kemudian tariklah garis lurus dengan pusat bayangan (tongkat atau bandul).

7. Garis lurus yang menghadap dari ujung ke pusat bayangan merupakan arah kiblat untuk tempat tersebut.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/07/15/093100823/fenomena-matahari-di-atas-ka-bah-cara-dan-waktu-terbaik-mengukur-arah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke