Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sungai Karang Mumus Samarinda Dikeruk, Kurangi Risiko Banjir

Kompas.com - 24/08/2021, 15:00 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meninjau penanganan normalisasi Sungai Karang Mumus untuk mengurangi risiko banjir Kota Samarinda, Selasa (24/8/2021).

Dalam tinjauannya, Basuki menyoroti masih terdapat beberapa warga sekitar yang tinggal di sempadan sungai sehingga diperlukan penataan untuk mengembalikan kapasitas tampung dan aliran sungai.

“Saya mengajak semua pihak untuk menjaga daerah tangkapan air melalui penghijauan kembali dan menahan laju alih fungsi lahan,” kata Basuki dalam keterangannya, Selasa (24/08/2021).

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Harya Muldianto mengatakan Sungai Karang Mumus merupakan sungai drainase utama Kota Samarinda yang bermuara di Sungai Mahakam.

Baca juga: Disebut Punya Tata Ruang Terburuk Se-Dunia, Jakarta Harus Revisi RTRW

Menurutnya kapasitas sungai tersebut sudah berkurang, sehingga saat musim hujan sering terjadi luapan yang menyebabkan banjir.

Kota Samarinda merupakan dataran rendah, sehingga perlu upaya memotong puncak bajir di hulu, caranya dengan membangun kolam retensi, memperlebar kapasitas alur sungai.

"Selain itu juga diupayakan menyimpan air di hulu dengan waduk atau bendungan menjadi sangat utama," kata Harya.

Untuk penanganan banjir di Hulu Sungai Karang Mumus, Harya menjelaskan, perlu dilakukan pengerukan sedimen dan pembersihan gulma di Waduk Benanga yang dibangun pada tahun 1978 silam.

"Waduk ini selain bermanfaat untuk irigasi seluas 800 hektar, dengan luasan fungsional 200 hektar dan pemenuhan air baku 113 juta liter per detik, juga untuk mereduksi banjir sekitar 20 persen DAS Karang Mumus," ujarnya.

Dari kapasitas tampung awal waduk sebesar 1,49 juta meter kubik mengalami sedimentasi sampai 670.000 meter kubik pada tahun 2019.

Untuk mengembalikan fungsi tampungan waduk mulai tahun 2020 dilakukan pengerukan sedimen dan pembersihan gulma total sebanyak 211.000 meter kubik dan masih membutuhkan sekitar 718.000 meter kubik.

Baca juga: Anggaran Rp 16 Miliar Disiapkan untuk Rumah Kumuh Tahun 2021

"Pengerukan dilaksanakan dengan sistem hidrolis dengan menggunakan Kapal Keruk Cutter Section Dredger (CSD). Sedimen yang dikeruk ditempatkan di tempat tampungan sedimen (disposal) yang lokasinya terpisah dengan area genangan waduk," jelas Harya.

Kegiatan utama yang dilaksanakan pada tahun 2020 dilakukan pembersihan gulma 8,9 hektar dan sedimen 111.726 meter kubik.

Pekerjaan dilanjutkan pada tahun 2021 pembersihan gulma 13,96 hektar dan sedimen 99.303 meter kubik yang dilaksanakan oleh kontraktor PT Insan Cita-Millenia (KSO) dengan nilai kontrak Rp 16,32 miliar, dengan progres pekerjaannya saat ini sebesar 60,37 persen.

Sementara di bagian tengah DAS Karang Mumus, pada tahun 2021 tengah dikerjakan normalisasi sungai sepanjang 519 meter berupa perkuatan tebing Sub DAS Karang Mumus di Kecamatan Samarinda Ulu dan Sungai Pinang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com