Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Pertama, Impian dan Tantangan Generasi Muda di Asia Tenggara

Kompas.com - 30/05/2022, 13:15 WIB
Masya Famely Ruhulessin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Memiliki rumah pertama adalah impian sekaligus tantangan bagi kalangan muda di Asia Tenggara, terutama Generasi Z dan Generasi Milenial.

Generasi Milenial dinilai memerlukan waktu yang lebih lama untuk memiliki rumah sendiri dibanding generasi pendahulunya yakni Generasi Y.

Mereka pun kerap menunda-nunda keputusan untuk membeli rumah sendiri sehingga seringkali dianggap tidak cukup dewasa dalam mengambil keputusan.

Generasi yang lebih muda atau Generasi Z yakni mereka yang lahir mulai dari tahun 1997 hingga seterusnya juga menghadapi masalah serupa.

Baca juga: Milenial, Ingin Punya Rumah Seharga Rp 300 Jutaan? Ini 6 Pilihannya

Dinamika kepemilikan rumah di Asia Tenggara memang cukup sulit dipahami. Asia Tenggara adalah tempat dari lebih separuh penduduknya berusia di bawah 30 tahun.

Alih-alih mencari rumah pertama, saat ini sebagian besar Generasi Milenial masih tinggal di rumah orang tua mereka.

Kepala Penelitian Knight Frank Asia-Pasifik Christine Li menuturkan, beberapa faktor sangat memengaruhi keputusan generasi milenial di Asia Tenggara dalam memiliki hunian sendiri.

“Hubungan keluarga yang erat, usia pernikahan pertama yang lebih tinggi, dan tingkat pernikahan yang lebih rendah menunjukkan bahwa populasi Milenial Asia Tenggara tidak merasakan banyak tekanan untuk menjauh dari keluarga mereka,” ujar Christine.

Hal ini jauh berbeda dengan gambaran Generasi Milenial di luar Asia Tenggara, yang sudah keluar dari rumah orang tuanya sejak berumur 17 tahun.

Selain itu, keinginan untuk berbakti pada orang tua menjadi alasan keengganan Generasi Milenial untuk keluar dari rumah orang tuanya.

Dalam survei yang dilakukan PropertyGuru, 49 persen milenial di Thailand dan 31 persen di Indonesia menyebutkan, merawat orang tua sebagai penghalang utama untuk pindah di tahun depan.

Baca juga: Milenial, Manfaatkan Momentum IPEX 2022 untuk Berburu Rumah Pertama

Namun 84 persen dari jumlah tersebut masih memiliki keinginan untuk pindah ke rumah sendiri maksimal tahun depan. 

Di Singapura, keputusan milenial untuk tidak menikah membuat sebagian besar responden (41 persen) tetap menetap di rumah orang tuanya.

Sementara itu, sebesar 42 persen Generasi Milenial di Thailand tidak berencana hengkang dari rumah orang tua mereka dalam waktu dekat.

Meskipun tampaknya seperti impian yang mudah diwujudkan, memiliki rumah pertama memiliki banyak tantangan.

Harga rumah yang tinggi tidak sebanding dengan besar upah di beberapa negara berkembang, beberapa di antaranya bahkan menjadi tidak stabil.

Kepala Perumahan Knight Frank Asia-Pasifik Victoria Garrett mengatakan, selama beberapa dekade terakhir, dengan negara-negara seperti Vietnam, Kamboja dan Filipina mengalami peningkatan tajam populasi kelas menengah.

“Inilah yang mengakibatkan kekurangan perumahan yang terjangkau di banyak ibu kota,” papar Victoria.

Berbanding terbalik dari Generasi Milenial, banyak Generasi Z yang menginginkan kemerdekaan dari keluarga mereka.

Meskipun tren pernikahan lebih lambat dan lebih sedikit, lebih banyak individu dari Generasi Z akan mencari peluang untuk pindah ke tempat mereka sendiri.” Jelasnya.

Ingin Punya Properti Mewah

Kecendrungan Generasi Milenial untuk menunda kepemilikan rumah ternyata juga dipengaruhi oleh keinginan mereka untuk memiliki properti mewah.

Berdasarkan survei PropertyGuru Singapura, satu dari tiga milenial di negera ini ingin membeli rumah mewah dengan harga di atas 5 juta Dolar Singapura (Rp 53,1 miliar). 

66 persen milenial ingin membeli rumah mewah sebagai investasi jangka panjang yang dapat diandalkan.

Sedangkan 30 persen ingin memiliki rumah mewah karena hanya untuk status sosial semata. Apalagi tekanan media sosial yang tinggi. 

Sementara itu, dalam mencari properti, Generasi Z lebih suka membuat keputusan pembelian yang etis dan berwawasan lingkungan.

Knight Frank melaporkan, pembeli rumah berusia muda di Asia saat ini cenderung mempertimbangkan kualitas udara yang baik, kedekatan dengan ruang hijau, dan akses ke perawatan kesehatan yang baik.

Sebanyak 46 persen milenial di Singapura bersedia membayar mahal untuk tinggal di kota hijau atau perkebunan berkelanjutan.

Namun tanpa bantuan orang tua, generasi muda yang berpenghasilan rendah tidak bisa berbuat banyak untuk membeli rumah pertama tanpa dukungan regulasi dari pemerintah.

Karena minimnya penghasilan tersebut, mereka lebih memilih bertahan di rumah orang tua meskipun telah memutuskan untuk berkeluarga. Apalagi ini masih bisa ditoleransi oleh masyarakat di Asia.

 

Disadur dari tulisan Al Gerard de la Cruz dengan judul "Where Gen Z and Millennials Stand Now on The Property Ladder"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com