Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Ikonik di Tol Solo-Ngawi Berstruktur "Cable Stayed", Bagaimana Kekuatannya?

Kompas.com - 04/02/2023, 19:00 WIB
Suhaiela Bahfein,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Apakah Anda pernah melintasi Jalan Tol Solo-Ngawi? Kalau pernah, pasti sudah tak asing lagi dengan keberadaan jembatan ikonik di ruas tersebut.

Jembatan itu bernama Klodran yang didesain sebagai jembatan simpang susun (SS) dengan struktur cable stayed (kabel pancang).

Lantas, apa itu jembatan kabel pancang?

Jembatan ini menjadi pilihan karena model atau gayanya yang terlihat sangat modern. Meski begitu, desain jembatan ini nyatanya sudah ada sejak abad ke-16 lalu.

Bahkan, model jembatan kabel pancang itu pernah tidak dikenal dan digantikan dengan struktur suspension bridge atau jembatan gantung yang kemudian populer pada abad ke-19 dan 20.

Namun demikian, pada abad ke-21 terutama sejak 30 tahun terakhir, jembatan kabel pancang ini justru kembali booming dan kerap menjadi desain pilihan di berbagai negara.

Desain kabel pancang digambarkan dengan sebuah gelagar kabel dari baja yang menghubungkan dasar dengan menara jembatan.

Baca juga: Tol Solo-Ngawi Punya Jembatan Ikonik, Strukturnya Cable Stayed

Penting diketahui, jembatan cable stayed yang dibangun pertama kali pada abad ke-19 ternyata pernah mengalami kegagalan.

Pada Januari 1818, Jembatan Dryburg Abbey di Skotlandia juga pernah ambruk. Infrastruktur ini runtuh setelah enam bulan dibuka dan digunakan untuk umum.

Tak berhenti sampai di situ, enam tahun kemudian atau tepatnya 6 Desember 1824, Jembatan Saale River Bridge di Jerman pun ikut mengalami keruntuhan.

Sejumlah 300 orang pengendara berbaris sepanjang jembatan yang kemudian menyebakan salah satu kabel besi penyangga putus.

Putusnya salah satu gelagar kabel baja itu berdampak pada kabel lainnya dan seluruh bagian jembatan pun runtuh.

Dari kasus tersebut, 55 orang dilaporkan meninggal dunia. Namun, progres pembangunan jembatan kabel pancang semakin mutakhir seiring berjalannya waktu.

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com 10 November 2020, saat ini sudah banyak pembelajaran tentang pembangunan jembatan tersebut. Tentu saja, hal ini semakin meminimalisasi risiko yang akan terjadi.

Pernyataan itu disampaikan oleh Dosen Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) Iswandi Imran.

Menurut Iswandi, jembatan kabel pancang umumnya memiliki bentang yang cukup panjang. Sehingga, infrastruktur konektivitas ini lebih fleksibel sekaligus lebih rentan terhadap beban angin.

Meski begitu, jembatan ini dapat dikatakan aman sejauh pembangunannya memperhatikan setiap aspek perilaku yang ada seperti beban lalu lintas, angin, juga gempa.

"Nah sekarang yang seperti ini sudah dipahami, makanya setiap pembangunan jembatan itu kan tentu mesti dievaluasi secara komprehensif," tutup Iswandi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com