Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata, Ini Biang Kerok yang Bikin Muka Tanah Jakarta Turun

Kompas.com - 19/01/2023, 18:00 WIB
Suhaiela Bahfein,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menemukan penyebab land subsidence (penurunan muka tanah) di DKI Jakarta terjadi akibat over extraction (ekstraksi berlebih).

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah mengungkapkan hal ini di Auditorium Kementerian PUPR, Jakarta, Kamis (19/1/2023).

"Karena land subsidence di Jakarta kan isu besar, dan itu diyakini dan sekarang terus dimonitor bahwa itu bisa terjadi karena over extraction air tanah," ujar Zainal.

Zainal mengatakan, penyebab dari penurunan muka tanah seperti ini diduga juga terjadi di daerah lain.

Akan tetapi, Kementerian PUPR saat ini bersama tim dari Jepang di Jakarta serta dilakukannya studi oleh para ahli Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Oleh karena itu, apa yang harus kita lakukan? Tentu, kita menahan. Cuma, dari sisi kebijakan, kalau kita tahan air tanah, sementara air permukaannya tidak cukup, kan malah jadi bencana baru bagi rakyat," terangnya.

Baca juga: Jakarta Bisa Setop Pakai Air Tanah jika Tiga Proyek Ini Kelar Dibangun

Maka dari itu, Kementerian PUPR mendorong suplai tambahan permukaan air di Jakarta. Contohnya, melalui pembangunan tiga Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yakni Jatiluhur, Juanda, serta Karian-Serpong.

Kehadiran SPAM ini dapat memberikan pasokan air sebesar 9.000 liter per detik-10.000 liter per detik.

Saat air dari SPAM Karian-Serpong maupun Jatiluhur masuk ke Jakarta, maka kebijakan ekstraksi air tanah akan dihentikan Pemerintah. Sehingga, rakyat tidak dirugikan.

"Kan enggak mungkin, kita bicara, kamu enggak boleh ngambil air tanah, terus air darimana? Jadi, kebijakannya kayak gitu. Bukan kebijakan satu-satunya kamu enggak boleh, kita penuhi dulu (kebutuhan air)," tandas Zainal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com