Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ilmuwan Ingatkan Jangan Jadikan Vitamin D Senjata Lawan Covid-19, Kenapa?

KOMPAS.com - Vitamin D selama ini banyak disebut dapat memberi perlindungan dari penularan penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menghentikan percobaan hydroxychloroquine dan klorokuin sebagai obat untuk pasien Covid-19.

Hal itu dilakukan setelah ditemukan pasien Covid-19 dengan sakit yang parah lebih mungkin meninggal, jika diberikan obat tersebut.

Melansir CNN, Jumat (29/5/2020), konsumsi vitamin D yang terlalu banyak dapat menyebabkan penumpukan kalsium yang beracun dalam darah.

Efeknya, dapat menyebabkan kebingungan, disorientasi dan masalah dengan ritme jantung, serta nyeri tulang, hingga kerusakan ginjal dan batu ginjal yang menyakitkan.

Kebutuhan vitamin D tiap orang tidak sama

Menurut Institute of Medicine of The National Academies' Food and Nutrition Board, kebutuhan vitamin D harian yang disarankan berbeda-beda bagi setiap orang.

Bahkan, tidak hanya berdasarkan usia, tetapi di setiap negara aturan dosis konsumsi atau kebutuhan vitamin D juga berbeda.

Di Amerika Serikat, bagi anak di atas usia 4 tahun dosisnya 600 IU per hari dan usia lebih dari 70 tahun dosis yang diberikan bisa mencapai 800 IU per hari. Sedangkan di Inggris, jumlah kebutuhan vitamin D yang disarankan adalah 400 IU per hari.

Setiap wilayah atau negara di belahan dunia lain, pasti juga memiliki anjuran dosis yang berbeda.

Khusus untuk negara dengan perbedaan lingkungan dan pola makan, biasanya dosis vitamin D yang diperlukan berkisar antara 400 IU dan 800 IU per hari.

Selain itu, di Inggris, penelitian menunjukkan penggunaan vitamin D dalam waktu yang lama mungkin dapat meningkatkan penyebab kematian.

Di antaranya kanker, penyakit kardiovaskular, atau bahkan akan lebih banyak potensi patah tulang pada orang tua karena jatuh.


Bukti ilmiah vitamin D pada Covid-19 kurang

Terkait vitamin D dapat melindungi dari Covid-19, Robin May dari Institut Mikrobiologi dan Infeksi di University of Birmingham di Inggris mengungkapkan sampai saat ini tidak ada bukti kadar tertentu vitamin ini dapat melindungi dari penyakit tersebut.

Untuk mengatasi lonjakan masyarakat terhadap konsumsi vitamin D, National Health Service Inggris menambahkan pembaruan virus corona ke halaman informasi mereka tentang vitamin D

Mereka menulis ada beberapa laporan berita tentang vitamin D yang mengurangi risiko virus corona. Namun, tidak ada bukti dari kasus ini.

Peringatan tersebut digaungkan sekelompok ilmuwan lain di Inggris, Eropa dan Amerika Serikat.

Para ilmuwan ini menulis meluasnya penyebaran Covid-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2 telah menyebabkan seruan konsumsi suplemen vitamin D dosis tinggi.

"Seruan ini tanpa dukungan dari studi terkait pada manusia, tetapi lebih didasarkan pada spekulasi tentang mekanisme dugaan," kata mereka.

Kendati demikian, vitamin D tidak hanya melindungi perkembangan tulang dan otot, tetapi juga dapat membantu meningkatkan fungsi sel otak, serta membantu sistem kekebalan tubuh melawan bakteri dan virus yang menyerang.

Mantan Direktur CDC Dr Tom Friedan mengatakan suplemen tambahan mungkin baik untuk kelompok masyarakat yang rentan, seperti orang tua dan mereka yang memiliki kondisi kronis.

Sementara itu, Michael Head, peneliti senior bidang kesehatan global di University of Shouthampton Inggris mengatakan ada beragam bukti peran vitamin D dan infeksi saluran pernapasan.

"Ada sejumlah korelasi tertentu, tetapi ketidakpastian besar tentang sebab-akibat. Ini tentu saja memerlukan penelitian lebih lanjut," kata Head.

Kendati demikian, para ahli menegaskan vitamin D sebagai mikronutrien utama harus diberikan fokus khusus.

Vitamin D jangan lantas dijadikan sebagai 'peluru ajaib' untuk mengalahkan Covid-19, karena basis bukti ilmiah saat ini sangat kurang.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/30/100200823/ilmuwan-ingatkan-jangan-jadikan-vitamin-d-senjata-lawan-covid-19-kenapa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke