Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Penyakit Dislipidemia, Penyebab, Gejala, hingga Pengobatan

KOMPAS.com - Dislipidemia adalah kondisi yang terjadi ketika kadar lipid (lemak) di dalam darah terlalu tinggi atau terlalu rendah. Dilansir dari Hello Sehat, lipid, protein, dan karbohidrat merupakan komponen penting yang terdapat di dalam sel-sel tubuh.

Lipid adalah zat lemak yang terdiri dari kolesterol dan trigliserida. Komponen-komponen ini tersimpan di dalam tubuh dan berperan sebagai sumber tenaga untuk tubuh.

Istilah ini juga berkaitan dengan kondisi kolesterol tinggi, walaupun sebenarnya dislipidemia adalah istilah yang mencakup lebih dari sekadar kolesterol tinggi.

Kolesterol sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu kolesterol baik dan kolesterol jahat. High-density lipoprotein atau HDL merupakan kolesterol baik. Normalnya, pria memiliki kadar HDL di atas 40 mg/dL, sementara perempuan berkisar di atas 50 mg/dL.

Kolesterol jahat disebut dengan low-density lipoprotein atau LDL. Pada orang yang sehat, sebaiknya memiliki kadar LDL di bawah 100 mg/dL, dan 70 mg/dL untuk penderita diabetes dan penyakit jantung. Total kolesterol yang seharusnya dimiliki oleh orang yang sehat di bawah 200 mg/dL.

Dislipidemia dikenal sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit kardiovaskular, di samping faktor risiko lain seperti diabetes melitus, obesitas, dan hipertensi.

Sayangnya, kondisi ini masih kerap diabaikan oleh sebagian masyarakat.

Faktor penyebab dislipidemia

Menurut Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, KEMD, Ketua Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (12/8/2021), ada dua faktor penyebab dislipidemia, yaitu:

  1. Faktor primer dari genetik
  2. Faktor sekunder dari gaya hidup atau penyebab lainnya.

Penyebab utama dislipidemia primer adalah terjadinya mutasi gen yang menyebabkan tubuh
memproduksi terlalu banyak kolesterol LDL atau trigliserida.

Kadar kolesterol dan trigliserida tertinggi pada orang dengan dislipidemia primer dapat mengganggu metabolisme tubuh dan eliminasi lipid.

Sedangkan pada dislipidemia sekunder, penyebab utamanya adalah kurang aktivitas fisik disertai asupan makanan yang berlebihan dari total kalori, lemak jenuh, kolesterol dan lemak.

Beberapa penyebab sekunder umum lainnya yaitu:

  • menderita dabetes melitus,
  • mengonsumsi alkohol,
  • penyakit ginjal kronik,
  • hipotiroid,
  • sorosis billier
  • mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Gejala dislipdemia

Sayangnya sebagian besar dislipidemia tidak menunjukkan gejala yang berarti. Dislipidemia biasanya diketahui ketika seseorang menjalani pemeriksaan rutin untuk darah dan kondisi lainnya.

Oleh karena itu deteksi dislipidemia secara dini sangat diperlukan khususnya pada kelompok populasi yang berisiko tinggi seperti pasien dengan manifestasi penyakit kardiovaskular atau beresiko tinggi terhadap penyakit tersebut. 

Hal tersebut bisa dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium.

Terapi dislipidemia

Dislipidemia dapat dicegah sejak dini. Salah satu pengobatannya adalah melalui terapi non farmakologis seperti aktivitas fisik.

Aktivitas fisik yang disarankan berupa jalan cepat, bersepeda statis atau berenang setidaknya selama 30 menit sebanyak 4 sampai 6 kali seminggu.

Terapi non farmakologis lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan mengonsumsi nutrisi seimbang, penurunan berat badan hingga berhenti merokok.

Konsumsi nutrisi yang disarankan adalah dengan memasukkan buah-buahan dan sayuran lebih dari 5 porsi per hari, biji-bijian lebih dari 6 porsi per hari, ikan dan daging tanpa lemak ke dalam makanan.

Selain itu, membatasi asupan lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol juga merupakan diet rendah kalori yang dianjurkan oleh Dr. Tri Juli sebagai pengelolaan dislipidemia.

Obat dislipidemia

Namun selain terapi non farmakologis, terapi farmakologis juga dibutuhkan melalui obat anti lipid.

Prinsip dasar terapi farmakologi adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.

Obat utama yang disarankan adalah statin.

Obat lainnya seperti asam fibrat, asam nikotinat, dan bile acid sequestrant hanya digunakan bila terdapat kontraindikasi atau keterbatasan pemakaian statin.

Pengelolaan Dislipidemia memerlukan strategi yang komprehensif.

“Pengobatan terdiri dari terapi non farmakologis seperti aktivitas fisik, nutirsi, penurunan berat badan dan berhenti merokok, serta terapi farmakologis melalui obat anti lipid," kata Juli.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/15/130200423/mengenal-penyakit-dislipidemia-penyebab-gejala-hingga-pengobatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke