Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kualitas Laut Parah, Ada Polutan Beracun di Tubuh Paus dan Lumba-Lumba

KOMPAS.com - Kualitas laut dunia makin dipertanyakan. Hal ini terbukti dari kandungan polusi beracun yang ditemukan pada lemak lumba-lumba dan paus yang terdampar di seluruh pantai Amerika Serikat.

Peneliti berhasil mengungkap fakta memprihatinkan tersebut usai melakukan analisis terhadap 83 lumba-lumba dan paus dalam rentang waktu antara 2012 hingga 2018.

Seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (11/8/2020), para peneliti menemukan bahwa polutan dari herbisida, kemasan makanan, pasta gigi, sabun deterjen serta mainan telah masuk ke dalam jaringan cetacea yang mati itu.

Studi ini pun menjadi penelitian pertama yang melaporkan mengenai konsentrasi polutan dalam lemak lumba-lumba dan paus.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Marine Science ini menganalisis sampel lemak untuk mengukur konsentrasi lima racun organik, termasuk di antaranya atrazin, DEP, NPE, bisphenol-A, dietil ftalat, dan triclosan.

Data ini juga dilengkapi dengan analisis sampel hati untuk mengukur keberadaan unsur dan senyawa industri beracun.

Dari studi, ditemukan jika beberapa faktor turut memengaruhi konsentrasi racun dalam lemak cetacea, antara lain spesies, jenis kelamin, umur, dan lokasi.

Sebagai contoh, lumba-lumba hidung botol memiliki konsentrasi timbal, mangan, merkuri, selenium, talium, dan seng yang jauh lebih tinggi di hati mereka dibandingkan dengan paus kerdil dan sperma.

Kedua paus tersebut justru memiliki kadar NPE, arsen, kadmium, kobalt, dan zat besi yang lebih tinggi. Perbedaan kandungan ini menunjukkan pentingnya geografi bagi kesehatan mahluk air.

Studi ini tentu saja menunjukkan bagaimana perubahan lingkungan laut dapat memengaruhi kesehatan hewan.

Para peneliti menulis bahwa polutan beracun tersebut masuk ke lingkungan laut dalam berbagai bentuk, seperti bahan bakar fosil dan plastik sekali pakai yang digunakan manusia.

Selain itu ada pula polutan yang asalnya dari kemasan makanan, deterjen, dan bahkan mainan anak-anak.

"Kita harus melakukan bagian kita untuk mengurangi jumlah racun yang masuk ke lingkungan laut. Sebab, hal ini memiliki implikasi penting bagi kesehatan dan lingkungan, tak hanya laut tapi juga manusia," papar Annie Page-Karjian, salah seorang peneliti studi.

Ingat, bahan kimia masuk ke dalam tubuh hewan melalui rantai makanan. Ketika lumba-lumba dan paus memakan ikan dengan konsentrasi kimia, maka unsur-unsur beracun memasuki tubuh mereka.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/08/11/200700323/kualitas-laut-parah-ada-polutan-beracun-di-tubuh-paus-dan-lumba-lumba

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke