Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Deddy Herlambang
Pengamat Transportasi

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN)

Ironis, KCI Untung Besar Malah Diobral Sahamnya Atas Nama Kolaborasi

Kompas.com - 14/10/2021, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Saya pribadi pun sebagai pengguna rutin KRL juga merasakan ada perbaikan kualitas pelayanan setiap tahun.

Kepuasan pelanggan tersebut menjadi indikator selalu meningkatnya jumlah pelanggan KCI sebelum pandemic covid-19.

Dari kenyataan tersebut, belum ada jaminan pula bahwa akusisi mayoritas saham PT KAI di PT KCI oleh PT MRT tersebut bakal lebih baik dari pelayanan KCI sebelumnya.

Alasan akuisisi KCI tersebut untuk mempermudah integrasi struktur pentarifan. Sebenarnya pelayanan yang baik tidak hanya berkutat masalah tarif, namun masih banyak standar pelayanan minimal (SPM) yang lain.

Kalau masalah akuisisi ini berhasil, dapat menjadi preseden yang ditiru oleh pemda-pemda lain, dengan alasan wilayah operasi kereta api masuk ke wilayah tertentu.

PT Railink Sumatera bisa dibeli Pemerintah Provinsi Sumut atau Pemprov Banten atau LRT Jabodebek dibeli sahamnya oleh Pemkab Bogor.

Sampai saat ini kita belum bicarakan kerugian non-teknis lain seperti psikologi pegawai grup KAI. Kejadiannya tidak mungkin perusahaan yang asetnya kecil seperti PT MRT namun dapat membeli saham mayoritas dari perusahaan beraset besar seperti PT KAI.

Efek domino lain juga banyak, apabila akuisisi ini berhasil pasti akan merugikan anak perusahaan KAI lain.

Artinya, belum tentu nanti PT Reska Multi Usaha (anak perusahaan KAI) dapat mengelola parkir-parkir di lahan-lahan stasiun KAI/KCI, PT KAI Wisata belum tentu dapat menjadi EO-EO kegiatan KCI lagi, PT KAI Properti Management juga tidak leluasa merencanakan dan membangun TOD stasiun-stasiun.

Sehingga sangat jelaslah bahwa sebenarnya perusahaan induk PT KAI malah banyak ruginya.

Saat ini sebaiknya tidak perlu negosiasi untuk berdagang saham lagi guna membeli mayoritas saham KCI.

Sekarang pun Kartu Jaklingko bisa digunakan untuk moda KRL, sebaliknya kartu PT KCI KMT juga telah bisa digunakan untuk moda LRT Jakarta, MRT dan Trans Jakarta.

Kalau pun mau dibuat tarif intermodal atau single tarif, sejatinya sangat mudah hanya membuat perjanjian kesepakatan (MoU).

Saat ini semua telah bekerja secara digitalisasi, sehingga cara menghitung pemasukan tarif juga sangat mudah.

Berapa kali penumpang tap in/out di KRL, MRT dan TransJakarta dapat dihitung dalam IT server. Seumpama ada pengguna Jaklingko menggunakan KRL, biaya integrasi tarif dapat ditagih ke KCI atau ada pengguna KMT yang naik moda MRT, korporasi PT MRT tinggal menagih biaya tarif integrasi ke PT KCI demikian seterusnya untuk moda-moda yang lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com