Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penting untuk Bumi, Kotoran Paus Sperma adalah Penyerap Karbon Alami

KOMPAS.com - Para ahli menegaskan, menjaga mamalia laut bukan hanya urusan keberlangsungan alam, tetapi menjadi kepentingan kita bersama.

Hal ini disampaikan oleh Staf Ahli Menteri (SAM) Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut (ESDL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Pamuji Lestari diskusi daring internasional bertajuk Seminar on Marine Mammals Threats: Marine Debris and Ocean Noise, Rabu (30/6/2021).

Mamalia laut memberikan sumbangan ekologis yang sangat penting bagi ekosistem di bumi dan manusia yang memanfaatkan atau berasosiasi dengan hewan-hewan tersebut.

Lantas seperti apa kebermanfaatan mamalia laut terhadap ekosistem di bumi dan manusia?

Pamuji menjelaskan, mamalia laut sangat memberi manfaat dalam segi ekologi.

Salah satu contohnya, kotoran paus sperma merupakan penyerap karbon (carbon sink) bagi samudera. 

Carbon sink adalah reservoir yang menyimpan senyawa kimia yang mengandung karbon untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Hal ini dianggap sangat penting mengingat kadar karbon dioksida di atmosfer terus mengalami peningkatan yang signifikan.

Padahal, Indonesia sebagai salah satu negara yang juga ikut berkomitmen dalam Perjanjian Paris, menegaskan untuk terlibat dalam menekan emisi karbon sebesar 29-41 persen pada tahun 2030.

Jika karbon dioksida ini tidak dapat disaring, diserap dan dihilangkan dengan baik, maka akan memicu efek rumah kaca berupa pemanasan global dan perubahan iklim.

Sementara, pemanasan global dan perubahann iklim akan mengancam keberlangsungan hidup manusia dan isi Bumi secara keseluruhan.

"Sehatnya mamalia laut juga mencerminkan sehatnya lautan," kata Pamuji.

Sehingga, dalam upaya menjaga keberlangsungan hidup mamalia laut, kita juga harus mengetahui apa saja faktor-faktor yang mengancam kehidupannya.

Dalam pemaparannya, Pamuji mengatakan, selain faktor alam berupa fenomena oseanografi sebagai penyebab mamalia laut terdampar, ancaman global lainnya sebagai dampak yang disebabkan oleh aktivitas manusia (man-made impact).

Di antaranya seperti kegiatan seismik bawah laut dan pencemaran perairan yang diketahui sebagai salah satu penyebab banyaknya mamalia laut terdampar dan mengalami kematian di berbagai negara.

Untuk penanganan mamalia laut terdampar, sejak tahun 2012 KKP telah mengeluarkan Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar dan melaksanakan sejumlah sosialisasi dan pelatihan penanganannya, sekaligus membentuk jejaring penanganan mamalia laut terdampar bersama para mitra.

Sesuai dengan arahan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono dalam Kepmen KP Nomor 16 Tahun 2021 tentang RAN Konservasi Hiu Paus Periode 2021-2025, KKP telah membentuk Kelompok Kerja (Pokja) untuk implementasi RAN konservasi mamalia laut, termasuk penanganan mamalia laut terdampar, berdasarkan Kepmen KP Nomor 14 Tahun 2020.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/01/160200223/penting-untuk-bumi-kotoran-paus-sperma-adalah-penyerap-karbon-alami

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke