KOMPAS.com - Sektor properti di China, yang pernah menjadi pilar perekonomian, tengah mengalami kemerosotan.
Kondisi itu berdampak terhadap tingkat penjualan properti di China, salah satunya apartemen.
Bahkan, mantan pejabat di Biro Statistik setempat meyakini jumlah populasi China yang mencapai 1,4 miliar orang tidak akan cukup untuk memenuhi jumlah apartemen yang kosong.
Dikutip dari laporan Reuters, kemerosotan sektor properti di China terjadi sejak tahun 2021 saat raksasa real estate China Evergrande Group gagal membayar kewajiban utangnya menyusul pembatasan pinjaman baru.
Pengembang ternama seperti Country Garden Holdings juga terus terhuyung-huyung mendekati gagal bayar kewajiban bahkan sampai saat ini, sehingga membuat sentimen pembeli hunian tetap tertekan.
Baca juga: Kembali Melantai di Bursa Efek, Saham Evergrande Anjlok hingga 87 Persen
Krisis yang terjadi pada sektor properti di China tentu memengaruhi ketertarikan para konsumen untuk membeli hunian.
Buktinya, berdasarkan data terbaru dari National Bureau of Statistics (NBS) atau Biro Statistik Nasional, pada akhir Agustus, total luas lantai hunian yang tidak terjual mencapai 648 juta meter persegi.
Menurut perhitungan Reuters, jumlah tersebut setara dengan 7,2 juta hunian, berdasarkan rata-rata ukuran hunian seluas 90 meter persegi.
Itu belum termasuk sejumlah proyek perumahan yang telah terjual namun belum selesai karena masalah arus kas, atau beberapa rumah yang dibeli oleh spekulan pada kenaikan pasar terakhir di tahun 2016 yang masih kosong, yang secara keseluruhan merupakan sebagian besar rumah yang tidak terpakai.
He Keng, mantan Wakil Kepala Biro Statistik menyampaikan, masing-masing ahli memiliki angka yang berbeda-beda mengenai jumlah hunian yang kosong atau tak terjual di China.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.