Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Harus Serius Benahi Akses Transportasi di Maluku

Kompas.com - 22/10/2023, 12:00 WIB
Masya Famely Ruhulessin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kenyamanan menikmati transportasi umum sepatutnya tidak hanya dapat dinikmati warga yang berada di Pulau Jawa.

Warga provinsi Maluku yang merupakan bagian dari NKRI pastinya ingin menikmati kenyamanan yang sama.

Sayangnya, hal tersebut masih menjadi mimpi yang belum terwujud karena angkutan umum yang ada masih jauh dari kata layak.

Beroperasinya kereta cepat WHOOSH Jakarta – Bandung, kian memperlebar kesenjangan pelayanan transportasi umum di Indonesia.

Provinsi Maluku merupakan wilayah kepulauan. Namun tercatat memiliki jaringan angkutan bus perintis terpanjang di Indonesia.

Baca juga: Transportasi Umum Masih Jadi Pertimbangan Utama Dalam Pembelian Hunian

Di Provinsi Maluku terdapat 17 rute angkutan bus perintis yang menyebar di lima pulau, yaitu Pulau Ambon, Pulau Seram, Pulau Buru, Pulau Tanimbar dan Pulau Kei. Panjang jaringan jalan yang dilayani 2.869 km.

Rute angkutan bus perintis terpanjang di Indonesia berada di Provinsi Maluku, yaitu rute Ambon – Masiwang – Totok Tolu sepanjang 598 km dengan lama perjalanan mencapai 33 jam.

Masih banyaknya kondisi jalan yang rusak menyebabkan waktu perjalanan menjadi lebih lama.

Data Perum. Damri menjelaskan pada tahun 2021, jalan rusak yang dilewati angkutan bus perintis di Provinsi Maluku mencapai 304 km atau 10,5 persen.

Di Pulau Buru ada 5 rute dilayani 5 unit bus, yaitu Namlea – Namrole sejauh 136 km, Namlea – Masarete (94 km), Namlea – Teluk Bara (134 km), Namlea – Lala (10 km) dan Namlea – Savana Jaya (25 km).

Baca juga: Lima Alasan Orang Membenci Transportasi Umum

Pulau Ambon dan Pulau Seram dihubungkan oleh 6 rute angkutan bus perintis. Keenam rute itu menggunakan kapal penyeberangan menghubungkan Pelabuhan Penyeberangan Hunimua (Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Ambon)–Pelabuhan Penyeberangan Waipirit (Kabupaten Seram Bagian Barat).

Pelabuhan Hunimua memiliki aktivitas penyeberangan yang cukup tinggi, di mana dimulai sejak jam 05.30 WIT hingga jam 21.00 WIT dan dilayani 6 kapal penyeberangan. Kedua Pelabuhan penyeberangan ini dikelola PT ASDP Ferry.

Adapun rute bus perintis adalah rute Ambon – Masiwang – Totok Tolu sejauh 593 km (rute terpanjang), Ambon – Alune (215 km), Ambon – Warasiwa (250 km), Ambon – Laimu (330 km), Ambon–Saka – Pasanea (215 km), Ambon – Namto (387 km).

Armada yang dapat dioperasikan sebanyak 12 unit bus sedang. Penumpang berangkat dari Kota Ambon jam 08.00 menuju 6 rute itu setiap hari. Karena keterbatasan jumlah bus, beberapa rute terjauh seminggu hanya dilayani 3 kali keberangkatan dari pool di Kota Ambon.

Sementara itu, di Pulau Tanimbar (Kabupaten Kepulauan Tanimbar) dioperasikan 5 rute dengan 6 unit bus. Adapun kelima rute itu adalah rute Saumlaki – Batu Putih sepanjang 51 km, Saumlaki – Latdalam (38 km), Saumlaki – Larat (145 km), Saumlaki – Arma – Watmuri (112 km).

Jumlah bus yang beroperasi masih kurang dari kebutuhan, perlu penambahan hingga sekitar 6 armada bus.

Sedangkan di Pulau Kei (Kabupaten Maluku Tenggara) hanya satu rute bus perintis, yaitu Langgur– Sathen– Danar – Madwaer – Tetoad sepanjang 80 km dengan 1 unit bus.

Kondisi bus tidak laik

Kondisi bagian dalam salah satu armada bus perintis di MalukuDjoko Setijowarno Kondisi bagian dalam salah satu armada bus perintis di Maluku

Meskipun demikian, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menyayangkan kondisi bus perintis yang digunakan di Maluku rata-rata berada dalam kondisi yang tidak layak.

Kondisi armada bus terakhir buatan tahun 2016, bahkan masih ada bus buatan tahun 2012 yang masih dioperasikan.

"Sudah selayaknya semua armada bus yang beroperasi di Provinsi Maluku dapat diganti dengan armada baru. Sedangkan armada lama masih dapat digunakan sebagai angkutan logistik," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (22/10/2023). 

Dikatakan, potensi angkutan logistik yang menghubungkan Pulau Ambon dengan Pulau Seram sangat tinggi.

Dua sampai tiga baris kursi di dalam bus perintis dipenuhi barang milik penumpang. Mengurangi jumlah penumpang yang ingin naik bus, tempat duduk dipenuhi barang penumpang.

"Karena itu, kedepannya perlu dibatasi barang yang boleh dibawa penumpang, misalnya maksimal 1 kopor dan sejumlah barang yang dapat dibawa tangan. Yang penting layanan standar dengan waktu pelayanan prima sudah cukup," papar Djoko. 

Kelebihan barang diminta membayar sebagai angkut barang. Armada lama masih dapat dioperasikan untuk angkutan barang yang merupakan potensi pendapatan di Damri Wilayah Maluku.

Ia juga menyarankan, armada bus perintis yang digunakan tidak perlu berpendingin. Hal ini karena pendingin yang diletakkan di atap bus, sering terhalang dahan pohon dan akhirnya rusak.

Tambahan lagi, jaringan jalan yang dilewati tidak semulus jalan-jalan di Pulau Jawa, berlubang bahkan berkubang.

Jalan rusak ini sudah lama terjadi dan dibiarkan tidak diperbaiki, sehingga menjadikan waktu perjalanan menjadi lebih lama.

"Kondisi jalan seperti ini, sebaiknya dimasukkan dalam Program Inpres Pembangunan Jalan Daerah.
Harus diakui masih rendah perhatian pemerintah untuk pembangunan infrastruktur di wilayah kepulauan masih rendah apalagi di wilayah timur Indonesia," tandas Djoko. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com