Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Respons Sel Kekebalan Makin Kuat pada Vaksin mRNA, Studi Jelaskan

KOMPAS.com - Vaksin Covid-19 berbasis messenger RNA (mRNA) atau vaksin mRNA, mampu memicu respons sel T, yakni sel kekebalan tubuh, yang cepat dan makin kuat.

Hal itu diungkapkan para peneliti di Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania dalam sebuah studi, seperti dikutip dari Medical Xpress, Rabu (18/8/2021).

Kendati penelitian terbaru tentang vaksin cenderung berfokus pada respons antibodi, namun respons sel T juga merupakan sumber perlindungan yang penting.

Bahkan, para peneliti mengatakan bahwa sel T juga berpotensi memberikan perlindungan terhadap infeksi penyakit yang lebih tahan lama, namun sejauh ini hanya sedikit yang dilaporkan tentang respons sel T terhadap vaksin Covid-19.

Dalam studi baru, yang muncul dalam jurnal Immunity, para peneliti Penn Medicine menganalisis respons sel T pada 47 orang sehat yang menerima dua dosis vaksin mRNA, baik yang dikembangkan oleh Moderna dan Pfizer-BioNTech.

Hasil studi ini pun mengungkapkan detail kompleks tentang bagaimana respons sel kekebalan terhadap vaksin mRNA ini terungkap.

Mereka juga menggarisbawahi pentingnya dosis vaksin mRNA kedua untuk orang yang tidak memiliki riwayat Covid-19 untuk membuat sel kekebalan ini menjadi lebih kuat.

Kendati demikian, temuan menunjukkan bahwa pada orang dengan riwayat Covid-19, respons sel T dari sistem kekebalan sudah kuat setelah dosis vaksin mRNA pertama.

Mereka menambahkan bahwa tanpa peningkatan signifikan setelah dosis kedua, yang mungkin berimplikasi pada potensi suntikan booster di masa depan.

"Temuan kami menggarisbawahi fakta bahwa kami perlu melihat sel T, bukan hanya antibodi, jika kami ingin gambaran lengkap tentang respons vaksin bagi mereka yang belum terkena Covid-19 dan bagi mereka yang telah pulih dari penyakit," kata penulis senior E. John Wherry, PhD, ketua departemen Systems Pharmacology and Translational Therapeutics dan direktur Penn Institute of Immunology di Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania.

Untuk diketahui, bahwa antibodi adalah protein bercabang yang disekresikan oleh sel kekebalan yang disebut sel B. Antibodi dapat mengikat erat struktur virus tertentu pada sel yang terinfeksi virus .

Sel T atau sel kekebalan tubuh ini juga memiliki reseptor mirip antibodi yang memungkinkan pengikatan erat pada struktur virus tertentu, tetapi mereka adalah sel utuh.

Beberapa di antaranya, disebut sel T "pembunuh", yang memiliki respons mampu membunuh sel yang terinfeksi virus yang mereka temui secara langsung. Oleh karena itu, sel T telah lama dianggap sebagai pelindung utama dari sistem kekebalan.

Kendati demikian, respons mereka terhadap vaksin lebih sulit dipelajari daripada respons antibodi, jadi hanya sedikit yang diketahui tentang respons tersebut, termasuk dalam kasus Covid-19.

Dalam studi ini, para peneliti memeriksa secara rinci respons sel T terhadap vaksin mRNA pada 36 orang sehat yang tidak memiliki riwayat Covid-19, dan 11 orang yang sebelumnya telah pulih dari Covid-19.

Pada kelompok peserta yang sebelumnya tidak memiliki Covid-19, mereka menemukan, dosis vaksin pertama menimbulkan respons yang cepat dan kuat dari sel T penolong yang disebut sel T CD4.

Beberapa di antaranya membantu menyusun respons antibodi, sementara yang lain merangsang proliferasi sel T pembunuh CD8.

Kekuatan respons sel T CD4 awal itu umumnya memprediksi kekuatan antibodi dan respons sel T pembunuh di kemudian hari.

Namun, sel T, sel kekebalan tubuh ini pembunuh yang cenderung tidak muncul dalam jumlah besar sampai setelah dosis vaksin kedua.

Hal ini mengkonfirmasi pentingnya dosis kedua itu untuk orang yang tidak memiliki riwayat Covid-19.

Sebaliknya, pada kelompok Covid-19 sebelumnya, sel T penolong dan pembunuh khusus untuk virus corona Covid-19 sudah ada secara substansial sebelum dosis pertama.

Setelah dosis pertama tersebut, maka jumlah sel T sedikit meningkat, tetapi tidak meningkat secara signifikan setelah dosis kedua.

"Untuk orang yang belum pernah terkena Covid-19, dosis pertama sangat kuat, dan dosis kedua menyalakan seluruh mesin—tetapi memiliki Covid-19 seperti sudah mendapatkan dosis vaksin pertama," kata Wherry.

Wherry menambahkan bahwa bagaimana pun juga, pentingnya menunjukkan pemahaman yang lengkap tentang manfaat dari respons sel T ini, dibandingkan dengan antibodi.

Yakni manfaat pentingnya dalam memberikan perlindungan dari infeksi di masa depan akan memerlukan studi klinis yang lebih besar.

Hasilnya juga menunjukkan bahwa respons sel T dalam minggu-minggu setelah vaksinasi Covid-19 dengan vaksin mRNA mencakup tipe sel T kekebalan yang biasanya ditimbulkan oleh infeksi alami.

Selain itu, secara umum, infeksi virus alami diketahui mampu menginduksi perlindungan sel T yang berlangsung bertahun-tahun dan bahkan dalam dekade mendatang.

"Kami perlu melakukan studi lanjutan untuk mengkonfirmasi umur panjang respons sel T (sel kekebalan) terhadap vaksinasi, tetapi hasil kami di sini mendukung gagasan bahwa respons itu bisa bertahan lama," kata Wherry.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/18/100300023/respons-sel-kekebalan-makin-kuat-pada-vaksin-mrna-studi-jelaskan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke