Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendaraan ODOL Ancaman Terbesar Kualitas Jalan Tol Trans-Sumatera

Kompas.com - 09/09/2021, 16:00 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio mengatakan, kendaraan bermuatan lebih dan berdimensi lebih atau Over Dimension Over Load (ODOL) masih menjadi tantangan utama di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

"Salah satu tujuan dari JTTS kan untuk memperlancar logistik barang, masalahnya kendaraan ODOL masih menjadi tantangan utama dan sudah 10 tahun ini tetap belum bisa diatasi," kata Agus dalam, diskusi virtual Hutama Karya (HK) Academy, Kamis (09/09/2021).

Menurutnya, kendaraan ODOL ini akan menjadi ancaman terutama bagi kualitas jalan bebas hambatan berbayar tersebut.

"Tentu kita berharap agar JTTS ini nantinya tidak seperti Jalan Tol Trans-Jawa yang banyak tambalan di sana sini. Kendaraan ODOL jelas akan merusak dan mengancam kualitas JTTS," jelasnya.

Baca juga: Selain Teknologi, Cegah Kendaraan ODOL Harus Diikuti Sanksi Hukum

Agus menerangkan maraknya kendaraan ODOL di jalan tol disebabkan karena masih banyaknya pungutan liar (pungli) yang terjadi di pelabuhan dan gudang logistik.

Maraknya kendaraan ODOL menjadi salah satu strategi untuk menutupi biaya cost overage (kelebihan biaya) logistik tersebut.

"Di jalan, pelabuhan, gudang itu punglinya besar. Jadi kendaraan ODOL itu untuk menutupi pungli itu atau menutupi cost overage dari logistik," ujarnya.

Untuk diketahui, pemerintah berencana menerapkan teknologi Weight in Motion (WIM) dan overdimension detection sebagai soluasi untuk menekan laju kendaraan ODOL di jalan tol.

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danang Parikesit mengatakan hingga saat ini teknologi WIM masih dalam proses pengembangan dan ditargetkan dapat digunakan pada 2023 mendatang.

"Jadi pada tahun 2023, itu kita di jalan tol dan juga nasional kita tidak adalagi kendaraan yang berdimensi lebih maupun bermuatan lebih," kata Danang di Jakarta, Selasa (2/2/2021).

Baca juga: Sistem Transaksi Tol MLFF Bakal Terkoneksi dengan Teknologi Pengukur ODOL

Danang menjelaskan pada Maret 2021 telah dilakukan uji coba sistem teknologi mesin WIM di sejumlah ruas jalan tol. Sebelum nantinya dipasang di seluruh jalan tol di Indonesia.

Sistem WIM akan dipasang melintang dan kemudian secara otomatis mengidentifikasi beban dan dimensi kendaraan yang melintas di jalan tol terutama untuk kendaraan berat seperti truk.

Dia menyebut sistem WIM memiliki akurasi penimbangan mencapai 95 persen hingga 98 persen. Bahkan sistem ini juga mampu melakukan penimbangan dengan kecepatan 5-150 kilometer per jam.

Mesin WIM dilengkapi dengan berbagai teknologi canggih, antara lain peralatan dimension scanner, panaromic video camera, over view camera, video kamera ANPR untuk mendeteksi pelat nomor kendaraan, telecommunication and control rack, sensor penimbang berat, detektor jumlah roda per axle, dan vehicle detection loop.

"Proof of concept dari sistem penimbangan kendaraan WIM di jalan tol dapat bekerja dengan baik dan memberikan data kepada badan usaha jalan tol (BUJT) untuk selanjutnya diintegrasikan ke dalam sistem yang sudah ada," sambung Danang.

Danang menegaskan, kendaraan yang kedapatan melanggar atau berdimensi dan bermuatan lebih di jalan tol akan dikenakan penindakan dan penalti berupa pembayaran tarif lebih dari yang seharusnya atau dikeluarkan dari jaringan jalan tol.

"Kami sedang uji coba, dan harapannya bulan Maret 2021 nanti sudah dapat data yg pertama untuk spesifikasi dan selanjutnya akan dipasang di seluruh Indonesia," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com