Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Rahasia Sukses IKEA Jadi Raja Furnitur di Dunia

Kompas.com - 08/04/2022, 11:15 WIB
Masya Famely Ruhulessin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - IKEA merupakan salah satu peritel furnitur tersukses yang ada. Bahkan sejak tahun 2008, perusahaan asal Swedia ini sudah merajai pasar furnitur dunia.

Hingga akhir Agustus 2021, perusahaan asal Swedia ini telah memiliki 445 jaringan toko yang beroperasi di 52 negara, dengan pendapatan global mencapai 42 miliar Euro atau setara dengan Rp 665,1 triliun.

Didirikan pada tahun 1943 oleh Ingvar Kamprad, IKEA mengkhususkan dirinya untuk menjual furnitur, perabot, dan aksesori rumah. Unikya, pelanggan dapat membeli furnitur yang dapat mereka rakit sendiri. 

Namun tahukah Anda kesuksesan IKEA saat ini berkat penerapan beberapa prinsip psikologi? Berikut beberapa trik psikologi yang berhasil IKEA terapkan untuk menarik jutaan pelanggan di seluruh dunia.

Baca juga: IKEA ke-6 Hadir di Mal Taman Anggrek, Cek Jam Operasionalnya

1. “Efek IKEA”

IKEA menyediakan berbagai produk furnitur yang bisa dirakit sendiri oleh para pembeli. Secara tidak sadar. 

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Michael I. Norton, Daniel Mochon serta Dan Ariely dari Harvard Business School, ditemukan bahwa pelanggan lebih tertarik membeli furnitur yang belum dirakit.

Penelitian ini melibatkan dua kelompok responden yang diberikan produk dari IKEA. Kelompok pertama diberikan versi rakitan sedangkan kelompok kedua diberikan produk furnitur yang belum dirakit.

Dalam proses penawaran berikutnya, responden dari kelompok kedua bersedia membayar lebih banyak untuk produk yang belum dirakit daripada memilih produk jadi.

Terinspirasi untuk terus berkreasi bersama, para pelanggan IKEA kemudian menciptakan tren baru yang disebut "IKEA Hack". Proyek-proyek ini mengubah furnitur dasar menjadi produk yang lebih unik.

Baca juga: Terbesar di Dunia, IKEA Buka Toko di Filipina

Orang-orang bahkan telah menciptakan bisnis turunan yang merancang aksesori untuk memperbaiki furnitur IKEA yang rusak.

Misalnya perusahaan Semihandmade membuat pintu khusus yang kompatibel dengan lemari IKEA.

2. Efek pilihan berlebih

Prinsip ini menyatakan bahwa meskipun beberapa pilihan bisa jadi bagus, namun terlalu banyak pilihan akan membuat pelanggan kewalahan justru menurunkan angka penjualan.

Menurut penelitian dari Episerver , 46 persen pelanggan gagal menyelesaikan pembelian online karena terlalu banyak pilihan produk yang ditawarkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com