Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Properti Sumbang 40 Persen Emisi Karbon Global, Ini Saran Buat Pemilik

Kompas.com - 10/11/2022, 11:00 WIB
Muhdany Yusuf Laksono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia berkomitmen untuk mencapai target nol emisi karbon pada 2060 atau bahkan lebih cepat.

Dengan komitmen ini, para pemangku kepentingan di Indonesia harus mulai mempertimbangkan aspek keberlanjutan dalam perencanaan strategisnya.

Menurut Jones Lang LaSalle (JLL), salah satu inisiatif yang dapat dilakukan korporasi adalah mengurangi emisi karbon di sektor properti yang menyumbang sekitar 40% emisi karbon global.

Country Head JLL Indonesia James Allan menyampaikan, properti adalah salah satu sektor penyumbang emisi karbon tertinggi.

Para pemangku kepentingan, termasuk pemilik bangunan, perlu menyeimbangkan upaya melalui bangunan baru hingga renovasi perbaikan.

"Karena bangunan baru saja tidak cukup membantu Indonesia dalam mencapai target nol karbon," ujarnya dalam rilis pers, Rabu (09/11/2022).

Baca juga: Setiap Gedung di Jakarta Bakal Diwajibkan Punya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik

Merujuk laporan terbaru JLL bertajuk Indonesia’s journey towards sustainable real estate, Jakarta diharapkan mengambil langkah terdepan melalui Jakarta 30:30 Commitment.

Mengingat bahwa Jakarta kini menjadi kota yang lebih sehat, sejalan dengan perbaikan infrastruktur.

"Hingga kuartal kedua 2022, ada sekitar 1,9 juta meter persegi area green office di Jakarta. Di mana 42% di antaranya merupakan gedung perkantoran Grade A yang telah memperoleh sertifikasi hijau," tambah Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim.

Para pemilik gedung, baik gedung baru maupun lama, diharapkan bisa menerapkan konsep bangunan hijau.

Baca juga: Seperti Apa Bandara yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan? Ini Komponennya

Hal itu sesuai arahan pemerintah untuk mengurangi emisi karbon di Indonesia, serta di tengah meningkatnya permintaan gedung dengan konsep berkelanjutan.

Energy and Sustainability Lead JLL Indonesia Prisca Winata menjelaskan, perbaikan bangunan tua yang belum memenuhi aspek keberlanjutan sangat penting.

Guna memenuhi permintaan pasar dan dapat menghindari penurunan nilai bangunan pada masa mendatang.

"Bangunan yang hemat energi berpotensi dapat menghemat biaya operasional yang cukup signifikan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com