Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Indonesia Bebas Polio sejak 2014, Kenapa Masih Tetap Ada Vaksinasi?

KOMPAS.com - Sejak tahun 2014, Indonesia sudah dinyatakan bebas dari polio yang menyebabkan kelumpuhan pada anak-anak ini. 

Akan tetapi, para ahli menekankan bahwa hal itu bukan berarti kita harus menghentikan atau mengurangi upaya untuk ikut aktif mencegah penyakit tersebut, salah satunya dengan vaksinasi atau imunisasi polio.

Lantas mengapa masih dibutuhkan vaksinasi polio meski di Indonesia sudah dinyatakan terbebas dari polio sejak 2014?

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Drg Vensya Sitohang, M Epid mengatakan, Indonesia memang dinyatakan bebas polio, tetapi eradiksi polio (poliomyelitis) di seluruh dunia belum selesai tuntas seutuhnya.

Untuk itu, semua pemangku kepentingan terus melakukan kerja sama untuk memastikan eradikasi semua virus polio secara global.

"Walaupun Indonesia telah dinyatakan bebas dari penyakit polio sejak 2014, namun upaya vaksinasi dan edukasi soal penyakit polio harus terus dilakukan," kata Vensya dalam diskusi daring bertajuk "Edukasi Virtual Sanofi Pasteir: Peran Vaksinasi Dalam Mendukung Eradikasi Polio", Sabtu (24/10/2020).

Dalam pemaparannya, Vensya menerangkan bahwa virus polio itu tidak hanya satu tipe, melainkan ada tiga tipe virus polio. Terbaru, virus polio liar tipe 3 ini telah berhasil dimusnahkan sejak tahun 2019 secara global.

"Diharapkan bukan hanya polio liar (tipe 3), tetapi juga yang tipe 1 dan 2 bisa kita eradikasi (hilangkan) dari negara kita," kata dia.

Oleh karena itu, Vensya menegaskan bahwa meningkatkan imunitas masyarakat Indonesia melalui program vaksinasi akan terus dilakukan dan diupayakan.

"Kami juga melakukan upaya pencegahan terhadap kasus virus polio yang berasal dari negara lain, jangan sampai terjadi di Indonesia," jelasnya.

Meskipun masyarakat Indonesia dinyatakan terbebas dari polio, tetapi karena penyakit ini sangat menular, maka warga Indonesia sendiri juga masih berisiko terkena polio akibat transmisi orang ke orang dalam lingkungan.

Rantai penularan polio itu akan berhenti seutuhnya, jika secara global sudah tidak ada lagi negara yang berpeluang menularkan virus polio ini.

Penularan virus polio itu sendiri diketahui bisa melalui percikan air liur atau droplet ketika penderita batuk atau bersin, juga bisa menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja pasien terinfeksi, karena virus ini dapat berkembang di usus manusia.

Vensya berharap agar seluruh masyarakat bisa meningkatkan kesadaran mengenai penyakit polio ini, sehingga generasi mendatang benar-benar terbebas dari ancaman polio seutuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni), Prof Dr dr Iris Rengganis SpPD-KAI mengatakan bahwa vaksin polio itu masih sangat diperlukan oleh kita hingga saat ini.

"Vaksin polio secara aktif akan membentuk kekebalan tubuh untuk melawan virus penyebab polio pada anak-anak maupun orang dewasa," tegasnya.

Senada dengan Iris, dokter spesialis anak konsultan, DR Dr Eddy Fadlyana SpA(K) MKes juga menuturkan, vaksinasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah penyakit polio atau lumpuh layu yang bisa membuat kelumpuhan bahkan berpotensi menyebabkan kematian.

WHO Strategic Advisory Group of Experts pun merekomendasikan semua negara untuk memasukkan setidaknya satu dosis vaksinasi IPV (inactivated polio vaccine) ke dalam program vaksinasi rutin. 

https://www.kompas.com/sains/read/2020/10/30/183200623/indonesia-bebas-polio-sejak-2014-kenapa-masih-tetap-ada-vaksinasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke