Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukan Hanya Manusia, Babi Juga Bisa Berkeringat

KOMPAS.com - Mengeluarkan keringat adalah proses alami pada tubuh manusia, untuk dapat mengatur suhu tubuh yang meningkat agar kembali normal. Ternyata, bukan manusia saja yang berkeringat, karena hewan seperti babi juga mengalaminya.

Hewan ternak seperti babi bisa berkeringat seperti halnya yang terjadi pada manusia. Serba-serbi hewan kali ini akan membahas lebih dalam kenapa babi berkeringat.

Dilansir dari Live Science, Senin (13/6/2022) babi memang berkeringat seperti kita, namun mereka memiliki kelenjar keringat yang fungsinya terbatas.

Sehingga babi hanya mengeluarkan sedikit keringat.

Jumlah keringat yang sedikit ini, tidak banyak memengaruhi suhu tubuh babi untuk menyesuaikan dengan lingkungannya.

Lantas, bagaimana cara babi mendinginkan suhu tubuhnya?

Menjelaskan bagaimana babi bisa berkeringat, ahli mengatakan bahwa babi adalah hewan endotermik atau berdarah panas, yang dapat mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil terlepas dari lingkungan di sekitarnya.

Dalam kebanyakan kasus, suhu tubuh hewan berdarah panas lebih hangat dibandingkan lingkungan mereka.

Sebaliknya hewan berdarah dingin atau ektoterm, cenderung bergantung pada suhu di luar tubuhnya. 

Profesor bidang veterinary public health di University of Cambridge, Inggris, Dan Tucker menyebut cara hewan untuk mengatur suhu tubuh mereka antara lain dengan metabolisme serta perubahan perilaku.

Perbedaan antara kedua jenis proses penjagaan suhu internal hewan (termoregulasi), ada yang cepat dan ada yang membutuhkan waktu lama.

"Pendekatan metabolisme untuk termoregulasi benar-benar sangat lambat," kata Tucker menjelaskan bagaimana hewan, termasuk babi mendinginkan suhu tubuh mereka. 

Metabolisme, lanjut dia, adalah proses di mana tubuh mengubah kalori yang masuk menjadi energi.

Siklus metabolisme ini pada akhirnya dapat menghasilkan panas.

Studi tahun 2006 yang dipublikasikan di jurnal Physiological Review, menunjukkan bahwa ketika babi terpapar suhu panas atau dingin secara konsisten selama berhari-hari atau berminggu-minggu, siklus ini dapat diaktifkan atau dinonaktifkan.

Hal itu dilakukan oleh hormon tiroksin untuk menghasilkan panas tambahan, maupun pendinginan di dalam tubuh agar suhunya tetap terjaga.

Pada termoregulasi perilaku, suhu tubuh dapat meningkat atau mendingin dalam waktu yang jauh lebih singkat.

Tucker memaparkan dalam cuaca panas babi akan berkubang di air atau lumpur, yang pada akhirnya dapat memengaruhi suhu tubuh dengan mekanisme mirip seperti keringat manusia.

Ketika air atau lumpur menguap, itu membantu mendinginkan tubuh babi.

"Babi juga dapat mencari tempat teduh atau melepaskan panas dari tubuh mereka dengan berbaring di permukaan yang dingin," ungkapnya.

Tah hanya sampai di situ saja, babi juga punya cara unik untuk menenangkan dirinya dengan respons terengah-engah.

Cara tersebut membantu untuk meningkatkan aliran udara dan penguapan air dari paru-paru, yang melepaskan panas berlebih dari tubuh mereka.

Ketika cuaca dingin, babi berkumpul bersama dengan kawanannya ataupun membangun sarang untuk mendapatkan kehangatan.

Sedangkan, saat cuaca panas, babi mengurangi jumlah makanan yang mereka konsumsi untuk mempertahankan suhu tetap stabil.

Sebab, mencerna lebih sedikit makanan dapat mengurangi jumlah panas yang dihasilkan selama mencari makan.

Ukuran tubuh babi sebenarnya merupakan faktor penting terkait termoregulasinya. Sederhananya, babi berukuran kecil lebih banyak melepaskan panas melalui kulit dibandingkan babi berukuran besar.

Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Acta Veterinaria Scandinavica, stres akibat panas bisa mengakibatkan penurunan kualitas sperma pada babi hutan, maupun ketidakmampuan untuk hamil pada babi betina.

Paparan suhu panas yang lebih lama juga dapat melemahkan sistem kekebalan babi, dan pada tingkat ekstrem yang lebih tinggi mereka berisiko mengalami syok hipertermia.

Kondisi itu mengakibatkan tekanan darah babi turun, yang menyebabkan ketidaksadaran bahkan kematian.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/15/190200423/bukan-hanya-manusia-babi-juga-bisa-berkeringat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke