Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

10 Mitos Blood Moon, Kedatangan Jaguar hingga Setan Rahu Telan Bulan

KOMPAS.com- Blood moon adalah istilah khusus untuk gerhana bulan total (GBT). Ada banyak sekali mitos-mitos yang dipercayai oleh banyak kepercayaan dan budaya di dunia terkait fenomena blood moon ini.

Peneliti di Pusat Sains Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengatakan, disebut sebagai blood moon adalah karena pada saat terjadi gerhana bulan, sinar matahari itu dibiaskan oleh atmosfer dan pembiasannya ini bersifat selektif.

"Artinya, pada saat lintasan sinar yang ditempuh melalui atmosfer itu lebih panjang, maka akan dibiaskan ke spektrum warna merah," kata Andi kepada Kompas.com, Kamis (19/5/2022).

Hal ini juga dijelaskan dalam keterangan resmi NASA, salah satu arti dari blood moon atau “bulan darah” didasarkan pada cahaya merahnya.

Pada bulan ini fenomena blood moon sudah terjadi pada 15-16 Mei 2022. Sayangnya, fenomena blood moon yang terjadi pada Mei 2022 ini hanya bisa dilihat atau diamati dari sejumlah wilayah di dunia, tetapi tidak termasuk di Indonesia.

Namun, blood moon ini akan kembali terjadi pada 8 November 2022. Pada saat itu, nanti gerhana bulan akan mencapai puncaknya pada pukul 10.59 UT atau 18.59 WIB, dan bisa disaksikan di Indonesia.

Mengiringi keindahan fenomena langit dari Gerhana Bulan Total atau blood moon ini, ada banyak sekali mitos-mitos yang dipercayai di sejumlah negara dan budaya di dunia. Berikut 10 mitos blood moon.

1. Pantangan tidak boleh makan selama gerhana terjadi

Melansir NDTV, Senin (16/5/2022), mitos pertama yang ada terkait fenomena blood moon atau saat gerhana bulan total terjadi yaitu orang-orang dilarang untuk makan.

Mitos ini dilakukan di India dan beberapa budaya lainnya. Di mana sampai saat ini ternyata tidak ada bukti ilmiah sama sekali yang memperkuat aktivitas larangan makan saat gerhana bulan total terjadi.

2. Tidak boleh mandi

Mitos berikutnya yang dilakukan oleh beberapa budaya yakni mempercayai bahwa mandi selama gerhana bulan dapat berdampak buruk pada kesehatan. Untuk itu, mereka meyakini selama gerhana bulan terjadi maka tidak diperbolehkan bagi mereka untuk mandi.

Aktivitas larangan mandi saat gerhana bulan dengan alasan berdampak buruk pada kesehatan ini ternyata tidak terbukti secara ilmiah sama sekali sampai saat ini.

3. Tidak boleh tidur

Mitos Gerhana Bulan Totalnya atau saat fenomena blood moon yang menjadi larangan saat gerhana bulan adalah tidur. Namun, hal ini tentunya tidak dapat dipercayai begitu saja mengingat siklus gerhana bulan akan berbeda-beda waktunya di berbagai wilayah di seluruh dunia.

Maka, dapat dikatakan siklus tidur hampir tidak dipengaruhi oleh fenomena yang terjadi di antariksa. Sebab, bisa saja saat di negara A gerhana bulan terjadi pada pukul 6 sore hari dan negara D terjadi pada pukul 10 malam.

Tentunya, penduduk yang berada di negara D tidak harus terganggu larangan tidurnya hanya karena ada fenomena gerhana bulan ini.

Selain itu, sama halnya dengan berbagai larangan sebelumnya, sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah yang mendukung kepercayaan tidak boleh tidur saat gerhana bulan terjadi.

4. Tidak boleh dilihat mata telanjang

Meskipun saat terjadi gerhana matahari, kita tidak diperbolehkan sama sekali melihat fenomena ini dengan mata telanjang atau secara langsung, ini berbeda halnya dengan gerhana bulan.

Menurut riset NASA, gerhana bulan dapat disaksikan langsung dengan mata telanjang.

“Anda tidak perlu peralatan khusus untuk mengamati gerhana bulan. Meski ada peralatan seperti teropong atau teleskop agar tampilannya lebih terlihat nyata” kata NASA. 

Dampak atau efeknya melihat gerhana matahari dengan mata telanjang, telah terbukti dan dijelaskan secara ilmiah akan berpengaruh terhadap kesehatan mata kita. Tidak demikian dengan gerhana bulan.

5. Penyembuhan luka jadi terhambat

Lalu mitos berikutnya yang juga ada yaitu saat terjadi gerhana bulan, maka penyembuhan luka pada tubuh kita jadi terhambat.

Menurut Sains, tidak ada butki ilmiah antara bulan dan kemampuan tubuh dalam menyembuhkan luka. Fenomena gerhana bulan yang dilihat secara langsung pun tidak akan memberikan efek pada organ-organ tubuh kita melalui sinarnya yang terpancar.

Oleh karena itu, ketika ada mitos seperti ini, lebih baik jangan mudah dipercaya, karena tidak ada kaitannya antara kondisi tubuh dan fenomena alam seperti gerhana.

6. Berbahaya bagi ibu hamil

Di Indonesia, India dan sejumlah negara lain ada mitos yang berkembang terkait ibu hamil yang tidak boleh keluar rumah ketika gerhana bulan terjadi.

Seperti pantangan keluar rumah, membawa benda-benda tajam sampai pantangan menyaksikan langsung fenomena ini karena dianggap bisa membuat anak yang lahir menjadi sumbing atau keguguran.

Fakta ilmiahnya, tidak ada risiko yang berkaitan dengan gerhana bulan dan ibu hamil.

Untuk itu, beberapa tindakan atau aktivitas yang dilakukan terkait kondisi kesehatan ibu hamil tidak perlu diikuti, karena itu hanya mitos yang berkembang di masyarakat.

7. Kedatangan jaguar jahat

Menurut The Independent, bagi banyak peradaban kuno, "Blood Moon" dikisahkan datang dengan maksud jahat. Orang Inca kuno mengartikan warna merah tua sebagai jaguar menyerang dan memakan bulan.

Mereka percaya bahwa jaguar mungkin akan mengalihkan perhatiannya ke Bumi. Jadi ketika itu, orang-orang akan berteriak, mengguncang tombak mereka, dan membuat anjing mereka menggonggong dan melolong. Suara-suara itu diharapkan cukup untuk mengusir jaguar tersebut dari Bumi.

8. Serangan langsung ke raja

Di Mesopotamia kuno, gerhana bulan dianggap sebagai serangan langsung terhadap raja.

Mengingat kemampuan mereka untuk memprediksi gerhana dengan akurasinya, orang Mesopotamia kuno saat itu akan menempatkan “raja palsu” hingga periode Blood Moon berlalu.

Raja palsu ini merupakan orang yang dianggap dapat “dikorbankan.” Sampai fenomena itu lewat, dia akan menyamar sebagai raja.

Sementara raja yang sebenarnya akan bersembunyi dan menunggu gerhana berlalu. Dikisahkan bahwa “Raja Palsu” kemudian akan menghilang tanpa jejak, baru kemudian raja sebenarnya dipekerjakan kembali.

9. Setan Rahu menelan Bulan

Beberapa cerita rakyat Hindu menafsirkan “blood moon” terjadi setelah setan bernama Rahu, meminum ramuan keabadian.

Dewa kembar, matahari dan bulan, segera memenggal kepala Rahu.

Akan tetapi karena telah mengonsumsi obat mujarab, kepala Rahu tetap abadi. Untuk membalas dendam, kepala Rahu mengejar matahari dan bulan untuk melahap mereka.

Jika dia menangkap mereka, kita mengalami gerhana (Rahu menelan bulan), yang kemudian akan muncul kembali dari lehernya yang terpenggal.

10. Bulan sedang terluka

Suku Asli Amerika Hupa dan Luiseno dari California percaya bahwa “blood moon” menandakan bulan sedang terluka atau sakit.

Setelah gerhana, bulan membutuhkan penyembuhan. Maka suku Luiseno, misalnya, akan menyanyikan lagu-lagu penyembuhan saat bulan mulai meredup.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/05/19/203100523/10-mitos-blood-moon-kedatangan-jaguar-hingga-setan-rahu-telan-bulan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke