Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu Ephedra, Bahan Obat China Covid-19 Lianhua Qingwen Donasi yang Disetop BPOM?

KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencabut rekomendasi produk Lianhua Qingwen Capsules (LQC) asal China yang masuk ke Indonesia melalui jalur donasi.

Diberitakan Kompas TV, berdasarkan kajian BPOM, LQC donasi tidak menahan laju keparahan Covid-19, tidak menurunkan angka kematian, dan tidak mempercepat perubahan hasil swab test.

Pakar farmakologi dan farmasi klinik UGM, Zullies Ikawati mengatakan ada dua macam produk LQC, yakni:

  • LQC yang mempunyai izin BPOM sebagai obat tradisional
  • LQC yang diperuntukkan sebagai donasi dalam penanganan Covid-19.

Ada perbedaan komposisi antara LQC donasi dan LQC yang terdaftar di BPOM.

Dalam produk donasi terkandung bahan ephedra yang masuk dalam negative list bahan obat tradisional berdasarkan ketentuan BPOM No: HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka.

“Bahan ini bisa menimbulkan dampak berbahaya bagi tubuh, seperti meningkatkan tekanan darah,” ujar Zullies, Senin (24/5/2021).

Apa itu Ephedra?

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dokter Inggrid Tania mengatakan, ephedra adalah nama tanaman obat dengan nama ilmiah Ephedra sinica.

Sebagian besar ephedra tumbuh di China dan Rusia. Di China, ephedra dikenal dengan nama ma huang.

"Dalam dunia medis, tanaman (ephedra) ini umumnya dipakai pada pengobatan tradisional China. Karena memang sudah berabad-abad lamanya Ephedra sinica ini dipakai (di China)," kata Inggrid kepada Kompas.com, Selasa (25/5/2021).

Dikatakan Inggrid, Ephedra sinica mengeluarkan senyawa yang bernama efedrina atau efedrin.

"Nah, efedrin ini dulu pernah dipakai dalam dunia medis modern," imbuh Inggrid.

"Dalam dunia medis moden itu yang dipakai efedrinnya. Kalau dalam traditional Chinese medicine itu Ephedra sinica-nya."

Namun, saat ini senyawa efedrin sudah tidak dipakai dalam dunia medis modern karena banyak efek samping yang ditimbulkan.

Sebab itulah, banyak negara yang melarang penggunaan tanaman penghasil efedrin, yakni Ephedra sinica.

Indonesia, Malaysia, dan Amerika Serikat adalah beberapa negara yang memasukkan Ephedra sebagai negative list, artinya dilarang dipakai dalam obat tradisional.

Bahaya Ephedra

Senyawa efedrin bersifat simpatomimetik.

"Simpatomimetik itu di antaranya dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan denyut jantung," kata Inggrid.

Oleh sebab itu, obat dengan kandungan efedrin tidak bisa digunakan dalam jangka panjang.

"Jika digunakan dalam jangka panjang bisa berbahaya. Terutama pada orang-orang yang memiliki penyakit kardiovaskular, yakni penyakit jantung dan penyakit yang terkait pembuluh darah misalnya hipertensi," ungkap dia.

"Jadi kalau orang dengan hipertensi diberikan Ephedra sinica ataupun efedrin-nya, ya bisa naik tekanan darahnya dan bisa memicu stroke atau pembuluh darah pecah sehingga bisa menimbulkan kematian."

Selain itu, banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki penyakit jantung.

Dijelaskan Inggrid, ketika orang yang tidak mengetahui dirinya menderita penyakit jantung kemudian diberi obat dengan kandungan ephedra, maka akan memicu serangan jantung atau membuat irama jantung menjadi tidak teratur (aritmia) yang berujung pada kematian.

Selain meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, ephedra juga bisa memicu kejang.

Sehingga, obat yang mengandung ephedra atau senyawa efedrin tidak boleh digunakan penderita epilepsi.

"Kenapa obat ini bisa dilarang, karena efek sampingnya itu tadi. Di AS sendiri, sudah terjadi kasus kematian akibat pemakaian Ephedra sinica pada suplemen kesehatan," kata Inggrid.

"Sehingga (ephedra) benar-benar terlarang karena sudah ada beberapa kasus meninggal, terutama pemakaian jangka panjang," tambahnya.

Pakai sedikit tetap picu efek samping

Inggrid menegaskan, mengonsumsi ephedra dalam jumlah sedikit saja tetap dapat menimbulkan efek samping.

Meski seseorang mengonsumsi obat LQC donasi yang mengandung Ephedra sinica dengan dosis yang benar, itu tetap bisa menimbulkan efek samping.

Ini terutama pada orang-orang yang memiliki penyakit kardiovaskuler yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah.

Lebih besar risiko dari manfaat

Seperti disebutkan, ephedra memiliki sifat simpatomimetik yang dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan denyut jantung.

Selain itu, ephedra juga bersifat dekongestan atau melebarkan saluran pernapasan.

"Di China, (ephedra) memang dipakai untuk keluhan-keluhan yang menyertai flu. Ketika ada pilek, batuk, sesak napas, demam, dan sakit tenggorokan, ephedra ini memang bisa membantu," ungkap Inggrid.

Namun jika mempertimbangkan risiko bahaya dan manfaat yang didapat dari ephedra, Inggris berkata, ahli medis lebih memperhatikan bahayanya.

Apa lagi, efek samping dari ephedra dapat menimbulkan kejadian serius sampai membuat seseorang meninggal dunia.

"Kalau sudah ada efek samping seperti itu (kematian), jalan paling aman memang melarang."

Selain itu, manfaat yang didapat dari ephedra pun masih dapat diperoleh dari obat-obatan modern lain atau tanaman obat yang lain.

Dari penjelasan Inggrid di atas, dapat disimpulkan bahwa obat QLC dari China yang masuk ke Indonesia melalui jalur donasi memang mengandung ephreda.

Di China, obat ini memang dipakai untuk penanganan Covid-19 ringan yang disertai gejala batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan sedikit sesak napas.

"Tetapi sebenarnya Lianhua Qingwen ini dapat diganti dengan obat lainnya. Jadi ini pengobatan yang meredakan gejala dan sebenarnya ada banyak (obat) alternatifnya," imbuh dia.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/25/163823223/apa-itu-ephedra-bahan-obat-china-covid-19-lianhua-qingwen-donasi-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke