Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Pohon Sapu-sapu, Indonesia Targetkan Jadi Biang Parfum Nomor 1 Dunia

Kompas.com - 27/01/2023, 16:00 WIB
Heru Dahnur ,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Pohon sapu-sapu atau pohon ujung atap yang selama ini tumbuh liar di Kepulauan Bangka Belitung, dipersiapkan sebagai bahan baku minyak atsiri.

Pasokan melimpah dari pohon bernama latin baeckea frutescens itu diharapkan mampu menjadikan Indonesia sebagai produsen utama biang parfum dunia.

"Pohon sapu sapu selama ini menjadi tanaman liar dan ini bisa diolah sebagai minyak atsiri. Minyak yang sangat banyak kegunaannya," kata Ketua Dewan Atsiri Indonesia Irdika Mansur, di Pangkalpinang, Kamis (26/1/2023).

Irdika menuturkan, kandungan minyak atsiri lebih dari sekadar bahan baku parfum.

Kegunaannya bahkan mencakup hampir seluruh aktivitas manusia, mulai dari bangun tidur, beraktivitas hingga tidur kembali.

Baca juga: Sertifikat PTSL Pangkalpinang Diterbitkan, 311 di Antaranya Aset Pemkot

"Pakai sabun, pasta gigi, deodoran dengan rasa mint ada kandungan minyak atsirinya. Itu kita gunakan sehari-hari," ujar Irdika.

Menurut Irdika, daerah tropis di Indonesia cocok untuk budidaya bahan baku minyak atsiri.

Selain pohon sapu-sapu, juga ada sereh wangi, lada, cengkeh dan lainnya yang bisa digunakan sebagai bahan baku.

Tercatat saat ini sebanyak 172 tanaman yang bisa diekstrak menjadi minyak atsiri. Dengan adanya pohon sapu-sapu, maka jumlahnya bertambah menjadi 173 tanaman.

"Nilai ekspor minyak atsiri sebagai minyak esensial oil mencapai Rp 10 triliun per tahun. Indonesia itu tiga besar dunia. Kadang nomor satu atau nomor dua antara India dan China. Jadi perlu dikelola potensi yang kita miliki ini," ujar Irdika yang juga dosen Institut Pertanian Bogor (IPB).

Wilayah Kepulauan Bangka Belitung dinilai cocok untuk pengembangan tanaman sapu-sapu. Karena tanahnya berpasir, khususnya untuk lahan reklamasi pascatambang.

Penjabat (PJ) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Ridwan Djamaluddin mendorong penelitian dan pendampingan masyarakat untuk pengolahan minyak atsiri.

Bangka Belitung memiliki lahan yang luas untuk digunakan sebagai lahan budidaya.

"Data kita 123.000 hektar lahan kritis pascapenambangan yang bisa dimanfaatkan. Banyak yang bisa dilakukan salah satunya untuk minyak atsiri ini," ujar Ridwan.

Komisaris Utama Holding Tambang Nasional MIND ID Doni Monardo menyatakan dukungannya untuk peningkatan produksi minyak atsiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com