Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bernardus Djonoputro
Ketua Majelis Kode Etik, Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP)

Bernardus adalah praktisi pembiayaan infrastruktur dan perencanaan kota. Lulusan ITB jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah, dan saat ini menjabat Advisor Senior disalah satu firma konsultan terbesar di dunia. Juga duduk sebagai anggota Advisory Board di Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung ( SAPPK ITB).

Selain itu juga aktif sebagai Vice President EAROPH (Eastern Region Organization for Planning and Human Settlement) lembaga afiliasi PBB bidang perencanaan dan pemukiman, dan Fellow di Salzburg Global, lembaga think-tank globalisasi berbasis di Salzburg Austria. Bernardus adalah Penasehat Bidang Perdagangan di Kedubes New Zealand Trade & Enterprise.

IKN Punya Balikpapan, Kota Pendukung Ternyaman Pilihan Ekspatriat

Kompas.com - 23/11/2022, 17:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA awal era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Adrinof Chaniago ditugaskan memulai perencanaan 10 kota baru.

Namun, kegamangan jajaran tata ruang di bawahnya saat itu membuat rencana tersebut berubah arah.

Kendati demikian, inisiatif dilanjutkan menukik ke sasaran sebenarnya, yaitu merencanakan kota baru ibu kota saat Bambang Brodjonegoro memimpin kementerian tersebut.

Sejak 2019, ketika pertama kali saya terlibat dalam penentuan lokasi dan konsep rancangan induk (masterplan) Ibu Kota Negara (IKN), saya memberikan perhatian khusus pada pembahasan mengenai build-no-build zone.

Saya sudah membayangkan apa yang akan terjadi di segitiga kota Balikpapan, Samarinda dan IKN yang kini diberi nama Nusantara.

Konsep awal masterplan pun berubah wujud dan lebih kuat menjadi Undang-undang (UU) Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara.

Baca juga: Beres Akhir 2022, Ini Progres Pembuatan Rencana Detail Tata Ruang IKN

Truk-truk berisi tanah cut-fill pun hari ini sibuk mondar mandir di lokasi seputar Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP).

Merasakan geliat proyek besar memang selalu menggelitik intuisi setiap perencana kota untuk menganalisa ke masa depan.

Apakah optimisme saya masih berdasar?

Ada pertanyaan besar engenai aglomerasi aktivitas penunjang proyek seperti perumahan pekerja bangunan, penyedia jasa-jasa kontraktor maupun akomodasi dan makanan. Akankah mendominasi ruang awal?

Kecut juga hati ini membayangkan pengalaman Brasilia di hutan Amazon yang sudah menyebar tak terkendali (sprawl) seperti sekarang ini.

Ada dua pertanyaan menarik bagi saya sebagai pelaku penyerta dalam perencanaan kota baru ini.

Pertama, apa yang akan terjadi pada Simpang Samboja, Sepaku, Balikpapan dan Samarinda? Kedua, bagaimana nasib konsep city in the forest, atau forest city yang digadang-gadang Presiden Jokowi?

Tentu, Balikpapan akan meraup tarikan perubahan positif (positive traction)pertama. Modal awal untuk sukses sebenarnya sudah ada.

Saya menyadari ini ketika berjalan-jalan setengah hari kemarin menyusuri 'Kota Minyak’ tersebut. Melihat monumen Sumur Mathilda bukti bahwa Balikpapan sebagai kota kosmopolitan, sangat hidup sebagai penghasil minyak.

Konsesi minyak Louise, Mathilda, dan Charlote membangun sejarah perkembangan kota, yang tumbuh menjadi satu-satunya kota metropolitan Indonesia sejak awal berdirinya.

Kaum pendatang dominan dan kota tumbuh inklusif, bergerak dinamis hinggga kini.

Sejarah Balikpapan tak kalah menarik, bak kisah Pearl Harbour. Diawali JH Menten, dan Sir Walter Samuel yang menemukan minyak saat mencari lokasi untuk pembangunan kilang pengolahan minyak.

 

Kemudian, tahun 1943 Balikpapan mengalami serangan udara, yang bisa disebut sebagai salah satu serangan udara terdahsyat dalam sejarah Perang Pasifik.

 

Sejarah dan struktur masyarakat kota Balikpapan yang didominasi pendatang kemudian membentuk rona dan dinamika kota yang sangat kondusif untuk menyambut kemajuan.

Rasa nyaman, bersih, rendah polusi dan keramahtamahan masyarakatnya membuat aura positif mendominasi.

Tak salah, jika dalam survei persepsi warga Most Livable City Index yang dilansir Ikatan Ahli Perencana Kota Indonesia (MLCI IAP), Balikpapan selalu dalam top tier cities, yang kelayakhuniannya di atas rata-rata index Nasional.

MLCI 2017 membagi hasil survei menjadi tiga lingkup besar, yakni top tier city  atau kota dengan indeks livability di atas rata-rata, average tier city atau kota dengan nilai indeks livability rata-rata, dan bottom tier city atau kota dengan nilai indeks livability di bawah rata-rata.

Balikpapan, seperti juga Solo, selalu menjadi kota-kota yang konsisten menjadi top tier cities sejak 2009 pertama survei ini dilansir.

Sejarah kota yang kuat, dominasi pendatang, kosmopolitan, dan vibransi, akan menjadikan Balikpapan siap kembali menjadi cerita kota ekspatriat. Dan meraih keuntungan dari pertumbuhan ekonomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com