Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penemuan Hewan Sepanjang 2021, dari Katak Pucat hingga 14 Tikus Celurut

Sepanjang 2021 ini, ada setidaknya tiga spesies baru yang berhasil diidentifikasi oleh peneliti Indonesia yakni Katak Kecil Bermulut Sempit (Pulau Belitung, Lampung), Katak Pohon Hijau Besar (Area Freeport Papua), dan Katak Pucat (Garut).

Selain itu, ada 14 spesies baru tikus celurut yang ditemukan oleh peneliti dari Lousiana State University. Berikut penjelasannya.

1. Katak Kecil Bermulut Sempit

Pada bulan September 2021, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dari Pusat Penelitian Biologi berhasil mengidentifikasi spesies katak terbaru yakni katak kecil bermulut sempit.

Spesies katak terbaru ini ditemukan pada 2018 dan 2019 di perkebunan kelapa sawit Pulau Belitung dan Lampung di Sumatera bagian tenggara oleh tim herpetologi.

Spesies baru ini kemudian diberi nama ilmiah Microhyla sriwijaya. Peneliti Herpetologi Pusat Penelitian Biologi, Amir Hamidy mengatakan, nama sriwijaya dipilih untuk diabadikan sebagai nama jenis.

"Ini (Kerajaan Sriwijaya) berbasis di Sumatera dan memengaruhi Asia Tenggara antara abad ke-7 dan ke-11," kata Amir dalam keterangan tertulis Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang kini tergabung dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Ciri khas Microhyla sriwijaya

Dalam penuturannya, Amir mengatakan bahwa spesies katak baru ini masih merupakan anggota dari M. achatina dan saudara dari M.orientalis.

"Namun, berdasarkan analisis morfologis, molekuler, dan akustik terdapat perbedaan dan kami mengidentifikasikan katak ini sebagai spesies baru," jelasnya.

Sehigga, spesies baru M. sriwijaya ini tentunya memiliki keunikan sendiri dibandingkan yang lainnya, di antaranya: 

Pertama, katak jantan dewasa ukurannya kecil dengan panjang moncong hanya berkisar 12,3 hingga 15,8 mm. 

Kedua, kombinasi karakter katak jantan lebih kecil dengan ukuran panjang tubuh kurang dari 16 mm. 

"Moncongnya tumpul dan bulat, memiliki tanda punggung berwarna coklat kemerahan atau oranye dengan tuberkel kulit yang menonjol," kata dia.

2. Katak pohon hijau besar

Pada bulan Juni 2021, BRIN berhasil mengidentifikasikan spesies katak baru yang diberi nama, Litoria lubisi yang ditemukan di area PT Freeport Indonesia (PTFI).

Penemuan ini telah dipublikasikan secara resmi di jurnal internasional Zootaxa 4903 (1): 117–126.  Spesies yang ditemukan merupakan sejenis katak pohon hijau besar yang merupakan anggota keluarga Litoria infratrenata.

Dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, nama "lubisi" diambil dari Dr. Rusdian Lubis yang waktu itu menjabat sebagai Senior VP untuk bidang lingkungan dan keselamatan kerja PTFI. 

Penemuan spesies ini menambah daftar panjang penemuan spesies baru di area kerja PTFI sejak penelitian keanekaragaman hayati dilakukan pada tahun 1997. 

Ciri-ciri morfologi spesies katak Litoria lubisi 

Litoria lubisi memiliki fisik yang cukup unik karena ukurannya yang cenderung besar, dengan panjang dapat mencapai 70 mm.  

Selain itu, katak ini juga terlihat kuat serta memiliki warna yang lebih mencolok dibandingkan dengan katak hijau lainnya. 

Katak yang hidup di dataran rendah ini juga memiliki mulut yang lebar dengan masing-masing kerangka giginya terdiri dari 10 gigi kecil dengan garis rahang yang tidak begitu tegas pada permukaan kulitnya.

Katak ini memiliki tiga selaput memanjang di antara keempat jarinya, dengan bentuk kaki memanjang yang memperkokoh genggaman dan cengkramannya. 

Bagian tubuh hewan ini meliputi beberapa warna yang terdiri dari warna kuning di bagian bawah badan dan ujung jari kaki, warna biru pucat di sepanjang lipatan kulit, serta warna coklat kemerahan pada beberapa garis di bagian perut dan selaput kaki. 

Katak ini ditemukan hanya di hutan sagu yang ada di Mimika, Papua.

Jenis katak pucat yang berhasil ditemukan tersebut berasal dari marga Chirixlus Boulenger.

Dikarenakan ditemukan di hutan dataran rendah wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, maka spesies baru Katak-pucat yang satu ini diberi nama Chirixalus pantaiselatan.

Sampel Katak-pucat C. pantaiselatan dijumpai tahun 2017 dalam kegiatan Citizen science ‘Gerakan Observasi Amfibi Reptil Kita (Go ARK). 

Morfologi Katak-pucat Pantaiselatan 

Amir menjelaskan, setelah dilakukan analisis morfologi, molekuler dengan menggunakan DNA mitokondria dan suara kawin (advertisement call) maka jenis tersebut tidak cocok dengan jenis dari marga yang sudah ada. 

Oleh karena itu, didukung oleh bukti morfologi, molekuler, dan akustik maka jenis ini dideskripsikan sebagai jenis baru.

Chirixalus pantaiselatan adalah kelompok katak Rhacophorid kecil dengan panjang tubuh jantan sekitar 25,3 - 28,9 milimeter. 

Amir berkata, C. pantaiselatan secara morfologi paling mirip dengan Chirixalus nongkhorensis dari Chonburi, Thailand.  

”Pola warna punggungnya serta secara genetik paling dekat dengan Chirixalus trilaksonoi yang juga berasal dari Jawa Barat,” ujarnya.

Studi yang di mulai pada 2010 ini dilakukan dengan memasang beberapa perangkap jebakan di Sulawesi dan gunung dengan ketinggian yang berbeda.

Mengutip New Scientist, Sabtu (18/12/2021) setelah penelitian selama satu dekade, peneliti berhasil menjebak dan memeriksa 1368 ekor tikus celurut yang tersebar di seluruh pulau.

Berdasarkan analisis fitur fisik dan DNA, peneliti mengungkapkan ada 21 spesies tikus celurut yang hidup secara eksklusif di Sulawesi.

Menariknya, dari ke-21 tikus celurut yang diamati di Sulawesi itu, 14 tikus celurut di antaranya merupakan spesies yang belum pernah diketahui sebelumnya, atau merupakan spesies baru tikus celurut.

Studi mengenai 14 spesies baru tikus celurut ditemukan di Sulawesi ini telah dipublikasikan di Bulletin of the American Museym of Natural History.

"Kami berharap temuan dapat mendorong lebih banyak pekerjaan dan pendanaan untuk mempelajari keanekaragaman hayati di pegunungan," ungkap Heru Handikan, peneliti lain yang terlibat dalam studi.

Sebab, peneliti dari Lousiana State University, Jake Esselstyn meyakini bahwa mungkin masih ada banyak spesies baru tikus celurut lain di Sulawesi yang belum ditemukan.

Tikus celurut dalam studi ini bahkan ada yang ditemukan di lokasi dengan ketinggian 2700 meter, jadi tidak mengherankan jika nanti ada tikus yang bisa ditemukan di daratan yang lebih tinggi.

Pulau Sulawesi berbentuk unik dengan empat semenanjung yang membentuk K dan cukup bergunung-gunung dengan enam puncak mencapai setidaknya 3000 meter.

Semenanjung itu dapat mengisolasi antar populasi, kemudian pegunungan tinggi menciptakan gradien iklim kuat yang dapat menyebabkan perbedaan besar dalam vegetasi, sehingga tak heran jika terdapat 14 spesies baru tikus clurut ditemukan di Sulawesi.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/21/120500923/penemuan-hewan-sepanjang-2021-dari-katak-pucat-hingga-14-tikus-celurut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke