Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Varian Corona Asal Indonesia B.1.466.2, Masuk Daftar Pemantauan WHO

Hal ini berdasarkan hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) selama lebih dari setahun.

“Sebelum varian delta masuk ke Indonesia, varian lokal asal Indonesia ini pernah mendominasi kasus Covid-19 di Indonesia," kata Sugiyono Saputra yang merupakan peneliti sekaligus Ketua Tim WGS Sars-CoV-2 LIPI, dilansir dari keterangan pers di laman LIPI pada 16 Juli 2021,.

Namun setelah varian Delta masuk, dengan cepat varian yang pertama kali diidentifikasi di India ini mendominasi kasus Covid-19 di Tanah Air.

Kendati demikian, varian B.1.466.2 asal Indonesia ini masuk dalam kategori pemantauan lebih lanjut atau Alerts for Further Monitoring dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Varian B.1.466.2 masuk kategori Alerts for Further Monitoring WHO

Dilansir dari laman resmi WHO, yang termasuk kategori Alerts for Further Monitoring adalah varian SARS-CoV-2 dengan perubahan genetik yang diduga memengaruhi karakteristik virus dengan beberapa indikasi dapat menimbulkan risiko di masa depan.

Namun karena bukti dampak fenotipik atau epidemiologis masih belum jelas, varian Covid-19 yang masuk kategori ini memerlukan pemantauan yang harus ditingkatkan dan penilaian ulang sembari menunggu bukti baru.

"Pemahaman kami tentang dampak varian ini diharapkan dapat berkembang dengan cepat, dan Peringatan Pemantauan Lebih Lanjut (Alerts for Further Monitoring) dapat segera ditambahkan atau dihapus. Oleh karena itu, label WHO tidak akan diberikan saat ini," tulis WHO.

Dari hal tersebut, Sugiyono mengatakan bahwa WHO telah memperingatkan Indonesia agar varian lokal terus dimonitor, karena secara genetik varian ini dimungkinkan tingkat penularan yang tinggi di masyarakat atau berpotensi menyebabkan penurunan efektifitas vaksin dan terapi obat.

Akan tetapi sampai saat ini, bukti ilmiah terkait efek secara epidemiologi atau bukti ilmiah yang menunjukan langsung efek dari mutasi yang terjadi belum ada.

WHO mengatakan, sampel B.1.466.2 asal Indonesia pertama kali didokumentasikan pada November 2020. Kemudian pada 28 April 2021, varian ini dimasukkan WHO dalam kategori Alerts for Further Monitoring.

"Varian lokal saat ini kasusnya tidak banyak dan sampai saat ini varian Delta lebih berbahaya dan lebih mendominasi,” jelas Sugiyono.

Varian Delta masih mendominasi Indonesia

Sugiyono mengatakan bahwa dari hasil sampel Covid-19 yang diidentifikasi hingga saat ini menunjukkan 95 persen adalah varian Delta, sisanya adalah varian Alpha dan varian lokal Indonesia.

Hal itu berdasarkan data GISAID, yakni data genom SARS-CoV-2 yang berhasil di-sequencing dan diidentifikasi selama tiga minggu (sejak akhir Juni hingga pertengahan Juli 2021).

"Dari penelitian yang kami lakukan di laboratorium BSL 3 LIPI, dengan melakukan pengambilan sampel selama 8 hari terhitung dari tanggal 10-18 juni 2021, ditemukan hampir 100 persen adalah varian delta. Berdasarkan data yang ada, terbukti bahwa lonjakan kasus yang terjadi di Indonesia adalah disebabkan oleh paparan virus SARS-CoV-2 varian delta,” ungkap Sugiyono.

Faktor utama yang menyebabkan varian delta begitu berbahaya dan penyebarannya sangat masif adalah karena karakteristik dari varian delta memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi dibanding varian lain.

Material genetik yang ditemukan di varian Delta, kata Sugiyono, memiliki karakter yang bisa menurunkan efektifitas dari vaksinasi dan terapi obat yang saat ini dilakukan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Inggris, varian Delta ini sangat berkorelasi dengan peningkatan jumlah huni rumah sakit.

"Artinya, varian Delta punya efek terhadap keparahan kondisi pasien Covid 19,” terangnya lebih lanjut.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/31/110200523/varian-corona-asal-indonesia-b14662-masuk-daftar-pemantauan-who

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke